Beli tomat di pulu-pulu
Selamat berhaluPagi ini sekolah mengadakan perkumpulan. Murid-murid disuruh berkumpul di aula sekolah untuk mendengarkan pengumuman dari kepala sekolah.
"Hoon, ini pengumuman tentang apa?" tanya Haresa.
"Gue nggak tau, btw lo liat Lauren nggak, Res? Gue dari tadi nggak nemu."
"Tuh, ada di arah jam tujuh." tunjuk Haresa.
Sunghoon langsung melihat ke arah Lauren sambil tersenyum. Tampangnya benar-benar seperti orang yang di mabuk cinta.
"Betewe Res, gue mau kasih surat ke Lauren, kalau isinya kaya gini menurut lo gimana?" Sunghoon memberi Haresa selembar kertas yang terlipat dua, lalu Haresa perlahan membukanya.
"Lauren kamu tau nggak bedanya
kamu sama jam dinding?
Kalau jam dinding tuh nempel di tembok,
Tapi kalau kamu nempel di hatiku."Haresa yang membaca hanya menahan tawanya, mana ada surat cinta isinya seperti ini. "Gimana, Res?" tanya Sunghoon.
Haresa menghela nafas, "ini bukan surat cinta Hoon, kalau surat cinta isinya tuh tulisan tentang isi hati lo, bukan gombalan."
"Oh, berarti salah dong."
"Ya iyalah."
Tak lama setelah itu, kepala sekolah naik ke atas podium. Lalu menyampaikan beberapa kalimat pidato. Haresa yang mendengarnya benar-benar menahan ngantuk.
"........selanjutnya akan ada penyampaian pidato Inggris oleh murid terbaik kita, Jake Shim."
Mendengar kata Jake, Haresa mendadak seger, nggak ada lagi yang namanya ngantuk.
Jake perlahan berjalan menuju podium sambil tersenyum tipis. Kemudian, ia menggerakkan mic yang ada di podium ke arah mulutnya.
Meskipun Haresa tak tau apa yang disampaikan Jake, tapi Haresa tetap memandanginya dengan sepenuh hati.
"......that's all, thank you very much."
Kepala sekolah tiba-tiba menghampiri Jake yang baru saja selesai berpidato. "Jake, saya dengar kamu mendapatkan posisi pertama pada ujian TOEFL kali ini."
Jake mengangguk, "iya, pak."
"Sesuai janji, apakah kamu sudah siap untuk belajar ke Australia?"
Jake yang masih berdiri di atas podium tiba-tiba menatap Haresa, lalu kembali menatap kepala sekolah. "Tentunya siap pak."
Haresa sebetulnya senang kalau Jake bisa pergi belajar di luar negeri. Tapi mengapa Jake tak pernah cerita? Padahal kan soal ini tak perlu dirahasiakan.
______
Setelah perkumpulan berakhir, Haresa menunggu Jake di luar aula, mau ucapin selamat gitu. Walaupun sebenarnya ia merasa sedikit kecewa karena Jake tak pernah membahas apa-apa tentang Australia.
Tapi, sebelum Jake keluar, Haresa mendengar suara perempuan yang berbicara dengan Jake. Haresa tak kenal siapa dia, tapi sepertinya Grace, teman sekelas Jake.
"Jake selamat, akhirnya jadi juga ke Australia."
"Thanks, btw lo ngga ke kelas?"
"Ngga nanti aja, gue mau bantuin lo angkatin laporan."
"Oke deh."
Mendengar sedikit pembicaraan seperti itu, tentu membuat Haresa merasa cemburu. Ditambah lagi, Grace sepertinya satu-satunya orang yang tau kalau Jake ingin ke Australia.
Udah deh berujung Haresa jadi galau.
"WOI HARESA!" teriak Jay dari jauh.
Haresa kaget, lagi nguping tiba-tiba ada yang manggil.
"Psssst..... Apaansi Jay?!" Haresa menghampiri Jay.
"Dicariin."
"Sama?"
"Kepala sekolah."
"Hah?!"
"Iya, Lo disuruh cepet-cepet ke ruangannya."
Haresa menelan ludah, ia panik. Tumben sekali kepala sekolah memanggil dirinya. Kalau bukan karena nilai merah, apalagi coba.
Haresa kini berlari menuju ruangan kepala sekolah, lalu perlahan membuka pintu masuknya. Di dalam sini ternyata ada banyak murid yang berkumpul selain dirinya. Tapi, kebanyakan dari mereka adalah murid-murid terbaik.
Krek!
Suara pintu terbuka. Jake ternyata ikut masuk ke ruangan ini, tapi ia datang bersama Grace. Bikin cemburu aja.
"Nah, karena sudah berkumpul semua. Bapak mau beri tau kalau kalian akan mendapatkan hadiah karena telah menjadi sepuluh besar di ujian TOEFL kali ini."
Yang lain senang, tapi Haresa tidak. Haresa masih merasa cemburu melihat Jake deketan sama Grace.
".....Untuk 5-10 besar, kalian dapat bingkisan dari saya, nanti kalian bisa ambil pas pulang sekolah ya. Lalu untuk 2-4 besar kalian dapat surat rekomendasi universitas, nanti kalian tinggal konfirmasi ke BP."
"....dan terakhir juara 1, seperti yang kita tau Jake akan bertukar pelajar dengan salah satu siswa di Australia."
Seluruhnya otomatis bertepuk tangan, bangga akan dirinya sendiri sekaligus memberi selamat untuk Jake. Setelah itu, kepala sekolah menyuruh mereka untuk kembali ke kelas masing-masing.
"Jake." Panggil Haresa.
Jake yang baru keluar dari ruang kepala sekolah langsung menghampiri Haresa. "Kenapa beb? Pulang sekolah mau jalan-jalan?"
Haresa menarik tangan Jake. "Ikut gue."
Belum juga berjalan jauh, tiba-tiba Grace datang menghampiri Jake dan Haresa. "Jake mau kemana? Itu siapa?" tanya Grace.
Haresa langsung melepas tangan Jake, tapi Jake menolak, ia ingin tetap menggandeng tangan Haresa.
"Sebentar ya Grace, gue mau ngomong sama Haresa." ucap Jake sembari menuntun Haresa menuju belakang sekolah.
"Mau ngomong apa beb?" tanya Jake.
"I-itu, selamat, lo bisa belajar ke Australia."
Wajah Jake berubah menjadi sedih. Ia terlihat tak suka dengan ucapan selamat itu. "Maaf Res, gue ngga pernah cerita."
Haresa menarik nafas. "Gapapa, lagipula lo ke sana buat belajar kan, ngga macem-macem."
Suasana mendadak hening sebentar. Tapi Jake justru meledek Haresa, "Nanti di sana banyak bule cantik, gebet kali ya."
Haresa merubah tatapannya menjadi garang. "Heh! Lo mau mati?!"
Jake tertawa, entah mengapa melihat wajah Haresa yang kesal itu selalu membuat dirinya terhibur. "Bercanda, kan kamu satu-satunya pacar aku."
Mendengar ucapan itu, Haresa jadi geli sendiri. "Terserah."
Jake tersenyum lalu mengacak rambut Haresa. "Nanti pulang sekolah kita jalan-jalan ya."
[20]
maaf ya lama bgt upnyaa:((
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days with Jake✔️
FanfictionAwalnya saling benci, lama-lama jadi cinta cover by pinterest.