¶ Y I S | B A B | 38 ¶

137 10 4
                                    

Malam ini adalah malam yang tak pernah sama sekali Freya bayangkan. Entah senang atau sedih yang harus ia rasakan saat ini. Tadi, setelah mendengar fakta dari mulut Mirza, Freya langsung pergi ke luar rumah sebab pertanyaan terakhirnya pun terabaikan.

Saat ini, Freya hanya berjalan entah ke mana dan yang ada di pikirannya saat ini ialah ingin menenangkan pikiran. Namun, niatnya tersebut tak terealisasikan, karena pertanyaan-pertanyaan baru pun muncul tentang dirinya dan almarhumah mamanya.

"Kok bisa, sih?!" Freya berdecak kesal. Kepalanya pun diisi pikiran-pikiran negatif tentang mamanya dan ia juga memikirkan berbagai kemungkinan yang terjadi.

Di tengah-tengah pikiran kalutnya, ponselnya berbunyi dan menampilkan nama Megan di layarnya. Freya menatap malas dan segera mematikan ponselnya tanpa menolak panggilan tersebut. Ia menatap sekelilingnya yang lumayan gelap dan sepi.

Namun, tak jauh dari tempatnya berdiri, terdapat sebuah warung makan sederhana yang tampak asing di matanya dan ia pun berpikir bahwa warung tersebut baru-baru saja buka. Freya lanjut berjalan dan menghampiri warung tersebut. Sesampainya di warung, Freya memesan minuman dingin karena tenggorokannya terasa sangat haus.

Ia pun masuk ke dalam warung tersebut. Ruangannya tidak terlalu besar, tetapi cukup untuk banyak orang. Desain ruangannya masih tampak simpel yaitu bercat cokelat susu ditambah lampu tumbler yang membuat ruangan ini sangat menarik. Freya menarik satu kursi di sudut dan duduk menunggu pesanannya datang. Sebenarnya posisi Freya saat ini tak jauh dari rumah yakni hanya sekitaran komplek perumahannya walaupun terbilang besar dan luas.

Tak membutuhkan waktu lama, minuman yang ia pesan pun datang yaitu susu cokelat dingin. Freya menghela napasnya selepas meneguk setengah minuman tersebut. Pikirannya kembali beradu di dalam sana walaupun suasana warung makan ini terbilang ramai. Sampai-sampai, ia menidurkan kepalanya di atas meja dan memejamkan mata berharap bisa tertidur sampai tak bisa memikirkan apapun.

Di sela-sela aktivitasnya yang mengundang perhatian beberapa orang, Freya dikejutkan oleh tepukan pelan di pundaknya. Tepukan itu otomatis membuat Freya menegakkan kembali badannya.

"Lo? Ngapain di sini?" tanya Freya dengan raut wajah curiga.

"Disuruh kakak lo, lah."

Freya berdecak kecil dan menatap Kenan dengan malas. Namun, buru-buru ia buang raut wajah tersebut sebab ia sadar bahwa masalahnya tidak boleh menggangu hubungannya dengan orang lain. Apalagi Kenan akan pindah sekolah yang berjarak jauh dengannya.

"Pulang, Frey. Udah malam," ajak Kenan pelan. Namun, hanya mendapat gelengan kepala dari lawan bicaranya.

"Terus, mau lo apa?" tanya Kenan. Ia menatap intens wajah Freya. Ia mendapati kebingungan di sana dan sedikit keresahan. Kenan berpikir sejenak dan mendapati sebuah ide bagus. "Jalan-jalan aja mau gak? Gak jauh-jauh, sih. Gue bawa motor kok. Gimana?"

"Ya udah." Freya langsung menghabiskan sisa minumannya, lalu berdiri dan berjalan ke luar sambil membayar minumannya yang diikuti Kenan dari belakang.

Keduanya sudah berada di dekat motor Kenan dan tanpa sepatah kata Kenan menghidupkan motornya, lalu setalah itu Freya ikut naik.

"Lo mau ke mana, Frey?" tanya Kenan seraya mengendarai motornya.

"Jalan-jalan gini aja, Ken. Gak pa-pa, kan?"

Kenan tampak mengangguk. "Gak pa-pa, Frey. Tapi jam sebelas gue antar pulang, ya?"

Freya diam sejenak dan mengiyakan saja dengan menganggukkan kepalanya.

"Lo kalo sedih, nangis aja. Teriak juga boleh," tawar Kenan dengan suara yang kencang, sebab posisi mereka saat ini sudah ke luar dari komplek dan di tengah jalan yang terdapat banyak kendaraan lain.

"Gue gak mau nangis. Gue cuma bingung aja, jadi gue anaknya siapa, sih?! Kenapa gue baru tau sekarang, Ken? Kenapa mereka bohong? Papa kandung gue siapa? Kenapa bisa gini, sih?! Kejadiannya gimana?" Freya berteriak dengan mengeluarkan semua pertanyaan yang hinggap di kepalanya dari tadi.

Kenan yang tak tau pasti masalah apa yang Freya hadapi saat ini hanya bisa mendengar dan sedikit memelankan laju motornya.

"Sabar, ya, Frey," ucap Kenan pelan. Ia menatap Freya dari kaca spionnya dengan wajah khawatir.

Ia sedikit lega karena melihat Freya mengeluarkan air matanya. Itu berarti Freya sudah jujur dengan apa yang ia rasakan saat ini.

Setelah setengah jam membawa Freya keliling dengan motornya, membiarkan Freya menangis di belakang sana, akhirnya Kenan memutuskan untuk memilih jalan menuju rumah Freya dan sampai ke rumah tersebut dengan waktu sepuluh menit.

Menyadari motor Kenan yang berhenti, membuat Freya sedikit terkejut. Buru-buru ia hapus jejak air matanya. "Kok gak bilang-bilang, sih, mau pulang?"

"Kalo gue bilang, ntar lo gak mau."

Malas berdebat dengan Kenan, Freya pun turun dari atas motor. "Makasih, Ken. Gue sedikit lega." Freya tersenyum, lalu masuk ke dalam rumah, meninggalkan Kenan berdiri sendiri di depan pagar.

Setelah memastikan Freya benar-benar masuk ke dalam rumahnya, Kenan pun pergi dari situ menuju kontrakannya yang berjarak dekat. Sebelum itu, ia sempat mengirim chat pada Freya untuk segera beristirahat.

Di sinilah Freya berdiri sekarang, di depan kamarnya, tapi langkahnya dihentikan oleh suara yang masih terdengar asing di telinganya.

"Freya, maafin saya. Ego saya terlalu tinggi untuk saat ini."

Freya berbalik, ia mendapati raut wajah Mirza yang sulit ditebak. Sesaat tampak dingin, sesaat lagi tampak seperti merasa bersalah.

Mirza berjalan semakin mendekati Freya. Ia terlihat ragu dan mengembuskan napasnya kasar. Dengan penuh keyakinan, Mirza mendekap tubuh Freya walau tak erat.

Tentu saja Freya terkejut. Ia masih terdiam dan sedang mencerna perlakuan seperti apa yang ia terima sekarang ini. Kasihan atau kasih sayang? Freya pun semakin terkejut saat merasakan usapan hangat dan pelan di kepalanya.

"Freya, kamu gak perlu nyari tau apa-apa lagi, ya. Karena gak ada yang perlu dicari tau." Mirza melepas pelukannya dan berganti menatap Freya. "Jangan cari tentang siapa papa kamu, karena papa kamu ada di depanmu sekarang ini ... saya. Akan saya coba."

***

Halo semuaaa. Apa kabarr??
Akhirnya bisa menyapa kalian lagi, nih!! Maaf banget, ya, udah buat kalian nunggu lama:(
Gak terasa udah dua bulan lebih aku ngilang..

Fyi, aku akhir-akhir ini sibuk menjadi seorang maba. Masih beradaptasi dengan dunia baru dan masih sulit me-manage waktu.

Insyaallah aku segera tamatin cerita ini sebelum tahun 2022 dan aku akan buat cerita baru tentunya dengan basic ilmu yang lebih baik. So, tungguin terus, ya!!

Jangan lupa vote dan comment-nya, yaaa <3

Yes, I'm Strong! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang