Tepat di depan sebuah bangunan yang berukuran minimalis, Freya turun dari motor dan membayar uang cash kepada tukang ojol.
Senyum Freya terukir begitu merekah, binar kesenangan dalam matanya pun terlihat jelas. Di sinilah Freya dapat menjadi orang normal, tersenyum, tertawa, bahkan di sini ia menunjukkan apa yang tidak ia tunjukkan di sekolahnya.
Dilihatnya jam yang berada di pergelangan tangan, kemudian ia melangkah masuk menuju bangunan yang begitu ia rindukan.
Seperti biasa, setelah masuk netranya disuguhkan oleh barang-barang yang sangat ia suka. Sudah tak asing lagi dengan semua karya di sini. Sebenarnya Freya merupakan salah satu orang yang beruntung bisa menemukan tempat sebagus ini, bahkan ia rela tak jajan demi bisa menjadi bagian dari tempat ini.
"Freya!" Freya menoleh ke arah orang yang memanggilnya lalu ia tersenyum.
"Iya, Paman?"
"Hari ini kita akan kedatangan orang baru. Jadi, Paman minta kamu bisa membantunya beradaptasi di sini," perintah Gustav yang merupakan guru bagi mereka yang memilih belajar di sini.
"Baik." Freya membungkukkan badannya, sebagai tanda mengiyakan dengan sesopan mungkin.
Kemudian Gustav melanjutkan perjalanan menuju ruang inti mereka dan diikuti Freya, di mana di situlah tempat mereka belajar. Terdapat banyak canvas yang sudah tersusun rapi, berbagai kuas, serta semua warna lengkap di sini. Ya, ini merupakan tempat belajarnya para pelukis pemula.
Freya terkejut, pasalnya ada satu orang yang sudah sampai duluan daripada dirinya. Padahal jam study mereka di sini sekitar jam 3 dan sekarang jarum jam masih menunjukkan angka 2.
Jangan ditanya kenapa Freya lebih dulu datang. Jawabannya simple. Freya males berada di rumah.
"Kenan?" tanya Gustav kepada seseorang yang sedang berdiri di depan jendela melihat arah luar.
Orang itu pun menoleh, langsung dihadapkan oleh satu pria paruh baya dan satu perempuan yang ia yakini umur mereka tak jauh beda.
"Selamat siang." Orang itu menyapa dengan membungkukkan badan sebagai tanda hormat.
Freya tercengang, mengapa cara ia memberi hormat sama dengan dirinya? Sebelum ada cowok yang bernama Kenan itu, hanya Freya lah yang melakukan itu, anak-anak yang lain hanya menyapa biasa.
"Siang."
"Siang juga."
"Ini orang yang saya bilang tadi, sebelum kelas dimulai, saya minta kamu ajak dia berkeliling di tempat ini. Bisa?"
Freya langsung mengangguk mengiyakan. Bagaimana mungkin ia menolak perintah ini. Freya juga harus berjaga-jaga, takut jika emosinya tak stabil, apalagi bertemu dengan orang baru.
Freya langsung berbalik arah meninggalkan ruang belajar, menuju ruang lainnya. Di mana ruang itu menjadi tempat menampilkan karya-karya yang telah mereka lukis.
Kepergian Freya diikuti si murid baru-Kenan. Freya berjalan begitu lambat dan ia hanya diam tak bersuara, membuat Kenan bingung sendiri.
"Hey. Lo gak cocok jadi Tour Guide," protes Kenan membuat langkah Freya terhenti. Freya berbalik, menatap Kenan dengan ketidaksukaan.
"Komen aja!"
"Dikasih tau juga. Sewot amat?" jawab Kenan membela diri.
Freya yang langsung emosi, kini sudah berlalu pergi meninggalkan Kenan dengan wajah kebingungan.
"Apasih tuh cewek? Aneh," gumam Kenan menatap kepergian Freya yang terlihat tergesa.
Kenan pun menaikkan bahunya acuh. Kemudian ia memilih berkeliling sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I'm Strong! [COMPLETED]
Teen FictionTentang remaja perempuan yang merasa dianaktirikan. Tentang remaja perempuan yang selalu dinomorduakan. Dan, tentang remaja perempuan yang harus selalu mengalah. Ini kisah Freya si cewek dengan segala kesinisannya, kejutekkannya, dan ketus yang men...