22. I'm Done***
Abel memperhatikan kantung mata Tari yang terlihat sangat jelas. Area sekitar matanya juga membengkak seperti habis menangis. Abel menarik tubuh Tari untuk duduk, perlakuan Abel memang sangat memaksa. Gadis itu hanya ingin tau apa yang terjadi pada Tari. Karena ia yang lebih dulu bangun, apa iya terjadi sesuatu pada Tari tadi malam?
"Lo kenapa?" Abel mengguncang bahu Tari, mencari jawaban dari sahabatnya itu.
Namun Tari enggan menjawab, ia tidak mau Abel malah emosi sendiri.
"Gak papa Bel, kamu kenapa liatin aku gitu terus?"
"Apa yang gak papa? Ini mata lo bengkak, lo nangis? Semalem ada apa?" tanya Abel lagi, nadanya sedikit memaksa.
"Bel, udah ya. Lihat aja nanti, aku gak mau malah jadi ribut," balas Tari jengah.
"Berarti bener ada apa-apa? Bilang ke gue. Antara lagi? Dia ngapain lo lagi?"
"Tar!" Abel menatap tajam Tari yang tetap diam saja. Ia memanggil Tari dengan sedikit lantang, berusaha membuat Tari menjelaskan semuanya.
"Keluar duluan aja Bel, aku mau siap-siap dulu. Kita masih ada acara jalan bareng sebelum pulang sore ini."
Tari mengembangkan senyumnya, kemudian mendorong Abel keluar kamar pelan-pelan. Tari segera menutup dan mengunci pintu dari dalam, tidak mendengarkan lagi ocehan Abel dari luar kamar.
Tari segera mengoles sedikit wajahnya dengan bb cream, berharap dapat menutupi kantung mata yang menghitam. Setelah dirasa cukup, Tari segera keluar kamar dan ikut bergabung bersama yang lain. Ada Saka juga disana. Tari dapat merasakan Saka memperhatikannya sejak tadi.
"Sini Tar, lagi rencanain mau kemana sebelum pulang. Sekalian beli oleh-oleh kalo ada yang mau belanja," ajak Iqbal, yang langsung di angguki oleh Tari.
Kakinya melangkah kesana, lalu duduk tepat di samping Antara. Hanya tempat itu yang tersisa, tidak mungkin Tari duduk di bawah untuk menghindari Antara. "Baru bangun kamu Tar?" tanya Antara, cowok itu tersenyum tipis menatap Tari.
Tari menjawab dengan berdehem kecil, kemudian tidak memedulikan Antara lagi. Rasanya seperti ingin menangis lagi. Apalagi saat merasakan Antara bersikap sok baik di depannya seperti ini. Tari seperti merasa tidak bertenaga untuk sekedar marah pada Antara, apalagi untuk mengungkit apa yang ia lihat tadi malam.
Gadis itu berusaha memasrahkan semuanya pada Saka, semoga saja Saka bertindak. Karena semalam Saka juga melihatnya. Kadang Tari berfikir, mengapa ia terlalu lemah untuk hal seperti ini? Untuk kesekian kalinya Tari merasa bodoh karena Antara.
"Hp kamu Tar, aku ketemu di deket kolam renang," Antara mengulurkan tangan, memberikan ponsel Tari kepada sang empu.
"Oh iya aku lupa. Kapan ketemunya?" Tari bertanya balik.
"Tadi pagi, sebelum semuanya bangun," ucap Antara.
Tari langsung mengambil ponselnya, kemudian menghela nafas kecil. Antara berbohong. Dan harusnya Tari tidak perlu bersikap seolah baik-baik saja. Tapi Tari takut jika ia bertindak atau mengatakan sesuatu, hanya akan membuat suasana tidak enak. Disini bukan hanya ada dia, Antara, dan Gendis. Banyak teman-temannya yang pasti tidak mengharapkan keributan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antari
Teen FictionLebih dari satu tahun berpacaran dengan Antara membuat Gantari terus memfokuskan diri pada lelaki itu. Gantari menjadikan Antara pusat dunianya, terus berusaha menjadi satu-satunya gadis yang mampu membuat Antara tertawa lepas. Hingga titik ini, han...