{6} Bahagia dan Kecewa

83 23 20
                                    

"Menikah untuk menyempurnakan separuh agama"

Alisya~

.....

Imam. Apa semua perempuan memimpikannya? Lalu menikah, Menggapai sakinah. Ya, menikah memang menjadi moment paling indah dan bersejarah.

Seperti seorang gadis yang saat ini tengah menatap pantulan tubuhnya dari cermin. Benar-benar terlihat berbeda, dengan gaun kebaya panjang berwarna putih serta jilbab berwarna senada dengan mahkota kecil di atas kepala, dan polesan make up minimalis pada wajahnya, membuat Alisya terlihat cantik bak putri di negeri dongeng.

"Masya Allah Alisya, kamu cantik banget." puji Maya sambil menatap kearah Alisya dengan berbinar.

"Sangat cantik. Bibi ternyata memiliki ponakan secantik putri raja" puji wanita bernama Dewi, yang merupakan istri dari Hasan--paman Alisya.

"Ini bener teh Neng Alis yang suka makan mie instan? Neng Alis cantik pisan. Ibu saja pangling lihatnya. Tapi maaf Neng ya, ibu enggak bisa ikut karena anak ibu lagi sakit." tambah bu Lastri.

Alisya mendapatkan pujian dari semua orang. Bisa di bilang baru kali ini wajah Alisya di poles make up. Selain tidak pernah berdandan, selama ini dia selalu berpenampilan apaadanya.

"Sudah ah, jangan di puji terus, nanti Alisya melayang." siapa sih yang tidak tersipu dengan pujian, Alisya hanya perempuan biasa, saat terlihat cantik dan di puji, dia berbinar.

Mobil yang di kirim keluarga Arkan serta supir pribadinya telah datang menjemput Alisya. Hanya ada paman dan bibi, serta Maya yang datang menemani Alisya, cukup satu mobil untuk sampai di kediaman keluarga Arkan. Alisya menatap rumahnya, setelah sah menjadi istri Arkan, mungkin ia tidak lagi menempatinya. Rumah ini begitu banyak menyimpan kenangan. Dan rumah ini pula menjadi saksi perjuangannya Alisya selama ini.

Sayang, di hari pernikahan yang akan menjadi hari bersejarah dalam hidupnya, Alisya tidak di dampingi Ayah dan ibu. Meski begitu, mereka pasti menyaksikan pernikahan putri semata wayangnya dari surga. Mereka tak pernah jauh, selalu ada di hatinya dan tidak akan pernah tergantikan dengan apapun.

Beberapa hari yang lalu Alisya sempat dilanda kebingungan, tentang siapa yang akan menjadi wali nikahnya. Setelah berusaha mengingat, akhirnya Alisya terpikirkan tentang Hasan--pamannya yang tinggal di luar kota. Hasan adalah kakak dari Ayah Alisya, dan bisa menjadi wali nikah.

Gadis itu mencoba mencari kontak Hasan di ponselnya. Saat pemakaman orang tuanya, Hasan sempat datang ke jakarta, dan ikut andil mengurus pemakaman.

Beruntung kontaknya masih bisa di hubungi. Alisya memberitahu Hasan tentang pernikahannya, dan Hasan bersedia menjadi wali nikahnya nanti.

****

Sudah sejak sepuluh menit, acara di mulai. Alisya terus merapalkan do'a untuk menghilangkan rasa gugup dan hati yang tidak tenang. Satu persatu acara dilakukan, hinggai sampai pada puncaknya, dimana titik ijab qabul akan segera di ucapkan.

Apakah semua perempuan yang akan dihalalkan merasa seperti ini? Gugup, senang, sedih semua bercampur satu. Perasaan itulah yang Alisya rasakan saat ini.

"Aku nikahkan engkau Arkan Al-Faiz bin Malik Al-Faiz dengan keponakanku Alisya Shareena Az-Zahra binti almarhum Ali Syarief  dengan maskawin seperangkat alat shalat dan perhiasan sepuluh gram di bayar tunai."

ALISYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang