{13} Menanti Bahagia

68 8 0
                                    

Nah, jangan lupa vote dan komentarnya yah. 💖💖

Salam cinta dan sayang dari aku❤

Jazakumullahu khair.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Alisya melepaskan napas lega, akhirnya pertemuan mengerikan itu sudah selesai. Dia mulai menuntun kakinya melangkah keluar dari ruang sidang, sesuatu yang sangat ditakuti para mahasiswa akhir. Meski begitu tetap di nantikan. Sebenarnya sidang tidak seburuk yang dipikirkan, hanya saja terkadang rasa nervous yang berlebihan membuat seseorang tidak percaya diri.

Walaupun luka dan kesedihan selalu menghampiri hati dan perasaannya disebabkan ulah Arkan. Alisya tidak melupakan tugasnya sebagai mahasiswa semester akhir.

Di depan, seseorang sudah menunggunya dengan harap cemas menanti kabar apa yang akan Alisya katakan padanya.

“Bagaimana?” tanya Jessy menghampiri Alisya yang sudah keluar.

“Aku,” Alisya sengaja menjeda ucapannya, membuat gadis dengan gaun selutut itu terlihat tahan napas menanti. “Aku,, berhasil.” ucap Alisya berbinar bahagia. Jessy menghela napas lega dan langsung memeluk tubuh mungil Alisya. Dia turut berbahagia atas keberhasilan Alisya-sahabatnya.

“Hampir aja jantungku copot tahu gak?” oceh Jessy merasa kesal karena Alisya menjahilinya.

“Ya, Maaf!” pinta Alisya.

Seulas senyum terbit dari wajah Jessy, menanggapi permintaan maaf dari gadis berkerudung hitam di hadapannya.

“Wisuda menanti! Akhirnya kita bisa menyelesaikan ini semua.” ucap Jessy bersemangat, karena tidak lama lagi hari yang ditunggu- tunggu akan tiba, dan mereka akan segera menyandang gelar sarjana yang selama ini diimpikannya.

“Akhirnya aku bisa mewujudkan keinginan Ayah dan Ibu.” ada kesedihan yang terpancar dari mata Alisya, kala ia mengingat orang tuanya yang sudah pergi lebih dulu menghadap Illahi.

Melihat Alisya yang mulai berkaca-kaca, Jessy memegang kedua tangan sahabatnya itu. “Sya, sudah ikhlaskan! Mereka sudah berada di tempat terbaik, biarkan mereka tenang di keabadian. Aku yakin mereka pasti sangat bangga padamu. Mereka hanya pergi dari dunia ini, tapi tidak dari hatimu. Mereka akan selalu ada disini!” Jessy menunjuk hati Alisya.

Perjuangan Alisya patut di acungi jempol, dia sudah berjuang sejauh ini. Seandainya posisi itu terjadi dengan Jessy, dia tidak yakin bisa melewati semua sejauh yang Alisya lakukan. Jessy kembali memeluk tubuh mungil Alisya, untuk menguatkan dan memberi dorongan semangat. Karena hanya itu yang bisa dia lakukan saat ini.

Alisya berusaha mengukir senyum di wajahnya.

“Tapi, aku tidak yakin apa dia akan datang nanti?” ya, terlalu bermimpi jika berharap Arkan akan datang dan mendampinginya di hari bahagiannya.

“Jika dia tidak datang, dan lebih memilih si Sherly-Sherly itu, biar aku yang mendatangkannya!” ucap Jessy merasa geram.

Jessy tahu semua tidak mudah untuk Alisya, sudah empat tahun terakhir mereka menjalin persahabatan. Jessy tahu seberat apa perjuangan Alisya sampai sejauh ini. Mulai dari kehilangan orang tua, bekerja membanting tulang untuk melanjutkan hidup dan pendidikannya, dan kembali harus menelan pil pahit saat telah menikah dengan pria yang ternyata tidak tulus mencintainya. Arkan tidak lebih dari sekedar mempermainkan pernikahan dan perasaan Alisya.

Ya, Jessy sudah mengetahui semua. Alisya terpaksa bercerita karena gadis itu terus memaksa untuk bercerita padanya. Jessy sangat marah setelah mendengar cerita tersebut, andai dia tahu Arkan hanya mempermainkan Alisya untuk mewujudkan keinginannya, dia tidak akan membiarkan Alisya jatuh kepelukan pria selicik Arkan.

ALISYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang