¶ Y I S | B A B | 32 ¶

439 19 8
                                    

Gugup dan khawatir menjadi satu. Meski tak ingin, akhirnya Freya tetap menyanyikan sebuah lagu bersama Kenan. Berulang kali ia tak fokus sehingga menyebabkan nada yang keluar dari mulutnya tak sesuai.

"Frey?" panggil Kenan pelan.

Yap, sekarang ini mereka masih berada di depan semua peserta kemah bersama api unggun yang menyala membara di tengah-tengah. Sudah terhitung tiga kali mereka mengulang dan sekarang saat lagu sudah berhasil mereka nyanyikan setengah, tiba-tiba Freya berhenti bersuara.

"Maaf," lirih Freya sambil menunduk dan mengepalkan tangan.

Suara sorakan terdengar lagi, tetapi ada juga yang tetap menyemangati sebab menganggap hal yang saat ini terjadi adalah hal wajar.

"Maaf ya guys. Sepertinya couple kita malam ini agak gugup." Seorang perempuan ikut berdiri di depan setengah lingkaran, mencoba mengambil alih keadaan yang kian riuh. Tak sampai di situ, ia terus mengalihkan perhatian dengan pembawaan cerita komedi sehingga banyak yang tertawa.

Tak malu meski sudah berulang kali salah, Kenan tetap menunjukkan wajah senyumnya. Mereka sedikit mundur sesuai isyarat dari sang pengalih keadaan dan Kenan berpikir keras agar membuat Freya kembali stabil. Sekilas Kenan mendapat ide, lalu menoleh ke belakang untuk mencari bantuan.

Kenan, lelaki berbalut sweater biru tua itu tersenyum singkat. Binar matanya menunjukkan kelegaan saat melihat Putra yang ia yakini akan membantunya. Dengan mengurangi sedikit gengsi dan kekesalan tadi siang, Kenan menghampiri laki-laki yang tampak menikmati cerita.

"Put, bantuin gue dong. Please," pinta Kenan penuh permohonan.

Kedua alis Putra bertautan, sedikit bingung. Teman di sekitarnya pun ikut memperhatikan interaksi kedua laki-laki itu. "Bantuan apa, nih?" tanyanya.

Bukan menjawab, Kenan malah mengulurkan tangannya, meminta Putra untuk berdiri.

"Ogah, ah. Mager sumpah," tolak Putra terang-terangan. "Dingin, Ken. Udah hangat di sini."

"Duh, bentaran doang. Itu si Freya, gak bisa mulu. Gue mau cepat kelar aja, nih. Biar Freya bisa istirahat." Kenan mengigit bibir bawahnya. Pikirannya semakin bercabang dan tak terlepas saat melihat Freya menangis tadi. Dadanya kembali ngilu kala mengingat Freya memberontak  ketika dirinya mencoba menenangkan.

"Eh, kenapa si Freya? Gue lihat dari tadi loh dari sini. Tuh an-"

"Banyak tanya lo, mah. Mau bantuin gak?" Potongnya sedikit emosi dan gak sabaran.

"Selo dong. Iya gue bantuin. Untuk Freya apa yang enggak, sih?" Putra menjulurkan lidah, mengejek perubahan raut wajah Kenan. Mungkin karena mendengar kalimat terakhirnya.

Tanpa mengulur waktu, keduanya berjalan beriringan menuju Freya berada. Di sana, di salah satu sela terdapat Freya yang lagi duduk dengan pandangan kosong.

"Frey. Gimana?" tanya Kenan hati-hati.

"Terserah lo aja." 

"Ya udah, biar gue sama Putra aja yang tampil. Ya, kan, Put?"

"Buset, lo nyuruh gue nyanyi, Ken? Ya udahlah gaskan." Mereka berdua bertos ria, menandakan bentuk kerjasama. "Lo harus dengerin gue nyanyi, Frey. Demi lo nih."

Freya menyunggingkan senyum. Barulah dua laki-laki itu menuju tengah. Sorak-sorai peserta seketika bergelora. Terlebih lagi para wanita. Bagaimana tidak? Ketika dua orang laki-laki yang bisa dibilang memiliki tampang lumayan, kini berduet bersama di depan.

Awalnya Freya asik mendengarkan dan dalam hati pun ia merasa bersyukur memiliki teman-teman yang selalu menolongnya, tetapi semakin lama ia kembali larut dalam lautan rasa khawatir. Nada dan ucapan yang ia dengar dari Megan tadi begitu menyita pikirannya. Pikiran yang tidak-tidak terus menerus singgah di kepala.

Yes, I'm Strong! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang