26. Meet Again***
Tari menatap Abel jengah saat gadis itu baru kembali menghampirinya. Sejak tadi Tari menunggu Abel yang mencoba baju, lumayan lama. Abel langsung ke kasir untuk membayar, ia terlihat buru-buru. Hal itu membuat Tari mengerutkan keningnya.
"Bel kalo masih mau cuci mata gak papa kali, udah mau bayar emang?" tanya Tari seraya mengikuti langkah Abel ke kasir.
"Engga ah gue laper. Udah cukup segini aja," ucap Abel berbohong.
Ada Antara dan Gendis disini, di tempat yang sama dengan mereka. Jika Tari sampai melihat, kondisi hatinya pasti akan kembali memburuk. Dan Abel tidak ingin itu terjadi malam ini. Bahkan Abel merutuki dirinya sendiri karena bertemu dua orang itu disini.
"Laper tiba-tiba gitu? Aih aku gak enak loh Bel. Aku gak marah kalaupun kamu masih mau beli baju lagi, kan emang mau jalan-jalan. Tadi tuh aku gak marah-" ucapannya terpotong saat Abel berbalik dan membekap mulut Tari gemas.
"Gue laper anjir, kenapa lo ceramah bilang gak enak segala. Udah cukup ini baju segini, gak cukup ntar lemari gue."
Abel langsung membayar baju ke kasir. Setelahnya ia langsung menarik Tari dan keluar dari sana. Abel memilih tempat makan di lantai lain, berusaha menemukan tempat yang tidak memungkinkan untuk bertemu dengan Antara dan Gendis.
"Aku yang pesen ya? Duitnya mana," Tari terkekeh di akhir kalimat. Telapak tangannya mengadah, menunggu Abel mengeluarkan uang.
"Kalo kamu tiap hari ini makin seneng aku Bel."
"Gue yang rugi," balas Abel sarkas.
Abel menghela nafas berat saat Tari memesan makanan. Matanya melirik ke sekitar, seolah menyapu area ini dengan pandangannya. Kalau tau begini Abel tidak akan mengajak Tari ke mall ini.
Hampir 10 menit berlalu, Tari kembali dengan nampan berisi nasi dan ayam di tangannya. Gadis itu menyusun meja mereka agar nyaman untuk makan. "Aku ke toilet bentar ya, kamu makan duluan aja."
"Mau gue temenin gak?" tawar Abel.
"Gak usah Bel bentar aja."
Tari segera melangkah ke toilet. Belum juga sampai, seseorang menabrak punggungnya dari arah belakang hingga Tari terhuyung ke depan. Gadis itu meringis saat lututnya menabrak salah satu meja. "Pelan-pelan dong," ucapnya kesal.
Seseorang yang menabraknya tadi jatuh dengan posisi tengkurap, Tari jadi tidak tega mau memarahinya. Tari menghela nafas lelah, kemudian membantu cowok itu untuk segera bangun.
"Pelan-pelan mas. Sakitnya gak seberapa, malunya luar biasa," ucap Tari lagi.
Namun beberapa detik kemudian Tari terdiam dan menatap lekat pemuda di depannya ini. Wajah tampan itu seperti tak asing untuknya, manik Tari menyipit kemudian memukul pelan bahu orang itu.
"Loh Kak Aman?" Tari langsung membantu Aman berdiri.
"Anjir itu anak-anak ngedorong gue," Aman menunjuk sekumpulan anak-anak yang menertawainya.
"Maaf ya Tar. Lo gak papa?"
"Gak papa ini kok," balas Tari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antari
Teen FictionLebih dari satu tahun berpacaran dengan Antara membuat Gantari terus memfokuskan diri pada lelaki itu. Gantari menjadikan Antara pusat dunianya, terus berusaha menjadi satu-satunya gadis yang mampu membuat Antara tertawa lepas. Hingga titik ini, han...