Cerita Yang Usai

10 3 0
                                    


24. Cerita Yang Usai

***

Tari masuk ke rumah tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Maniknya langsung bertemu dengan banyak pasang mata saat mulai melangkah masuk. Ternyata teman-teman Shara sedang berkumpul di rumah. Tari menebarkan sedikit senyum saat beberapa di antara mereka menyapa Tari bersemangat.

Langkahnya berhenti saat Shara datang dari arah dapur membawa nampan berisi minuman serta camilan. Shara memandangnya heran. Karena setaunya, Tari tidak pulang secepat ini.

"Kok kamu udah pulang?" maniknya memandangi Tari dari atas ke bawah, memastikan keadaan adiknya itu baik-baik saja.

"Gak jadi pulang sore. Ada temen yang sakit, jadi harus pulang," balas Tari berbohong. Ia ingin segera masuk ke kamar, tapi Shara kembali melontarkan pertanyaan.

"Siapa yang sakit?"

"Dimas," balas Tari lagi.

"Kamu gak papa kan Tar? Matamu kenapa merah gitu?" tanya Shara. Gadis itu terdengar sangat khawatir.

Tari menggeleng pelan. "Aku kecapean ini. Dua hari gak tidur karena main terus sama mereka. Teteh ladenin itu temennya pada kesini, aku mau tidur dulu capek."

Shara mengangguk. Detik berikutnya ia membiarkan Tari melangkah ke kamarnya. Shara tetap mengawasi Tari sampai adiknya itu benar-benar masuk ke dalam kamar. Fikirannya jadi tidak tenang karena ini, pasti ada sesuatu yang tidak beres.

Sedangkan Tari yang baru saja masuk ke dalam kamar langsung menaruh tas di atas meja. Tari tidak berniat membereskan bajunya lebih dulu. Gadis itu lelah karena banyak faktor. Dan tentu yang utama, karena Antara.

"Huft, capek juga," Tari meregangkan tubuhnya, lalu langsung duduk di tepi kasur.

Foto Antara dan Tari di nakas masih terpampang jelas. Tari membalikkan foto itu agar tidak bisa ia lihat. Namun selanjutnya, ia langsung mengambil foto itu dan memandanginya. Foto itu di ambil saat mereka merayakan anniversary ke satu tahun. Tari tersenyum kecut.

Perhatian Tari langsung teralihkan saat ponselnya bergetar. Tertera nama Antara disana. Tari langsung mengambil ponsel, kemudian memandangi tanpa mau mengangkatnya.

Lebih dari 10 menit, ponselnya terus bergetar. Masih tetap sama, Antara yang menelpon. Akhirnya jemarinya bergerak mengangkat panggilan itu. Jantungnya berdegup kencang saat suara Antara terdengar dari seberang sana.

"Tari," ucap Antara lewat telpon.

Tari memejamkan matanya seraya menahan sesak dalam-dalam. Gadis itu kemudian menarik nafas agar bisa lebih baik. "Apa?" balas Tari seadanya.

"Aku ke rumah kamu ya? Aku minta maaf Tar, aku gak ada maksud sumpah. Tar kamu tau aku kan? Aku sayang banget sama kamu."

Kalimat itu malah membuat Tari semakin ingin menangis. Tari menjauhkan ponselnya sejenak, isak tangisnya keluar begitu saja.

Tari langsung mengakhiri panggilan. Lalu melempar ponselnya ke atas kasur. Ia segera berbaring dan memeluk erat guling di kamarnya. Tari menangis sejadi-jadinya. Mulutnya sengaja ia tutup dengan bantal agar tidak ada yang mendengar.

Another level of pain.

***

Antara menghela nafas berat saat Gendis mengusap lengannya penuh perhatian. Dua manik itu bertemu saat Antara sengaja menoleh dan memberikan ekspresi tak biasa. Antara jelas gelisah, semuanya hancur begitu saja. Dan bodohnya Antara masih diam disini entah menunggu apa.

Antara takut jika menemui Tari di keadaan seperti ini, Tari malah akan lebih marah dan hubungan mereka akan berakhir. Antara bisa mendengar suara Tari yang akan menangis lewat sambungan telepon tadi. Dan ini untuk kali pertama Antara merasa sangat bersalah.

"Kalau kamu capek, ke kamar tamu dulu. Jangan nyetir dulu ya An," ucap Gendis. Gadis itu sejak tadi berusaha membuat Antara setidaknya tenang.

"Aku mau langsung pulang aja bentar lagi. Enak istirahat di rumah," balas Antara.

"Kamu mau ke rumah Tari ya An?"

Gendis akhirnya menanyakan hal itu dengan cepat. Gendis butuh jawaban pasti Antara. Bahkan Gendis sangat ingin jika Antara langsung memutuskan hubungan saja dengan Tari. Lagipula untuk apa lagi? Bukankah sudah cukup mereka berdua di permalukan tadi? Untuk apa lagi harus memikirkan Tari dan Saka.

"Aku mau pulang Ndis, gak mau kemana-mana."

"Kamu pasti mau minta maaf sama Tari ya? Kenapa kamu gak coba lepasin dia An? Kalian kalo bareng lagi, itu sama aja saling nyakitin."

Antara menatap Gendis serius, kemudian menghela nafas lelah. "Harusnya kita memang minta maaf karena kita salah. Ini gak pantes Ndis. Entah siapa yang salah semalem, kita memang udah gak tau batasan."

"Kamu gak pernah sadar sama perasaan aku ke kamu? Aku sayang sama kamu lebih dari Tari sayang sama kamu," Gendis menunjuk dirinya sendiri, kemudian ia balas menatap Antara.

Dua orang itu sama-sama menciptakan keheningan untuk beberapa saat. Antara diam mencerna semuamy dengan baik. Gendis menyukainya? Hubungan apa yang mereka jalani selama ini. Bahkan Antara juga punya perasaan yang sama, tapi ia malah mencari gadis lain untuk menghindari perasaan itu semakin tumbuh.

Tapi pada akhirnya Antara tetap tidak pernah lepas dari Gendis. Cowok itu juga malah jatuh pada pesona dan kasih sayang Tari. Bodoh memang.

"Egois ya kalo aku bilang mending kamu sama Tari putus. Kamu tau gak, kita udah dibuat malu sama Saka dan Tari. Bukannya udah terlanjur kan Am? Jadi yaudah putus aja."

"Kita salah, jadi kita pantes dibuat malu. Aku udah hancurin kepercayaan Tari Ndis, dia pasti kecewa," balas Antara lagi, masih membela Tari dan teman-temannya.

"Jadi rasa cinta aku ke kamu itu salah?" tanya Gendis lirih, kemudian tersenyum kecut.

"Gak gitu Ndis. Diluar dari perasaan aku atau kamu, yang kita lakuin jelas salah. Aku dan kamu punya pasangan, dan kita pacaran sama mereka bukan dalam waktu yang sebentar. Aku juga bingung sama perasaan aku Gendis, tapi aku gak bisa bohong kalau aku sayang sama Tari. Dia cewek baik, harusnya aku gak gituin dia," jelas Antara.

Antara menarik Gendis dalam pelukannya saat gadis itu mulai menangis. Antara mengusap kasar wajahnya. Di situasi seperti ini, Antara masih memilih untuk tinggal dan memastikan jika Gendis baik-baik saja.

Bahkan ia tidak memiliki sedikit keberanianpun untuk menghampiri Tari untuk meminta maaf dan melakukan hal yang sama. Antara memang bodoh.

***

Hi semuanya!

Jangan lupa vote dan komen di part ini ya. Semoga suka dan bisa terus stay di story' ini.

Aku bakal terus update teratur kalau gak ada halangan ya.

See you soon!

AntariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang