[17]

3.3K 542 35
                                    

Setelah selesai bersenang-senang di Universal. Jake membawa Haresa makan malam di sebuah restoran favoritnya. Letak restoran tersebut tidak terlalu jauh jika diukur dari rumah.

"Beb, mau disuapin?" Jake menyodorkan sendoknya. "Nih, aaaaaa."

Haresa menatap Jake dengan sinis, "beb mulu ih, kaya jamet tau."

"Terus mau dipanggil apa?"

"Kaya biasa aja, Ha Re Sa!"

"Oke, oke, santai, kita kan udah jadian jadi nggak boleh banyak ribut."

Haresa menarik nafas dalam-dalam. Selain di sebelah Sunghoon, ternyata Haresa juga perlu kesabaran extra di sebelah Jake. Untung saja Jake sudah jadi pacarannya, kalau belum pasti sudah ditampol.

"Res," panggil Jake.

"hm?"

"Sebentar lagi valentine, lo mau sesuatu?"

"Sesuatu? Apa ya...." Haresa berpikir sambil mengunyah makanannya, lalu menatap Jake. "Sebenernya hadiah apapun dari lo bakal gue terima."

"Apapun?"

"Iya."

"Gue hadiahin tutup botol, mau?"

"Ya nggak itu juga kali."

"Katanya apapun."

"Seenggaknya yang bermutu dikit gitu, jangan tutup botol."

"Ya udah, kalau gitu tulang ayam."

Haresa menarik nafasnya lagi. "Jake.... lo mau mati?!"

"Lo serius mau bunuh gue? Nggak lucu banget dong kalau nanti ada berita 'pacar dibunuh karena hadiahi tulang ayam saat Valentine'."

"Ya, abisnya lo nyebelin."

"Nyebelin gini tapi kelas A, loh."

"Terserah."

"Selain kelas A, aku juga pacar kamu, loh."

"Terserah."

"Haresa jelek kalau lagi emosi, loh."

"Ter— HAH gue jelek?!"

"Ampun Res, bercanda. Makanya senyum sedikitttt aja, pasti langsung cantik lagi."

"Nggak. Lo nanti pingsan kalau liat senyum gue."

"Sekali aja, ya? Please."

"Nggak! Kalau lo minta sekali lagi, lo bakal gue mutilasi."

"Senyum, please."

"Jake!"

Niat Jake membawa Haresa dinner di sini adalah agar dating pertamanya terbawa suasana romantis. Tapi, ujung-ujungnya mereka berdua malah ribut juga. Susah emang buat nahan emosi, apalagi Haresa.

Hadeh.

____

"HARESA, TOLONG GUE!"

Haresa yang mendengar suara teriakan Jake dari dapur, langsung keluar dari kamarnya dan berlari ke sana. Jake terlihat sedang berdiri di atas meja makan sambil memegang sebuah sapu ijuk.

"Bwahahaha, lo ngapain kaya gitu? Mau jadi Harry Potter?" tanya Haresa.

"Bukan gitu, gue tadi liat ke—"

"Ke, apa?"

"K-KECOANYA DI KAKI LO!"

Haresa refleks untuk naik ke atas meja juga. "Bilang dong kalau ada kecoa! Gue juga takut!"

Jake tiba-tiba memberikan sapunya ke Haresa. "Res, lo yang ngusir, ya?"

"Nggak! Gue takut dia terbang!"

"Bikin dia terbalik, gue jamin dia nggak akan terbang."

Haresa menelan ludahnya, lalu mencoba membalikkan tubuh kecoa yang ada di lantai. Ia membalikkannya dengan pelan serta hati-hati.

Saat tubuh kecoanya hampir terbalik, kecoa tersebut justru terbang dan singgah di kepala Jake. Haresa dengan kebodohannya malah memukul kecoa tersebut.

"AW KEPALA GUE." seru Jake.

"Omg! Sorry Jake, tapi berkat kepala lo, kecoanya meninggal."

Jake tak membalas Haresa, ia turun dari meja lalu ke wastafel untuk membasuh keningnya yang habis terkena kecoa.

"Jake, maaf, gara-gara kena pukul, jidat lo jadi kaya ikan lohan."

"Gapapa."

Haresa yang merasa bersalah langsung mengambil es batu yang ada di kulkas lalu mencoba mengompres kening Jake dengan itu. "Jake, lo duduk dulu. Kompres jidat lo sampe 10 menit, nanti bakal kempes benjolnya."

"Iya, makasih."

"Lo nggak marah, kan?"

"Nggak lah, ngapain marah sama pacarku yang paling cantik."

Haresa senang kalau Jake tidak marah, tapi mendengar respons Jake yang seperti itu membuat Haresa merasa ingin muntah.

"Res," panggil Jake.

"Apa?"

"Kayanya ada yang lebih gue sukai ketimbang pelajaran fisika."

"Apa? Gue pasti."

"Kok lo tau si?! Gue kan niat gombal, nggak asik banget deh."

"Biarin, gue kalau denger lo gombal gitu bukannya seneng tapi mual."

"Tau deh, terserah lo. Oh iya, besok berangkat sekolahnya sama gue lagi, ya? Kan kita udah pacaran."

"Iya, bawel."

[17]










30 Days with Jake✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang