{7} Suka Berujung Luka

65 24 2
                                    

Saat hati merasa terluka, dan mulut tidak lagi berbicara. Maka hanya air matalah yang mewakili rasa.

Nurlaila~

....................

Kharismanya telah menghanyutkan dan terbuai kata manis cintanya. Pelupuk mata gadis itu sudah terlihat membengkak karena terus mengeluarkan cairan bening dari matanya.

Hati mana yang tidak rapuh jika sudah berurusan dengan hati dan perasaan. Sakit sekali. Jangankan untuk dicintai, dianggap olehnya saja tidak.

Dia terlalu berharap menjadi ratu di hati Arkan, hingga akhirnya ia sendiri yang kecewa. Andai Alisya bisa menarik ulur waktu, mungkin dia akan memilih untuk tidak pernah mengenal dan mengangumi lelaki itu. Tapi itu hanya sebuah kata 'Andai'.

Astaghfirullah, Alisya hampir saja menyalahkan takdir Allah. Mungkin ini memang sudah menjadi suratan takdirnya, tidak sepatutnya dia mengandai-andai. Dibalik pertemuan yang terjadi, Allah  pasti sudah menyiapkan sebuah rencana terbaik-Nya. Meski kadang sebuah cerita harus melewati jalan yang cukup berliku demi mencapai puncaknya.

Setelah mengatakan kebenaran itu, suaminya pergi dari rumah tanpa sepengetahuan keluarga. Alisya sendiri tidak tahu kemana Arkan pergi. Mungkin saja pria itu, saat ini sedang berpesta merasayakan kemenangannya.

Allah. Maafkan hamba yang telah berpikir buruk tentang dia, suami hamba. Lindungi dia di manapun keberadaannya saat ini.

Sudah pukul dua belas malam, tapi Alisya tidak melihat tanda-tanda kepulangan Arkan. Suasana rumah sudah terlihat sepi. Hari ini cukup melelahkan bagi semua orang, mungkin mereka sudah lelap dalam tidurnya.

Alisya memutuskan untuk mengambil wudhu, sebelum tidur. Bukan hanya tubuhnya yang lelah, hatinya pun juga ikut lelah. Alisya hanya manusia biasa, yang juga memiliki lelah. Ia ingin mengistirahatkan semuanya. Rasanya begitu sesak.

Dia sudah mencoba menghubungi Arkan, tapi lelaki itu tidak ada kabar. Alisya merebahkan tubuhnya di atas kasur yang sangat empuk milik Arkan, dan itu juga sudah menjadi miliknya.

Alisya menyelimuti dirinya, dan menangis sejadinya di bawah selimut. Malam yang seharusnya indah, menjadi malam yang penuh luka dan air mata. Dia sudah tidak mempedulikan lagi pelupuk matanya yang sudah bengkak. Air bening terus tumpah ruah membasahi wajah cantik yang terlihat sendu itu.

Karena merasa lelah, Alisya akhirnya tertidur. Selain karena sudah lelah menangis, ini juga sudah tengah malam. matanya sudah tidak sanggup lagi menopang untuk tetap terjaga menunggu Arkan pulang.

Alisya sengaja tidak menggunci pintu kamar. Karena jika Arkan pulang, lelaki itu bisa langsung memasukinya tanpa harus membuat keributan karena menggedornya.

****

Allahu Akbar..

Allahu Akbar..

Suara adzan subuh berkumandang, memanggil setiap insan untuk segera menunaikan kewajibannya. Alisya bangun dan mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali melawan rasa kantuk yang menggerogoti matanya.

Dia merasa di sebelahnya di isi oleh seseorang. Alisya menoleh ke samping, dan mendapati suaminya yang tertidur pulas. Meski sedang tertidur, wajahnya masih terlihat sangat tampan.

ALISYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang