25. Titik Akhir***
Masih pagi sekali, bahkan Tari juga baru saja bangun tidur. Namun pesan dari Antara berhasil membuatnya bingung harus berbuat apa. Hari ini Antara mengajaknya bertemu untuk membahas perkara di vila waktu itu. Tari harus menyelesaikan ini sebelum kembali masuk ke sekolah. Semuanya harus selesai sebelum Tari kembali aktif di sekolah.
Senin sudah mulai masuk sekolah, dan ini sudah hari Sabtu. Lagipula Tari sudah bertekad pada dirinya sendiri untuk menyelesaikan ini baik-baik dengan Antara. Jika mungkin hubungannya akan usai, mungkin ini jalan yang memang baik. Berarti Antara tidak cukup baik untuknya, atau tuhan memang punya rencana lain.
"Tar Antara ngirim bunga nih, tukang bunganya yang nganter. Dari tokonya," Shara masuk ke dalam kamar Tari dan meletakkan bunga itu di atas kasur.
"Eh iya taro aja. Aku barusan bangun jadi belum keluar kamar. Bunda sama ayah mana?"
"Ayah biasa ke kantor, bunda lagi makan di bawah. Kayaknya habis makan mau ke kantor juga," balas Shara.
"Aku keluar dulu ya, mau jemur baju," ucap Shara, kemudian langsung keluar kamar Tari.
Gadis itu kemudian diam melihat bunga putih dari Antara itu. Tangannya bergerak meraih bunga cantik, itu kemudian membaca nama Antara pada secarik kertas disana.
Ini bahkan tidak berhasil mengubah apa-apa. Antara tidak akan bisa membuat Tari seolah terbang dengan perlakuan manis di pagi hari seperti ini. Bisakah Antara berfikir hal lain di saat seperti ini? Cowok itu bersikap seolah mereka biasa saja. Padahal beberapa hari yang lalu cowok itu berhasil membuat Tari seperti ingin menghilang saja.
Tari bangkit dari tempat tidurnya, kemudian menaruh bunga pemberian Antara di samping bunga pemberian Aman semalam. Biar saja dua bunga indah itu menghiasi sudut kamarnya.
***
Antara datang lebih dulu. Matanya menjelajahi tempat ini. Tempat pertama ia bertemu dengan Tari beberapa tahun silam. Cafe ini menjadi saksi pertama atas Antara yang tertarik pada Tari. Cowok itu tersenyum singkat, mengenang masa-masa indah bersama Tari kala itu.
Katanya Antara memang sering menyakiti Tari. Namun bukan berarti Antara tidak menyayangi Tari. Antara berusaha sebisanya untuk membuat Tari senang bersamanya. Tentang malam itu, Antara juga tidak tau kenapa. Kenapa Antara bisa mencium Gendis dalam keadaan yang sangat-sangat sadar.
Beberapa menit setelahnya, Tari datang dari arah pintu cafe. Antara langsung mengubah posisi duduknya dengan benar.
"Udah lama? Maaf baru dateng," ucap Tari, kemudian langsung duduk.
Hawa canggung itu menyelimuti Antara dan Tari. Dua manik itu saling menatap tanpa ada kata. Tari yang masih diam menunggu Antara bicara, dan Antara yang terus membisu.
Tari mengetuk meja beberapa kali, mengisyaratkan Antara untuk segera bicara. "Kamu gak mau ngomong?"
"Sorry sorry," balas Antara yang langsung tersadar.
"Aku duluan yang ngomong ya An?" ucap Tari, berusaha membuat pertemuan ini cepat usai.
"Aku mau putus An, hubungan kita udah gak sehat. Aku gak bisa lanjutin ini," Tari menatap Antara luwes, ingin melihat apa ekspresi Antara saat kalimat itu keluar dari mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antari
Teen FictionLebih dari satu tahun berpacaran dengan Antara membuat Gantari terus memfokuskan diri pada lelaki itu. Gantari menjadikan Antara pusat dunianya, terus berusaha menjadi satu-satunya gadis yang mampu membuat Antara tertawa lepas. Hingga titik ini, han...