“Allah datangkan cobaan karena kamu mampu untuk melewatinya. Cobaan datang bukan untuk melemahkan, tapi untuk menguatkan.”
Nurlaila~
.
.
.
.
.Saat ini Arkan sedang mengantarkan Sherly pulang. Betapa sangat perhatiannya Arkan kepada wanita itu, dia merelakan waktunya terbuang hanya untuk seorang kekasih yang tidak halal untuknya. Entah kapan Arkan bisa menyadari bahwa ada hati yang telah ia sakiti berulang kali. Alisya hanya bisa berharap dan berdo'a agar lelaki itu bisa mencintainya.
Seseorang mengelus lembut bahu Alisya yang bergetar karena isakan tangis "Non yang sabar ya! Bibi percaya suatu saat nanti Den Arkan pasti bisa mencintai Non Alisya." ucapnya menghibur Alisya. Meskipun Alisya adalah majikannya, tetapi wanita itu sudah menganggap Alisya seperti putrinya sendiri, dan ia juga seorang wanita yang bila di perlakukan seperti itu, akan merasa terluka dan kecewa.
Alisya menghapus sisa-sisa air mata di wajahnya. "Apa bibi sudah tahu semuanya?" tanya Alisya, dengan suara yang terdengar parau, sorot matanya memancarkan kesedihan teramat sangat. Bi Lani yang di tanya hanya menganggukkan kepala tanda mengiyakan.
"Maaf Non, bibi tidak bermaksud ikut campur urusan Non, tapi bibi sudah tahu itu sebulan yang lalu, semenjak bibi lihat Den Arkan selalu tidur di kamar sebelah, dan seminggu yang lalu bibi tidak sengaja melihat Den Arkan jalan bersama dengan Non Sherly. Maaf Non, jika bibi lancang."
"Bi, Alisya mohon bibi jangan ceritakan ini semua sama mama ataupun papa. Alisya mohon rahasiakan ini semua." pinta Alisya kepada bi Lani, asisten rumah tangga yang sudah dua bulan terakhir berkerja di rumahnya. Wajar saja jika wanita itu tahu perihal rumah tangga Alisya selama ini.
Bi lani mengangguk, setelah wanita itu kembali ke dapur untuk melakukan perkerjaannya. Alisya menghela napasnya berat, lalu segera menghapus air mata di wajahnya. Dia tidak boleh lemah hanya karena cinta dan luka yang Arkan torehkan. Dia harus kuat dan berjuang mempertahankan rumah tangganya.
Mungkin terlihat bodoh? Telah mempertahankan cinta yang terus menyakitkan. Tapi rasa sakit itulah yang sebenarnya telah mengajarkannya untuk kuat dan bertahan.
Seiring berjalannya waktu, cinta itu pasti akan tumbuh dan bersemi. Mungkin tidak sekarang, tapi Alisya percaya lambat laun Arkan pasti bisa mencintainya!
****
Senja mulai menebarkan keindahannya, keindahan yang selalu di rindukan setiap manik mata yang ingin menatapnya. Burung-burung menari ria, mendendangkan nyanyian keindahan.
Saat ini Alisya sedang menyiapkan makan malam untuk Arkan. Meskipun hatinya sudah sangat lelah, tapi ia tidak ingin lalai melakukan kewajibannya sebagai seorang istri.
Setelah menata semua makanan di atas piring, terdengar suara mobil memasuki perataran rumah. Itu pasti Arkan, pikir Alisya segera berjalan menuju pintu, untuk membukanya.
"Mas, kamu su...." ucapan Alisya terputus saat melihat lelaki di depannya itu bukanlah Arkan.
"Pak Khalif?"
Lelaki tampan itu berdiri di sana, sambil menatap Alisya yang sedikit terkejut dengan kedatangannya.
"Apa saya boleh masuk?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALISYA
Random"Jangan berhenti berdo'a yang terbaik bagi orang yang kamu cintai..." (Ali bin Abi Thalib) ________ Blurb: Tujuan menikah untuk menyempurnakan separuh agama. tapi bagaimana jika sebuah pernikahan justru di permainkan? Saat otakku memberontak, hatik...