{23} Kembali berharap?

9 0 0
                                        

Senyum mu canduku. Hangatmu rinduku

/°/°/

Mentari berganti rembulan. Pagi berganti malam. Seorang perempuan masih setia bergulat dengan baskom berisi air hangat dan sepotong handuk kecil yang sudah kering kembali dibasuh dan di peras, setelahnya kembali di tempelkan di kening seorang pria. Itulah sejenak aktivitas yang ia tekuni saat ini.

"Sya, apa kamu tidak marah dengan saya?"

Alisya tidak menjawab. Bukan, bukan karena sedang puasa bicara. Hanya saja ia sedang bingung dengan kondisi hatinya dan harus ber-ekspresi seperti apa di hadapan Arkan.

Arkan memasang wajah masam saat sebuah ingatan terbersit di otaknya, dia teringat akan beberapa kesalahannya kepada Alisya. Ralat, bukan beberapa tapi terlalu banyak salah. Arkan mengubah posisi menjadi duduk tegap. Tak lupa mengesampingkan ego terlebih dahulu.

"Kamu kenapa?"

"Aneh?"

"Siapa? "

"Yang nanya"

"Kok saya hmm?"

"Masa gak ada angin, gak ada hujan tiba-tiba berubah. Jangan-jangan ada maunya lagi!" tuduh Alisya sembari menatap manik mata hitam legam milik Arkan dengan curiga.

"Jadi harus ada angin dan hujan dulu baru seseorang berubah?" Arkan menaik turunkan alis menatap gadis di depannya yang terlihat salting. Bukan salting dengan ucapannya, tapi dengan tatapan mematikan milik Arkan.

"Ya gak gitu juga konsepnya. Tapi Mas beneran gak lagi kesurupan kan? Tumben banget mau dekat sama Lisya biasanya juga marah atau ngusir" adu Alisya tanpa tahu respon Arkan bagaimana nanti.

"Dibaikin salah dikasarin juga salah. Emang ya lelaki selalu salah hm."

"Yeh, itu mah salah lelaki sendiri siapa nyuruh buat salah." celutuk Alisya emosian tanpa sadar. Membuat Arkan terkekeh gemas. Arkan berbeda. Pria itu tak lagi marah saat Alisya berbicara dengannya. Justru setiap kata yang keluar dari mulut Alisya membuatnya ingin tertawa. Entah apa yang lucu. Hanya ia dan Tuhan yang tahu.

"Kamu susah juga dibujuknya. Menarik!"

"Menarik?" Alisya mengerutkan keningnya bingung.

"Ya, menarik saya untuk mempertahankan kamu." ujar Arkan ringan. Eak

Duh, kok baper ya.

Alisya diam tanpa ekspresi. Sebenarnya sih jantungnya sedang dugem dag dig dug serr. Hanya saja sedikit mempertahankan ego gak masalahkan efribadeh. Ok, Alisya sedikit jual mahal mulai sekarang.

"Nggak papa, kamu berhak marah atas semua perlakuan saya selama ini. SAYA ATAS NAMA ARKAN AL-FAIZ, ATAP DAN LANTAI SEBAGAI SAKSI DENGAN TULUS MEMINTA MAAF KEPADA ALISYA SHAREENA AZ-ZAHRA SELAKU ISTRI SAYA." ungkapan maaf berkumandan dari bibir Arkan.

"Maaf Mas.." gumam Alisya. Ia beranjak bangkit dari tempat duduknya, meninggalkan Arkan yang masih menatapnya dalam diam. Alisya tidak mengindahkan panggilan Arkan dan terus melangkah pergi.

___

Bulan begitu indah namun tak mampu membuat Alisya menjadikannya titik fokus. Pikiran gadis itu berlari kesana kemari seperti tom and jerry.

ALISYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang