"Kita akan melangsungkan pernikahan setelah Aisyah pulih. Dan sekarang Aisyah sudah pulih. Jadi ayo secepatnya buat pesta pernikahan."
"Kau masih melanjutkan perjodohan itu setelah Aisyah begini?!"
"Ini sudah terlanjur mbu. Pria itu peduli Aisyah. Bahkan dia sudah jauh jauh menyusul Aisyah ke negara asing. "
Pertengkaran itu terjadi rumah elit milik orang tua Aisyah. Sedangkan gadis itu kini sedang berada dikamar bernuansa abu abu miliknya. Merenung dengan perasaan sedih.
Padahal sebelumnya orang tua Aisyah tidak pernah bertengkar seperti ini. Mereka adem ayem, tentram, dan damai. Namun setelah ia keluar dari rumah sakit semuanya berubah. Bahkan hampir tiap hari mereka bertengkar karena hal yang sama. Dan yang paling membuat gadis itu tambah murung karena sumber pertengkaran itu adalah dirinya.
Aisyah menatap kursi roda yang terparkir disudut kamar. Kursi roda yang ia gunakan sehabis koma selama beberapa bulan karena kakinya kaku. Sehingga harus menjalani terapi selama 6 bulan. Dan Minggu lalu adalah terapi terkahirnya. Dokter menyatakan Aisyah sudah pulih seutuhnya.
Gadis itu memutar mutar kakinya dengan wajah cemberut. Kenapa kakinya pulih terlalu cepat? Kenapa ia harus bisa berjalan dalam waktu cepat? Aisyah menyesal karena memaksakan dirinya latihan berjalan tanpa bantuan kursi roda. padahal saat itu kakinya bergetar hebat. Tuh kan setelah sembuh ujung ujungnya dinikahin.
"Bah, cobalah berfikir lagi. Laki laki yang akan Abah jodohkan itu seumuran dengan abah." Ujar Ambu bernegosiasi. "Pria itu pantas dinikahkan dengan janda sebelah bukan dengan Puteri kita Aisyah."
"Justru karena dia lebih tua dari Aisyah Abah memilihnya. Pria itu akan bersikap dewasa untuk Aisyah kita yang ke kanak kanak-an. Dan Ambu lihat dia juga mapan. Semua kebutuhan Aisyah pasti tercukupi. Jadi Abah bisa tenang melepas Puteri kita satu satunya."
Ambu memijit pelipisnya yang mendadak pusing. Jalan pikiran abah benar benar berbeda dengan pikirannya. Ambu prustasi. Ia tak tahu lagi harus mengatakan apa untuk meluruskan pikiran suaminya.
"Bah kenapa sih keras kepala sekali?" Tanya Ambu tak habis pikir.
"Selama ini Ambu diam saat Abah menjodohkan Ais dengan pria itu. Cobalah Abah berfikir dua kali menjodohkan Puteri kita itu seharusnya dengan orang yang pantas. Gadis seumuran Ais seharusnya mendapatkan pria yang masih muda juga. Abah ini. Berperilaku seperti tidak ada aja laki laki lain mau pada Aisyah."
"Jadi maksud Ambu laki laki itu harus tampan?" Sarkas Abah.
"Mbu, modal tampan aja gak cukup. Seorang pria harus bisa memenuhi kebutuhan isterinya. Apalagi materi. Memangnya setelah nikah nanti Ais bisa kenyang hanya dengan menatap ketampanan suaminya. Tetap saja butuh uang. Tapi tampan dan kaya pun belum tentu membuat Aisyah bahagia jika pria itu tidak bertanggung jawab. Yang terpenting dari pernikahan bukan soal tampan atau tidaknya. Tapi soal tanggung jawab dan materi itu sudah cukup."
Ambu memejamkan matanya. Dia membentur benturkan kepalanya pelan pada kursi mobil.
"Baiklah. Kita kan tidak pernah bertengkar sebelumya? Ambu tahu niat Abah baik tapi tetap Ambu tidak setuju. Selama ini Ambu diam saat Aisyah pergi ke luar negeri diam diam. Selama ini Ambu diam saat Aisyah pulang dalam kecelakaan. Selama ini Ambu diam saat Abah mendekat dekatkan dia dengan Aisyah. Tapi kali ini Ambu tidak akan diam lagi. Dia itu mesum, bah M-E-S-U-M. Dan Ambu gak rela Puteri Ambu diberikan kepada laki laki buaya seperti itu.
"Jika Abah tetap ingin melanjutkan perjodohan ini. Lebih baik kita PISAH. Dan Ambu akan membawa Aisyah pergi."
Mata Aisyah melotot dibalik tembok pengahalang kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Idol [Complete] ✔
FanfictionBercadar tapi bar bar? Itu adalah definisi dari seorang gadis manis bernama Asiyah Az-Zahra. Namanya saja terdengar anggun. Kelakukannya? bikin banyak istighfar. Namun belakngan ini dia mencoba bersikap anggun layaknya wanita pada umumnya. Niatnya i...