[18]

3.3K 561 31
                                    

✨Don't forget to tap the star✨


"Yuk, anak-anak kumpulkan tugas tadi!" titah Pak Jimin yang sedang mengajar.

Seluruh murid kelas F satu persatu maju untuk memberikan bukunya. Lalu tibalah giliran Haresa untuk mengumpulkan tugasnya ke depan.

"Ealah kamu, Haresa. Gimana perkembangannya setelah dipinjemin seragam sama Jake? Kalian udah jadian?"

Haresa mendadak membeku, suara Pak Jimin cukup kencang, sehingga membuat pandangan teman-teman di kelas tertuju kepadanya.

"Kok diem? Berarti udah jadian ya? Cie......" goda Pak Jimin.

Sunghoon yang biasanya jam segini ngebug, malah ikutan juga. "Tuh kan bener! Pasti kalian pacaran! Pak Jimin aja tau!" lontarnya.

Haresa masih diam, bingung mau jawab apa. Ujung-ujungnya dia malah diledekin satu kelas. "Cie... Cie....."

Sumpah deh, Haresa makin malu setelah diledekin kaya gitu. Mau tak mau ia harus menutupi wajahnya yang memerah.

"Udah, udah, jangan diledekin lagi, kasian muka Haresa udah kaya kepiting rebus." Pak Jimin kemudian merapihkan buku yang terkumpul di atas meja sambil berdiri. "Oh iya, kalian harus lebih semangat belajarnya ya. ingat! Besok ada tes TOEFL."

"Siap pak!" seru sekelas.

"Kalau gitu, Bapak kembali ke ruang guru, ya." ucap Pak Jimin seraya meninggalkan ruang kelas.

"Res, lo beneran pacaran sama Jake?" Tanya Jay.

"Iya. Kenapa? Lo suka sama Jake juga?"

"Nggak lah, gue masih normal. Oh iya, manjur juga surat cinta lo, kayanya gue harus tempelin tulisan isi hati gue di mading juga."

Haresa cuma melirik Jay, mana ada orang yang sengaja tempelin surat cintanya ke Mading? Itu kan malu-maluin diri sendiri.

Sunghoon tiba-tiba ikut nimbrung. "Kayanya gue juga deh, gue mau surat cinta buat doi ditempelin di Mading biar terbalaskan."

Haresa bingung, "Buat siapa, Hoon?"

"Buat Lauren, anak kelas B."

"Ish kasian Lauren disukain sama lo, kalau lagi dating pasti nanti ketinggalan di parkiran." ledek Haresa.

Jay tertawa. "Hoon, astaga, lo udah berkali-kali loh dating gagal gara-gara kelupaan." Jay memegang keningnya, "Tapi yang paling epic dating gagal lo yang kedua sih."

"Kenapa emangnya?" tanya Haresa.

"Waktu itu, si Sunghoon mau isi bensin. Terus ceweknya dia turunin di depan SPBU. Tapi, pas selesai ngisi bensin ceweknya malah ditinggal, hadeh."

"Bwahahaha, makanya minum air putih yang banyak Hoon, biar otaknya bagus."

Sunghoon pasrah, "Tau lah......"

_____

Bel pulang tak lama berbunyi, Haresa kini sedang mengemasi alat-alat belajarnya ke dalam tas. Lalu salah satu teman di kelasnya tiba-tiba menghampirinya. "Res, itu ditungguin Jake di depan kelas."

Haresa sedikit terkejut, "Oh, oke, makasih ya udah kasih tau."

"Sama-sama."

Haresa segera menggendong tasnya dan menghampiri Jake yang sedang menunggu. Di sana, Jake terlihat sedang bersandar di dinding sambil melihat jam tangannya.

"Ayok, Res." Jake menarik tangan Haresa, kemudian menggandengnya. "Sebelum pulang ke rumah, mau kemana dulu?"

"Gue mau ke perpustakaan."

"Hah? Tumben."

"Iya, besok ada ujian TOEFL. Tolong ajarin gue, ya."

"Tenang aja beb. Pacar kamu ini selain tampan, cerdas juga."

Haresa menghembuskan nafasnya. "Terserah."

"Kok terserah? Emang beneran tampan dan cerdas kok."

Haresa sebetulnya kesal mendengar Jake yang makin kelewat pede. Tapi ya sudahlah, maklumi saja.

Setelah beberapa lama di perjalanan, Haresa dan Jake tiba di perpustakaan. Mereka mengambil beberapa buku latihan TOEFL yang akan dipelajarinya. Lalu duduk secara bersebelahan di salah satu daftar meja yang kosong.

Keduanya kini tengah sibuk mempelajari materinya masing-masing.

"Beb, kamu mau nanya?" tanya Jake seraya mendekati Haresa.

"Please, jangan panggil beb bisa nggak sih? Alay tau."

"Ya terus mau dipanggil apa? Sayang?"

"No!"

"Ya udah lah, gue panggil kaya biasa aja, abisnya lo protes mulu kalau dipanggil beb."

"Ih, kok marah?"

"Nggak, gue nggak marah. Udah cepet mau tanya yang mana?"

"Nih, yang nomer delapan, maksudnya gimana?"

Jake menjelaskan jawabannya ke Haresa. Tapi, Haresa cuma ngangguk-ngangguk aja, sebenernya dia masih bingung dengan penjelasan Jake.

"Intinya, kalau ada kata was rata-rata selalu diikuti dengan verb tiga. Soalnya dia past, paham?"

"Verb tiga yang kaya gimana?"

"Hampir seluruh kata verb tiga, diakhiri dengan kata -ed."

"Oh, begitu." Haresa sebenarnya belum paham sepenuhnya. Mau tanya ke Jake lagi tapi nggak enak. Soalnya Jake juga sangat fokus belajar untuk ujian besok. Jadi, mau tidak mau Haresa harus berusaha sendiri.

"Res, nggak mau nanya lagi?" tanya Jake.

Haresa diam.

"Udah paham semua?"

Haresa masih diam.

Jake bingung karena Haresa tak meresponya. Akhirnya, ia mencoba melihat wajah Haresa dari dekat. "Pantes, tidur. Capek banget kayanya."

Haresa memang belakangan ini rajin belajar, baik di rumah maupun di tempat les, sampai-sampai ia lupa dengan waktu tidur. Jake yang menjadi saksi bisu hanya bisa tersenyum saja, berharap seluruh kerja keras Haresa terbayarkan besok.

Selain itu, Jake juga tak ingin melewatkan kesempatan lucu ini. Haresa tertidur dengan suara dengkuran yang cukup halus. Jake mencoba mengabadikan momen lucu ini di handphone nya. Ia merekam Haresa sambil tersenyum-senyum kecil. Bahkan sampai memori handphone nya penuh.

Dasar bucin.

[18]

Gengs, jangan lupa ikut PO
buku 30 Day's with Sunghoon ya (。•̀ᴗ-)✧

30 Days with Jake✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang