¶ Y I S | B A B | 04 ¶

863 70 80
                                    

Suara derum motor terdengar jelas di telinga para pengendara di jalan raya. Pemuda itu membelah jalanan dengan kecepatan sedang. Sedangkan di boncengannya terdapat remaja perempuan dengan wajah yang begitu tertekuk.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di tempat tujuan, lebih tepatnya menuju ke rumah yang sedang berada di boncengannya saat ini.

Berhentilah mereka di depan rumah yang lumayan besar. Kemudian perempuan itu langsung turun dan memasuki gerbang tanpa mengatakan sepatah kata apapun.

"Bilang makasih kek!" geram pemuda itu sambil menekan klaksonnya berkali-kali.

Sedetik kemudian muncullah orang tadi dengan menyembulkan kepalanya di pintu gerbang. "Yang maksa siapa?!"

Setelah mengatakan itu, ia pun masuk kembali meninggalkan pemuda tadi dengan wajah kesalnya.

"Dasar Freya aneh!"

Yap. Sepasang remaja yang tengah berdebat tadi ialah Kenan dan Freya. Memang benar Kenan lah yang memaksa Freya untuk pulang bareng dengannya. Dengan alibi ingin berteman baik. Karena tak mau memperpanjang masalah, Freya pun menyetujuinya. Meski ada rasa malas di sana.

Dengan langkah pasti, Freya memasuki rumahnya yang terlihat kosong dan gelap. Selama berjalan, indra pendengarannya tak sengaja menangkap suara deruman motor yang begitu kuat. Dalam pikirannya pasti Kenan sedang kesal.

Kakinya kini membawa Freya ke depan ruangan yang selalu menjadi tempat ternyamannya. Ruangan ini terletak di lantai dua dan berada di paling ujung.

Tangannya bergerak memutar kunci yang barusan ia keluarkan dari tas. Ruangan ini memang sengaja ia kunci agar tak ada orang yang masuk dengan sembarang, termasuk keluarganya sendiri.

Suasana gelap dan hawa dingin menyambutnya. Lalu ia bergerak mendekati kasur dan merebahkan dirinya di sana.

"Hfft." Freya mengembuskan napas perlahan. Dadanya tampak naik turun dengan teratur. Lelah. Satu kata yang dapat menggambarkan keadaan Freya sekarang.

Freya yang teringat akan sesuatu, langsung duduk tegak dan mengambil sesuatu di meja riasnya. Kini di tangannya terdapat sebuah kotak sedang yang kapan saja siap dibuka.

Freya menghela napasnya, bahunya menunduk lesu. Dibukanya pelan-pelan kotak tersebut. Tangannya menelusuri setiap benda yang ada di dalamnya. Terdapat banyak benda-benda untuk para wanita di sana. Terlebih remaja perempuan yang lagi masa-masanya untuk mempercantik dirinya. Tapi, tidak dengan Freya. Ia terpaksa membeli ini. Penampilan? Bahkan ia tak pernah memperhatikan perkara itu.

Netranya ia pejamkan. Napasnya ia embuskan perlahan.

"Ma, Freya pakai yang mana ya bagusnya?" tanya Freya sedikit kikuk. Saat ini mereka tengah berada di sebuah toko khusus perawatan wajah. Dan mereka tengah memilih lotion untuk dipakai Freya.

"Terserah kamu aja, Frey. Mama ke sana dulu ya. Kayaknya Megan lagi bingung milih yang mana." Setelah mengatakan itu, wanita paruh baya tersebut berjalan mendekati anak pertamanya. Hal itu tak luput dari penglihatan Freya.

Napas Freya memburu, ada rasa keirian di sana. Apalagi melihat interaksi keduanya, membuat Freya ingin pulang saja.

Renata selaku ibu dari Megan, mengelus puncak kepala anak sulungnya tersebut. "Bingung ya?"

Megan mengangguk kuat. "Bagusnya yang mana ya, Ma? Yang biasa aku pake gak ada ih!" adu Megan dengan manjanya.

Jika tadi Freya mencari lotion, sekarang Megan tengah mencari moisturizer yang biasa ia pakai.

Yes, I'm Strong! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang