"Astaga, pusing banget kaya abis kena gempa."
Haresa baru saja sadar dari tidurnya. Ia duduk di atas kasur, lalu melihat-lihat ruangan dengan pandangan yang masih setengah buram. Lalu, datanglah ibu UKS untuk memeriksa keadaannya.
"Kamu masih pusing?"
Haresa mengangguk pelan.
"Kamu harus makan, supaya energinya kembali lagi."
"Iya bu"
Saat ingin berdiri, Haresa tak sengaja melihat roti dan susu yang diletakkan di dekatnya. Si ibu UKS justru meledeknya, "jangan diliatin aja, makan dong rotinya, nanti kalau nggak dimakan ada yang marah loh."
"Siapa emangnya yang ngasih, bu?"
"Itu anak kelas A, Jake namanya, kamu kenal?"
"Jake?! Kenal bu."
"Oh, kenal toh. Kamu nggak suka sama dia? Kan ganteng."
"Pernah bu saya suka sama dia, tapi pas tau anaknya nyebelin jadi ke cancel deh sukanya."
"Ya ampun, udah kaya orderan go-food aja di cancel-cancel gitu. Udah cepetan makan dulu itu rotinya, nanti biar bisa balik ke kelas lagi."
"Siap Bu!"
Haresa membuka bungkus rotinya, lalu memakannya. Kemudian ia juga menghabiskan sekotak susu yang telah diberikan oleh Jake.
___
Setelah semakin membaik, Haresa kembali, ia berjalan santai menuju kelasnya. Namun, anak kelas 10 yang sedang berlari sambil membawa satu cup kopi tiba-tiba menabraknya. Seragam Haresa yang berwarna putih cerah mendadak ternodai.
"Aduh kak maaf, aku nggak sengaja."
Haresa kesal sebetulnya, ada gitu orang bawa-bawa minum sambil lari, kan aneh. Tapi mau marah juga udah terlanjur kotor seragamnya.
"Iya gapapa," Haresa melihat nametag yang tertempel di seragam adik kelasnya itu. "Layla?" Haresa yang kesal jadi ketawa-ketawa, ia malah teringat kodok gemuk milik Jake.
"Kenapa kak? Kok ketawa."
"Gapapa, lucu aja nama kamu."
"Sekali lagi aku minta maaf ya, kak."
"Iya iya, gapapa kok."
Haresa melanjutkan langkahnya, tapi ia tak menuju kelas, melainkan toilet. Ia tak bisa pergi ke kelas dengan noda yang cukup banyak di seragamnya seperti ini.
Tetes demi tetes air dikucurkan ke seragam, noda yang tadinya kontras kini perlahan menghilang. Ya meskipun nggak hilang sepenuhnya, tapi ini jauh lebih baik dari sebelumnya.
Haresa keluar dari toilet, lalu disusul juga oleh kemunculan Jake yang kebetulan tak sengaja habis dari toilet laki-laki. "Astaga Haresa, seragam lo basah banget. Nanti kalau sakit gimana? Tunggu sini gue ambil seragam buat lo." titah Jake.
Tak bisa menjawab perkataan Jake, Haresa cuma melongo. Sejak kapan si Jake jadi banyak omong gitu?
Tapi tanpa sadar Haresa tersenyum tipis, ia senang karena belakangan ini Jake sungguh perhatian. Meskipun menurutnya aneh.
"Nih pake dulu seragam gue." tutur Jake sambil menggantungkan seragamnya di pundak Haresa.
"Lah terus nanti lo make baju apa?"
"Tenang aja, gue abis olahraga jamkos. Jadi bebas mau make kaos juga."
Jake pergi setelah itu, ia tak mau banyak basa-basi. Takutnya Haresa malah menolak tawarannya seperti kemarin-kemarin.
__
"Res" panggil Sunghoon.
Haresa yang sedang mencatat materi yang tertinggal langsung menengok, "Apa?"
"Seragam lo kenapa? Kok jadi kebesaran."
"Ini bukan seragam gue, tapi punya Jake."
"Hah gimana-gimana? Kok bisa?"
"Oh itu tadi Jake—" Haresa refleks berhenti menulis, ia sadar akan ucapannya. Memang mulutnya itu suka kebablasan.
"Jake gimana? Lo deket sama dia?"
"Nggak hoon, cuma tinggal bareng sementara aja."
"Hah gimana-gimana?"
Haresa kini mengigit bibirnya. Mulutnya benar-benar nggak bisa diajak kompromi, beruntung otak teman yang mengajaknya mengobrol itu lamban.
"Gatau hoon, gue ngerjain dulu." pengalihan Haresa.
Setelah mencatat pelajaran yang tertinggal, Haresa menuju ruang guru untuk mengkonfirmasi bahwa catatannya telah penuh ke pak Namjoon. Tapi, ia justru melihat Jake di sana. Jake terlihat sedang mendapat teguran akibat tidak memakai seragam sekolah.
"Ealah Haresa itu seragam kamu kok nametag-nya Jake?" ledek pak Jimin.
Seluruh guru yang tadinya heboh karena siswa teladan seperti Jake membuat kesalahan langsung menatap ke arah Haresa sambil tersenyum.
"Bilang dong Jake kalau seragamnya dipinjem pacar kamu." sambung pak Jimin.
"Saya bukan pacarnya pak, ini tadi seragam saya ketumpahan kopi, makanya dipinjemin sama Jake." selak Haresa.
Pak Jimin tertawa kecil, "udah-udah, Jake tidak jadi saya hukum. Saya juga pernah muda. Semangat berjuang Jake!"
Haresa dan Jake keluar dari ruang guru bersamaan. Keduanya berujung canggung, tapi Haresa yang tidak suka keheningan langsung membuka suara. "Jake, m–makasih udah ngasih gue roti sama minjemin seragam. Maaf lo jadi dihukum gara-gara ini."
"Lo tau darimana gue yang ngasih roti?"
"Ibu uks."
Jake menghela nafasnya, si ibu benar-benar tidak bisa menjaga rahasia.
"Jake, gue janji nggak bakal buat lo kesel lagi."
"Kok tiba-tiba?"
"Iya, gue baru sadar kalau ternyata lo nggak senyebelin yang gue kira."
Jake tertawa kecil, "kalau gitu, nanti pulang sekolah bareng gue, ya?"
Haresa mengangguk, "oke!"
[09]
pls jake gemes bgt ga si?
mau bawa pulang rasanyaaaJangan lupa votenya^^
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days with Jake✔️
FanfictionAwalnya saling benci, lama-lama jadi cinta cover by pinterest.