[19]

3.1K 501 16
                                    

Hari ini, murid-murid sekolah tengah mengerjakan tes ujian TOEFL. Tes kali ini dilakukan secara online lewat komputer. Jake dan Haresa mengerjakannya dengan serius. Meskipun beda kelas, energi ambisius mereka terlihat menggebu-gebu.

"Pssst...." suara Sunghoon memanggil Haresa. "Nomer 19," tanya-nya.

Haresa menengok lalu menunjukan dua jemarinya, artinya jawaban tersebut adalah B. "Thanks," ucap Sunghoon.

Jay yang melihat kelakuan Sunghoon hanya bisa menggelengkan kepalanya. Orang ngebug itu tidak tahu kalau tipe soalnya berbeda dengan Haresa.

Hadeh.....

Setelah mengerjakan soal selama dua jam lebih. Sistem memberhentikan operasi ujiannya secara otomatis. Lalu langsung muncul ranking TOEFL satu angkatan.

Saat melihat hasilnya, Haresa refleks membulatkan mata. Ternyata, ranking TOEFL miliknya berada di nomer sepuluh terbaik. Haresa hampir bersorak gembira, mau pamer ke Jake saja rasanya.

"Hoon, lo ranking keberapa?" tanya Jay.

Sunghoon ngebug sebentar, "hah? oh, itu, gue kedua."

Jay terkejut, "hah?! Serius?!"

"Iya, kedua, dari bawah."

"Oh, nggak heran sih kalau itu." Jay menengok ke arah Haresa, "Res, lo ranking berapa?"

"ke-sepuluh," jawab Haresa.

"Hah? Sepuluh? Dari bawah juga?"

"Nggak, sepuluh beneran."

"Oh." Jay cuma ngangguk tak percaya, mungkin Haresa halu.

_____

Kini, Haresa berjalan keluar kelas, lalu menunggu kedatangan Jake di depan gerbang. Ia sangat tak sabar, rasanya ingin cepat-cepat pamer ke Jake atas hasil kerja kerasnya.

Tapi, tak lama setelah menunggu, Haresa justru didatangi oleh segerombolan murid yang terbilang cukup pintar di angkatannya. Tatapan mereka terlihat cukup mengintimidasi. "Liat nih guys, masa murid kelas F bisa jadi sepuluh terbaik di angkatan?! Beli KJ dimana coba?!" sindir mereka.

Haresa yang berdiri tepat di hadapan mereka langsung merotasikan mata. Mentang-mentang anak pintar bisa-bisanya nuduh orang sembarangan.

"Kok diem sih? Ngaku ya?" salah satu dari mereka maju dan semakin mendekati Haresa. "Murid kelas F mah nggak cocok buat jadi yang terbaik."

Daripada mendengar ocehan mereka yang bikin emosi, lebih baik Haresa pergi. Males banget rasanya kalau sampai ribut cuma gara-gara kelakuan orang iri. Buang-buang waktu saja.

Saat Haresa baru berjalan beberapa langkah, Jake tiba-tiba merangkul pundaknya dari samping. "Selamat, udah jadi sepuluh terbaik pacarnya Jake!"

Haresa mengangguk.

Jake mengerutkan kening saat melihat wajah cemberut Haresa, "kok malah sedih? Bukannya seneng kalau—"

Haresa berhenti melangkah. "Jake, menurut lo, anak se-bodoh gue pantes nggak buat jadi sepuluh terbaik?" Haresa yang tadinya ingin pamer, kini mengganti topik.

"Res, denger." Jake berdiri tepat dihadapan Haresa, lalu memegang kedua pundaknya. "Nggak ada orang bodoh di dunia ini, dan siapapun pantes buat jadi yang terbaik. Jadi Lo nggak usah peduliin ucapan mereka, mereka cuma iri."

"Tapi, lo nggak pernah nyesel kan punya pacar kaya gue? Gue takut pandangan orang ke lo jadi berubah, soalnya lo genius sedangkan gue—"

"Nggak, gue nggak pernah nyesel." Jake tiba-tiba mencubit kedua sisi pipi Haresa. "Soalnya lo lucu."

"Stop! Sakit tau!"

"Biarin."

"Ih! Lo mau mati?!" Haresa menginjak kaki Jake. "Nih, rasain!"

"Aaak! Sakit, Res!"

Sekarang Jake dan Haresa malah ribut di sekolah. Yang tadinya sudah seperti pasangan beneran, eh malah kaya dulu lagi. Memang sifat Tom and Jerry nya itu suka muncul dadakan, kaya tahu bulat.

"Awas lo Jake! Kalau lo cubit pipi gue lagi, bakal gue patahin jari telunjuk lo!" ucap Haresa seraya menjewer telinga Jake.

"Iya, ampun beb."

"Nggak! Nggak ada ampun!"

[19]



Maaf ya gengs lama bgt upnya,
aku agak sibuk belakangan ini,
See you di next chapter<3



30 Days with Jake✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang