Cuma Ada Aku

6 3 0
                                    


20. Cuman Ada Aku

***

Tari membuka jendela kamar, membiarkan udara sekaligus cahaya pagi matahari masuk. Dilihatnya Abel yang masih tertidur pulas, Tari tidak ingin membangunkan Abel. Mereka baru tidur sekitar jam dua pagi. Tari bangun lumayan pagi karena ada janji dengan Antara. Kalau tidak, mungkin ia akan mengikuti jejak Abel.

Tari membuka pintu perlahan, takut membangunkan Abel. Kondisi vila sepi, mungkin banyak yang masih tidur.

"Ayo Tar," Antara mengejutkan Tari dari arah berlawanan. Cowok itu sudah siap dengan topi dan juga jaket tebalnya.

"Kamu gak pakai jaket?" tanya Antara, langsung mendapat gelengan dari Tari.

"Pake aja, takut dingin. Masih pagi."

"Gak usah. Kalo masuk lagi takut Abel kebangun. Ayo, katanya mau jalan-jalan di sekitar sini. Mumpung masih pagi, seger loh An," ucap Tari.

Antara meraih lengan Tari tanpa fikir panjang lagi. Mereka berdua berjalan sejajar keluar vila, berniat menghabiskan waktu berdua dan juga jalan-jalan. Masih ada waktu satu hari lagi mereka akan berada disini. Tapi akan sulit berduaan jika sedang berkumpul bersama.

Sejujurnya Tari agak takut mengambil keputusan untuk ikut disini. Kadang ia merasa asing jika harus bergabung bersama teman-teman Antara. Untung saja Antara menawarkan untuk mengajak Abel dan juga Dimas. Setidaknya Tari punya teman ngobrol, tidak terlalu canggung.

"Beneran gak dingin?" Antara bertanya lagi saat mereka mulai keluar halaman vila.

Tari menggeleng lagi. Matanya sibuk menjelajahi hamparan perkebunan hijau di bawah sana. Gadis itu takjub, ia jarang pergi ke tempat seperti ini. Tari menatap Antara, kemudian memeluk pinggang cowok itu dengan tangan mungilnya.

"Kesana yuk An?"

Antara mengikuti arah pandang Tari. Hamparan hijau itu menarik perhatian gadisnya sejak tadi. "Ayo," ucap Antara, kemudian langsung kesana bersama Tari.

Lengkungan indah di wajah Tari tidak pudar sejak tadi. Banyak hal yang terjadi sebelumnya. Tapi disini semuanya perlahan membaik. Hubungannya bersama Antara kembali seperti semula. Bahkan Saka juga terlihat menghabiskan banyak waktu bersama Gendis. Walaupun Tari tau, Gendis masih sama saja. Gadis itu tidak terlihat senang.

"Enak ya disini. Kalo punya rumah disini kayaknya enak ya. Iqbal pasti sering kesini."

"Enggak Tar, dia jarang kesini," balas Antara.

"Dia kesini ya jatohnya bakal sepi. Di rumah dia sepi juga soalnya. Iqbal lebih suka ke tempat yang ramai, karena kebiasaan sepi," jelas Antara. Ia tau kebiasaan Iqbal. Sahabatnya itu lebih sering pergi ke tempat rekreasi yang ramai dan ricuh.

"Untung aja vila segede gitu ada yang rawat. Kalo enggak nanti banyak hantu," ucap Tari, kemudian ia terkekeh sendiri.

"Tar," panggil Antara lembut. Maniknya memandangi Tari yang tertawa. Seolah menembus banyak dimensi yang ada, Antara terdiam saat Tari balik menatapnya juga.

Keduanya sama-sama terdiam beberapa saat. Antara merasakan wajahnya yang tertampar angin. Sedangkan helai rambut Tari beterbangan seakan dibawa angin. "Kenapa?" balas Tari. Tatapannya tidak lepas dari Antara.

AntariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang