{15} Aku Bisa Apa?

36 6 0
                                    

Bijak dengan meninggalkan jejak.
Don't to vote, share and comment.

Ok. Selamat membaca!

🌻🌻

"Seorang perempuan bisa menyembunyikan perasaannya seolah tidak memiliki perasaan apa-apa. Padahal sesungguhnya dia begitu mencintai dan ingin memiliki."

Alisya~

.....

Alisya sudah sampai di cafe seperti janjinya dengan Jessy. Dia duduk di salah satu meja menunggu kedatangan sahabatnya. Sesekali Alisya melihat arlogi yang melingkar indah di pergelangan tangan putihnya.

"Permisi Mbak, ini minumnya." ucap pramusaji itu ramah, mengantarkan pesanan Alisya. Seperti biasa, chocolate milkshake selalu menjadi pilihan terbaiknya.

"Terima kasih, Mbak." melihat pramusaji itu jadi mengingatkan Alisya pada masa dimana dia juga pernah bekerja menjadi pramusaji di cafe cemara.

"Sya.. Maaf aku telat." Jessy segera duduk di kursinya. Dia baru saja datang. Seperti janjinya semalam, mereka akan bertemu di cafe ini.

"Iya, gak papa. Memangnya ada apa, Jes? Sepertinya penting."

"Aku lihat Sherly bersama pria lain." ucap Jessy, setelah berhasil mengatur napas kembali.

Alisya nampak terkejut mendengar apa yang baru saja Jessy lontarkan. Sherly berkhianat? Terasa tidak mungkin. Arkan pria sempurna dan memiliki segalanya, untuk apa wanita itu menduakannya. Bahkan Arkan lebih memilih Sherly di bandingkan Alisya yang sudah sah menjabat sebagai istrinya.

"Jes, ini beneran gak lucu. Jangan bercanda deh."

Jessy menghela napas gusar. Alisya terlalu percaya penuh pada semua orang. Hingga dia tidak bisa melihat kebohongan di dalamnya. Belum tentu yang diluar sama dengan yang di dalam. Kita tidak tahu isi hati manusia itu seperti apa. Bisa saja berbeda dari apa yang kita lihat.

"Aku serius, Sya. Kemarin aku lihat Sherly di mall gandengan sama cowok lain." ujar Jessy yakin, bahwa yang dia lihat kemarin memang benar Sherly.

"Aku harus memberitahu Mas Arkan tentang ini!" ucap Alisya.

"Untuk apa? Untuk cinta yang tidak pernah di hargai! Sya, stop pertahankan hubungan yang menyakiti dirimu sendiri. Kamu berhak bahagia. Biarkan ini semua terjadi, Arkan juga harus merasakan sakit yang sama seperti yang kamu rasakan selama ini. Bagaimana sakitnya dikhianati dan dipermainkan. Dia juga harus merasakannya." ucap Jessy, penuh kebencian pada pria itu. Dia tidak ingin melihat sahabatnya selalu menangis karena pria itu. Alisya berhak bahagia, bukan terluka.

Alisya menghembuskan napas berat. "Bagaimanapun dia suamiku. Aku tidak bisa tinggal diam dan membiarkannya."

"Ya, suami yang tidak pernah menghargai istrinya. Apa itu pantas di sebut seorang suami? Pria seperti itu tidak pantas untuk di perjuangkan."

Jessy memang sudah menanamkan kebencian pada Arkan, semenjak dia tahu bahwa Arkan memperlakukan Alisya buruk. Pria itulah yang selalu mentorehkan luka dan sudah membuat air mata Alisya selalu turun membasahi pipi putihnya. Jessy sangat membenci lelaki yang seperti itu.

"Maaf Jes, tapi kali ini aku tidak bisa sependapat denganmu. Mas Arkan harus tahu siapa Sherly yang sebenarnya! Maaf, aku harus pergi. Assalamu'alaikum." Sebelum pergi, Alisya meninggalkan uang untuk membayar minumannya.

Gadis itu masih sama. Dia selalu memikirkan kebahagian orang di sekitarnya, di bandingkan memikirkan kebahagiaan dirinya sendiri. Melihat Alisya yang sudah hilang di balik pintu keluar, Jessy menghembuskan napas gusar.

ALISYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang