29. Wrong Way***
Sepagi ini Antara sudah datang untuk menjemput Tari ke sekolah. Tari menghela nafas berat saat melihat Antara duduk di atas motor seraya menunggunya. Tidak ada yang meminta Antara untuk datang. Hari-hari kemarin sudah jelas bukan? Hubungan mereka sudah berakhir. Dan hari ini Antara malah datang mengusulnya.
Tari tidak ingin menghindar, tapi jujur saja ia malas meladeni Antara yang semaunya saja. Tari bukan pengecut yang akan lari ketika berhadapan dengan Antara. Jelas bahwa ia yang memutuskan hubungan dengan Antara. Jadi Tari memang harus menemui cowok itu bukan?
"Dek ada pacarmu di depan," ucap ayah dari luar kamar.
"Iya bentar, aku udah mau keluar sekalian berangkat," balas Tari.
Matanya melirik kunci motor di atas meja. Niatnya membawa kendaraan hari ini urung. Jika Tari menolak berangkat bersama Antara, semuanya akan rumit. Orang rumah pasti akan bertanya ada masalah apa dirinya dengan Antara. Tari hanya tidak mau orang di rumah ikut campur dengan urusan asmaranya. Tari akan banyak di banjiri pertanyaan yang belum tentu bisa ia jawab nantinya.
Hubungannya dengan Antara sudah berlangsung lumayan lama. Mungkin untuk sebagian orang yang Tari kenal, mereka menganggap Tari adalah orang yang paling beruntung memiliki Antara. Padahal kenyataannya tidak seperti itu.
"Gak sarapan dulu?" tanya Shara saat Tari melewati meja makan begitu saja.
"Aku ada urusan OSIS pagi ini, aku bawa uang lebih kok. Nanti di sekolah aja. Aku berangkat ya," ucap Tari, kemudian ia segera keluar rumah dan menghampiri Antara.
Pemuda itu membenarkan posisinya seraya mengembangkan senyuman. Tari menatapnya biasa saja. Hari ini ia sangat terpaksa berangkat bersama Antara.
"Udah siap?" tanya Antara, seolah mereka seperti biasa saja.
"Kamu ngapain nyusul aku? Ngerusak mood aja pagi-pagi. Giliran udah putus sok baik."
Antara terkekeh. "Ayo berangkat."
Tari jelas jengkel. Cowok di depannya ini selalu mengalihkan pembicaraan. Tari kesal saat Antara bersikap seolah hubungan mereka belum kandas. Antara memang selalu seperti ini, bahkan saat semuanya telah berakhir karena kesalahannya sendiri.
"Besok jangan nyusul lagi. Biasanya kan kamu sama Gendis? Udah gini tiba-tiba langsung nyusul," ucap Tari lagi.
"Kamu gak suka kalo aku perbaiki hubungan kita?" kali ini Antara berbicara dengan tatapan yang dalam.
Tari dapat merasakan hatinya seolah mencelos. Bisa-bisanya Antara melontarkan pertanyaan bodoh seperti itu? Apa yang bisa cowok itu perbaiki setelah semuanya terjadi? Memang benar penyesalan selalu datang di akhir. Namun Tari bukan gadis bodoh yang akan dengan begitu mudahnya kembali pada Antara setelah Antara mengkhianatinya.
"Ayo berangkat," ajak Antara lagi, berusaha menghindari pertengkaran di pagi hari.
"Aku gak mau. Aku juga lagian gak minta kamu susul, jalan aja duluan sana," balas Tari.
"Ayo berangkat Tar," Antara mengulang kalimatnya lagi.
Gadis itu menatap Antara dengan berani. Kedua matanya terbuka lebar saat membalas tatapan Antara. "Jangan maksa-maksa aku An. Kamu mesti inget kamu bukan siapa-siapa aku lagi. Kenapa kamu masih belum sadar? Belum cukup aku mutusin kamu waktu itu? Perlu aku mutusin kamu di depan orang banyak biar sekalian semua orang tau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Antari
Teen FictionLebih dari satu tahun berpacaran dengan Antara membuat Gantari terus memfokuskan diri pada lelaki itu. Gantari menjadikan Antara pusat dunianya, terus berusaha menjadi satu-satunya gadis yang mampu membuat Antara tertawa lepas. Hingga titik ini, han...