Amarah

27 22 5
                                    


04. Amarah

***

Tari membereskan alat tulisnya ke dalam tas. Hari ini ia pulang sore karena ada kegiatan OSIS. Tari masih bersemangat, sebelum pulang Antara mengajak bertemu lebih dulu di samping lab komputer.

"Tar mau bareng?" tanya Eja ketika melihat Tari yang belum pulang.

"Duluan aja, aku masih ada urusan."

"Oke gue duluan ya Tar, hati-hati pulangnya."

Sepeninggalan Eja, Tari juga ikut pergi dari ruang OSIS. Gadis itu melangkah santai dengan senyum cerah yang menghiasi wajah cantiknya. Semoga saja Antara meminta maaf atas kejadian tadi pagi. Atau bisa saja Antara mengajaknya makan di luar lagi.

"An," Tari memanggil Antara yang ternyata sudah menunggu sejak tadi.

Keduanya saling tatap beberapa detik, kemudian Antara yang lebih dulu memutuskan kontak mata. "Kamu nungguin aku ya An? Maaf ya lama, tadi ada urusan OSIS."

"Kamu ada apa sama Saka?"

Tari mengernyitkan dahi. Ia tidak mengerti kenapa Antara tiba-tiba menanyakan hal seperti ini.

"Ngapain jalan berdua sama dia? Sampe harus peluk-pelukan. Dia mutusin Gendis karena kamu?"

"Apa sih An. Mana aku tau kalo dia mutusin Gendis, bukan urusan aku."

"Bukan urusan kamu, tapi kamu nempel terus sama dia," Antara tertawa remeh menatap Tari.

Apa yang ada di fikiran Antara saat ini?

Tari menatap Antara dengan manik berkaca-kaca, tidak menyangka kalimat seperti itu akan keluar dari bibirnya.

"Jangan hukum aku atas semua perbuatan kamu An," Tari mundur beberapa langkah, berniat pergi karena tidak ingin beradu argumen dengan Antara.

Tapi cowok itu dengan cepat menarik pergelangan tangan Tari dengan keras. "Kamu ngapain berduaan sama Saka? Kamu yang nyuruh Saka mutusin Gendis?"

Hening. Tari tidak menjawab. Ia memejamkan matanya rapat-rapat, berusaha menahan emosi yang akan keluar. Air matanya hampir luruh, Tari benar-benar merasakan sesak luar biasa.

"Kamu tau kan mereka udah pacaran lama? Kenapa kamu malah deketin Saka? Kurangnya aku sama kamu dimana?"

"An."

Tari membalas tatapan tajam Antara, kemudian menghela nafas berat. "Jangan ajak aku kesini kalo kamu cuma mau nuduh aku dan bela Gendis."

"Aku gak bela dia Tar. Cuma kamu yang keterlaluan. Saka mutusin Gendis karena kamu kan yang minta?"

"Bisa kamu stop nanya kayak gitu ke aku An? Kamu gak susul aku tadi pagi, Saka cuma bantuin aku ke sekolah."

"Harusnya aku yang tanya, kamu kenapa gak susul aku? Kamu kenapa malah nuduh aku kayak gini? Kamu liat aku mesra-mesraan sama Saka? Kan enggak An," lanjut Tari.

"Kenapa mereka putus? Kamu pasti tau kan? Aku gak suka lihat Gendis jadi sedih gitu habis Saka putusin, aku yakin kamu tau sesuatu," Antara semakin menjadi, cowok itu menggenggam erat tangan Tari dan menatapnya serius. Seolah Tari memang sumber informasi yang harus ia dapatkan.

AntariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang