{5} Keputusan?

72 24 7
                                    

"Saat aku telah memutuskan ingin bersamamu, maka saat itulah aku sudah siap menanggung konsekuensinya."

Alisya-

.....

Tiga hari kemudian..

"Maaf karena telah membuat tuan menunggu. Hari ini saya akan menjawabnya, dan saya harap semoga apapun keputusannya, itu adalah yang terbaik."

Tergambar raut kecemasan di wajah wanita paruh baya itu, sedari tadi ia terus menggenggam tangan suaminya. Sedangkan Arkan sudah siap dengan jawaban apapun yang akan diberikan Alisya.

Gadis itu menerik napas, lalu menghembuskannya halus. Hari ini adalah  hari dimana dia harus memutuskan sesuatu dalam hidupnya. Beberapa hari Alisya sudah memikirkannya. Setelah istikharah, dia sudah memantapkan hati, keputusannya sudah bulat.

"Bismillah, Saya Alisya Shareena Az-Zahra telah menerima lamaran tuan Arkan Al-Faiz." ucap Alisya lugas, tiga hari cukup untuk Alisya mendapatkan jawaban itu.

Alisya merasa lega telah memberikan jawaban atas lamaran Arkan. Dan dia berharap pilihannya adalah yang terbaik. Mungkin memang Arkan calon imam yang selama ini Alisya impikan. Imam yang akan melengkapi separuh agamanya.

Alisya telah memutuskan untuk bersama Arkan. Perkenalan memang terbilang singkat, tapi Alisya sudah merasakan suatu kenyamanan saat di dekat pri itu. Dia telah meyakinkan hatinya untuk berlabuh pada Arkan.

Setelah mendengar jawaban Alisya, suasana yang sempat tegang itu, kini berubah menjadi hangat dan bahagia. Semburat kebahagian tercipta di wajah semua orang.

Tanggal pernikahan sudah di tetapkan, dan itu hanya tinggal sebulan lagi. Untuk acara pernikahan, keluarga Arkan yang akan mengurus semua persiapan pernikahan.

"Selamat sayang."

Wanita paruh baya itu memeluk Alisya hangat. Alisya seperti merasakan kembali pelukan seorang ibu, sosok yang selalu di rindukannya. Sudah dua tahu Alisya kehilangan keluarga yang begitu di cintainya, dua tahun pula dia tidak lagi merasakan kehangatan dan kasih sayang keluarga.

Di satu sisi Alisya sangat bahagia, tapi di sisi lain ada kesedihan mendalam yang di rasakannya. Kebahagiaannya tidak lengkap, menikah tanpa di dampingi Ayah dan ibu. Dia harus ikhlas. Ayah dan Ibu juga pasti akan bahagia melihatnya menikah. Walaupun tidak lagi di sisinya, tapi mereka tetap akan ada di hatinya dan selamanya selalu ada.

****

Seminggu kemudian..

Pagi sekali Alisya sudah bangun, itu bukan suatu hal asing baginya. Bangun awal telah menjadi kebiasaan gadis itu. Setelah subuh, Alisya tidak akan tidur kembali. Dia akan membereskan rumah dan berangkat kerja. Tapi tidak dengan hari ini, setelah membereskan rumah, dia segera bersiap-siap. Karena satu jam lagi Arkan akan menjemputnya untuk melakukan fitting baju pernikahan. Karena keluarga Arkan telah membuat janji dengan wedding organizer atau yang lebih sering di sebut WO.

Alisya tidak hanya akan pergi berdua saja, dia telah meminta Arkan untuk mengajak mamanya ikut menemani. Alisya tidak ingin hanya berdua saja di dalam mobil karena mereka belum sah menjadi mahram, dan satu hal lagi, itu hanya akan membuat suasana terasa canggung.

ALISYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang