Menunggu, merupakan hal yang paling tidak disukai kebanyakan orang. Terlebih lagi Freya. Sedari tadi ia tengah berdiri di depan gerbang menunggu seseorang yang menjadi partner tugasnya.
Umpatan demi umpatan pun terbesit di dalam hatinya. Jika tak mengingat tugas, sudah dipastikan ia akan pulang sekarang juga. Tidak. Ia rela menunggu seperti ini hanya karena dirinya sudah berjanji untuk mengunjungi tempat yang sudah mereka sepakati tadi malam melalui chat WhatsApp. Perihal tugas, ia tak begitu antusias.
Dua puluh menit pun berlalu. Bosan. Itu lah kata yang paling tepat untuk mendeskripsikan perasaan gadis dengan muka tertekuk itu. Perlahan, keadaan sekolah kian menyepi. Lalu lalang kendaraan semakin ramai seiring para murid berbondong-bondong keluar gerbang.
Freya yang semakin larut akan kebosanan itu, berinisiatif untuk melangkahkan kakinya perlahan-lahan ke arah kanan.
Sembari menunggu Kenan, apa salahnya bukan?
Saat sudah tenang-tenangnya melangkahkan kaki, sebuah batu kecil mengenai kepalanya-merubah efek ketenangan tersebut menjadi terusik.
Ibaratnya Freya merupakan air yang tenang, lalu dijatuhi batu. Menciptakan gelombang-gelombang ketidaksukaan.
Tak hanya satu, batu itu pun kembali mengenai kepala seorang gadis yang tengah menahan percikan amarah.
"Woy cewek sok cantik!" teriak seorang cowok dari arah warung dekat sekolah.
Atensi gadis itu pun sepenuhnya mengarah ke sebuah warung yang diisi beberapa siswa SMA-nya. Keningnya membentuk lipatan pertanda bingung. Apa lagi saat salah satu di antara siswa di sana menghampiri dirinya.
Tersadar akan hal itu, Freya pun bergegas mempercepat langkahnya. Tapi, sebuah kaki menjegal langkah itu, sehingga membuat Freya tersandung. Untungnya ia tak jatuh ke bawah tanah.
"Apa-apaan sih lo!" ketus Freya menatap dengan aura ketidaksukaan.
"Maaf ya, gue sengaja. Habisnya gue kesel sama lo! Diajak kenalan malah ngumpat, pake nginjek kaki gue segala."
"Mampus!"
Setelah beberapa kali menatap wajah cowok di depannya, Freya akhirnya ingat bahwa cowok tersebut adalah cowok yang tempo hari menghadangnya di tengah jalan saat ingin pergi ke ruang guru dan mengajaknya kenalan. Dion namanya.
Freya sendiri bingung, semenjak ia menginjak kelas dua, banyak cowok yang gencar mendekatinya. Bukan sombong atau apa. Padahal saat ia SMP sampai satu SMA, semua orang banyak yang memilih menjauh karena sadar bahwa ia tak suka diusik.
Hal ini tentu saja mengusik ketenangannya!
"Jadi cewek tuh ngomongnya disaring dikit kek. Nyeplos aja. Pantes gak ada yang tulus sama lo!" ketus cowok bernama Dion. Kekesalan yang ia dapat semalam, ia tumpahan sekarang.
"Gak usah komen dan ngatur gue! Gak penting!" balas Freya tak kalah ketus. Ia pun melanjutkan langkahnya lagi karena tak mau berlama-lama berhadapan dengan Dion tentunya. Bisa-bisa emosinya terpancing dan berakhir mengeluarkan kata-kata yang tidak diinginkan. Atau bisa juga kaki dan tangannya khilaf membuat suatu pukulan.
"Udah songong sok cantik! Lo kira gue beneran mau ngedeketin lo? Gak kali, gue juga terpaksa karena disuruh!" teriak Dion kuat. Kekesalannya semakin bertambah saat cewek yang diteriakinya terasa bodo amatan.
"Mau banget disuruh-suruh! Stupid!" ejek Freya sambil menoleh sedikit ke arah cowok yang bernama Dion itu.
"Mau banget dikhianati!"
Sesaat Freya berhenti seraya mencoba mencerna kalimat terakhir itu, tapi tak lama kemudian ia berjalan kembali.
Bodo amatlah, batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I'm Strong! [COMPLETED]
أدب المراهقينTentang remaja perempuan yang merasa dianaktirikan. Tentang remaja perempuan yang selalu dinomorduakan. Dan, tentang remaja perempuan yang harus selalu mengalah. Ini kisah Freya si cewek dengan segala kesinisannya, kejutekkannya, dan ketus yang men...