[15]

3.6K 615 70
                                    

Up lagi gengs,
Jangan bosen yes

Haresa keluar dari kelasnya, ia mengendap-endap dibalik gerombolan murid yang baru pulang. Berharap tidak ketahuan kak Hyunjin saat berada di depan gerbang.

"Haresa!"

Kak Hyunjin langsung menghampiri Haresa, "kamu kenapa?"

"Pinggang aku pegel hehe." Haresa memijat pinggangnya seraya berdiri tegak.

"Oh, kirain kenapa. Hari ini jadi jalan kan?"

Haresa bingung mau jawab gimana, padahal dia sudah menyiapkan kata-kata penolakan. "Itu......."

Jake tiba-tiba muncul dari belakang, lalu merangkul pundak Haresa. "Beb, hari ini kita jadi nonton kan?" Percayalah Haresa ingin meninju wajah Jake saat itu juga, mual banget dengar perkataannya.

"Haresa?" panggil Kak Hyunjin.

"Oh, iya kak. Sebenarnya aku gabisa."

"Gabisa? kenapa?"

"Aku udah....."

Jake yang gregetan langsung buka suara. "Sorry ya, dia cewek gue, jadi nggak bisa jalan sama sembarang orang."

Jake langsung membawa Haresa pergi dari pandangan kak Hyunjin, bahkan dengan posisi yang masih merangkulnya. "Omg, thanks Jake. Meskipun lo nyebelin tapi ternyata berguna juga."

"No problem." Jake tersenyum. "Now what? Go home?"

"Iya lah, mau kemana lagi emangnya."

_______


Haresa dan Jake tiba di rumah. Mereka langsung mandi dan memakai baju piyama. Setelah itu mereka menuju ruang tamu secara bersamaan.

"Tumben lo ke ruang tamu. Biasanya jam segini lagi drakoran di kamar." ucap Jake.

Haresa duduk di sofa. "Bosen."

"Mau nonton film bareng?"

"Ayok."

"Film apa? Horror?"

"Boleh," balas Haresa seraya menyandarkan kepalanya di sofa.

Jake menyetel filmnya. Lalu menyusul Haresa duduk di sofa. Mereka menonton filmnya secara bersebelahan.

Semakin lama mereka terhanyut dalam film. Susananya juga menjadi semakin mencekam. Jumpscare bermunculan setiap saat.



WOK WOK WOK



"FUCK!" Jake terkejut sampai membuat Haresa ikut berteriak. "APANSI JAKE?!"

"Suara apaan tadi?"

"Itu suara kodok, si Layla."

"Layla astaga, kamu kalau manggil hujan jangan pas musim kemarau, percuma." Jake cuma pasrah melihat kataknya yang berisik, dan berhasil membuat Haresa tertawa. Jake ternyata kocak kalau lagi ketakutan.

"Eh, Jake, kirimin foto dong."

"Hah? Foto apaan?"

"Itu loh yang di restoran lantai empat."

"Oh, sebentar" Jake mengeluarkan handphone dari sakunya lalu mengirimkan fotonya ke Haresa. "Udah tuh."

"Makasih."

Haresa melihat-lihat fotonya ia menggeser beberapa slide foto. "Ini, kok foto lo dikirim juga? Ih ngotorin galeri gue aja."

"Siapa tau lo butuh gitu, kalau diajak jalan sama orang lain lagi, tinggal tunjukkin aja foto gue."

"Terserah." Haresa seketika menyadari sesuatu di foto Jake, lalu ia memperbesar gambarnya. "Jake, ini belakang lo bukannya kak Hyunjin ya?"

"Coba lihat." Jake melihat gambarnya lalu mengangguk-angguk.

"Pantesan kak Hyunjin tau gue gara-gara ngira pesawat lewat itu bintang jatuh."

Jake tertawa. "Bisa-bisanya ada orang yang suka sama lo gara-gara itu."

"Terserah."

"Eh btw res, kayanya orang yang suka sama lo nama belakangnya in semua, soobin, hyunjin."

"Lah iya juga."

"Jangan sampe Seokjin aja."

"Kenapa emangnya?"

"Itu bapak gue anjir."

"Oh iya, om Jin."

Jake dan Haresa diam sesaat, tidak ada topik yang menarik untuk dibicarakan. Mereka ujung-ujungnya melanjutkan film horrornya sampai habis.

"Res," panggil Jake.

"Hm?"

"Besok kan libur, hari Minggu."

"Iya, terus?"

"Jalan, yuk?" Jake berkali-kali menelan ludah takut Haresa menolaknya.

"Lo mau nraktir gue lagi?"

"Bukan, ada sesuatu yang pengen gue omongin."

"Kan omongin di sini bisa."

"Gue nggak mau." Jake menengok ke arah Haresa. "Gue mau nyiapin sesuatu yang spesial buat lo."

Haresa cuma diam saja, Jake lagi-lagi bertingkah aneh. "Iya, iya."

[15]

30 Days with Jake✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang