{17} Hati Yang Tersakiti

59 5 0
                                    

"Aku sudah lelah untuk mengerti..
Tapi entah kenapa aku terus berjuang dan mempertahankan!"

Alisya~

.....

Hidup itu pilihan! Tinggal atau pergi itu adalah hakmu.

Benarkah begitu?

Lalu bagaimana jika hati ini tidak ingin pergi. Haruskah aku berlari tanpa kembali? Inginku pergi tapi hatiku mengingkari. Mungkin aku terlihat bodoh, tapi tahukah kalian bagaimana rasanya jatuh cinta dengan hastrat ingin memiliki? Mungkin itu terdengar biasa saja. Namun, bagaimana jika kita sudah memiliki tapi tanpa dicintai. Rasanya sakit sekali bukan? Ah, tentu saja sakit.

Kadang-kadang cinta memang perlu diuji untuk mencari kesetiaan diri. Cinta itu memang sedikit membingungkan, tapi dibalik semua itu ada secercah harapan yang tak terucapkan.

Jalanan sepi nan sunyi terasa lengkap mengiringi langkah kaki Alisya dengan segala luka di hatinya. Tetesan air langit yang turun seakan ikut merasakan kepedihannya.

Pengakuan Arkan sungguh menyakiti perasaan Alisya. Hatinya seperti teriris-iris bahkan lebih sakit dari itu. Alisya menangis bersama hujan yang mulai membasahi bumi.

Allah. Aku bisa apa? Haruskah aku berhenti dan mengakhiri semua ini. Alisya menghapus air mata yang terjatuh lagi tanpa permisi. Rasa nya sulit mengingat dia yang sangat mencintainya.

Jadilah wanita yang tangguh, selalu sabar dan bersyukur apapun takdir hidupmu.

Alisya kembali teringat dengan pesan ayahnya dulu. Alisya tidak boleh mengecewakan mereka dengan menyerah begitu saja. Alisya ingin membangun rumah tangga bersama dan menggapai yang nama nya sakinah! Seperti Ayah dan Ibunya hingga maut yang memisahkan cinta mereka tetap abadi.

Sebuah mobil berhenti di dekatnya. Namun Alisya tidak menyadari itu karna
Alisya terlalu sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri.

“Sya, apa yang kamu lakukan? Mengapa tidak berteduh! Hujan bisa membuatmu sakit.” pria itu segera memayungi Alisya. Mengapa harus dia yang selalu ada ketika Alisya membutuhkan. Khalif seperti seorang penolong yang ditakdirkan Tuhan untuk ada di hidupnya yang jauh berbanding terbalik dengan suaminya.

****

Di tempat lain, di sebuah cafe Arkan baru saja menyelesaikan meeting nya dalam tiga puluh menit kemudian. Sedari tadi pikirannya tidak fokus, Arkan memikirkan Alisya yang pergi setelah mendengar pengakuannya. Arkan dengan jelas melihat mata Alisya berkaca-kaca sebelum dia pergi tadi.

“Sial!” umpat Arkan ketika melihat di luar hujan deras dan Alisya tidak mengangkat telepon nya.

Arkan berlari menuju mobilnya dan mulai menjalankannya. Jalanan terlihat sepi mungkin semua orang lebih memilih menepi dan menikmati secangkir kopi dari pada menerobos hujan.

Arkan menepikan mobilnya melihat gadis yang terasa familiar dengannya sedang berjalan seorang diri di bawah hujan yang mulai membasahi.

"Gadis bodoh!" umpat Arkan melihat Alisya tidak berteduh dari hujan yang semakin deras.

Baru saja Arkan ingin turun dan menghampiri perempuan itu, sebuah mobil berhenti tepat di dekat perempuan itu dan seseorang turun dari dalamnya. Arkan mengurungkan niatnya ketika melihat Khalif sudah melindungi Alisya dari hujan yang membasahi. Mengapa wanita begitu sulit di mengerti dan kadang suka bertindak bodoh sesuka hati.

ALISYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang