¶ Y I S | B A B | 21 ¶

421 35 10
                                    

Seorang gadis berpakaian baju tidur sedang duduk menatap ke arah luar jendela. Di tangannya pun juga terdapat benda pipih yang sedari tadi tak henti ia perhatikan.

Semacam sedang menunggu sesuatu dari benda tersebut. Entah sebuah pesan atau panggilan dari seseorang. Dalam hati, Freya merutuki tingkahnya yang berbeda dari biasa.

Sebenarnya apa yang ia harapkan! Pesan dari seseorang yang tadi siang berhasil membuat gelenyar aneh untuk ketiga kalinya?

Ia menghela napas panjang, lalu melempar handphonenya asal. Setelahnya ia berdiri, beranjak pergi dari kamar.

Pemandangan yang pertama kali saat  keluar sungguh membuatnya ingin masuk kembali. Tapi, niat itu langsung terhenti saat merasa namanya turut hadir dalam perdebatan pasangan di depannya ini.

"Jangan bahas Freya lagi, Mas! Aku udah turutin yang kamu minta."

Terdengar jelas Renata menyuarakan ketidakterimaannya. Mereka tampak saling berdiri berhadapan. Si wanita terlihat emosi, sementara si pria tampak biasa.

"Emang Freya kenapa?" Karena tak tahan lagi akhirnya Freya angkat suara. Langkahnya kini semakin mendekat ke arah dua paruh baya itu.

Renata menoleh dan agak sedikit terkejut. Tapi, arah pandangnya langsung dikembalikan lagi oleh Mirza.

Seakan tak peduli dengan keberadaan Freya, Mirza kembali melanjutkan perbincangan mereka.

"Sekeras apa pun aku bertindak, sekuat apa pun aku berusaha melupakan, sakit hatiku entah kenapa gak bisa hilang," ungkap Mirza dengan sorot tajamnya.

"Maaf." Renata menunduk, dan matanya juga ikut terpejam.

Mirza menarik dagu Renata untuk terus menatapnya. "Beribu maaf yang kamu ucapkan juga gak bisa hilangin rasa sakit itu. Maaf, Ren." Tanpa permisi, Mirza menempelkan keningnya ke kening wanita di depannya. "Bahkan aku merindukan sentuhanmu."

Saat itu juga Renata mendorong kuat tubuh Mirza apalagi mengingat masih ada Freya yang melihat mereka.

"Kamu takut dia lihat, huh? Bahkan dia udah pernah lihat lebih dari ini." Tak mempedulikan bentuk penolakan Renata, Mirza kembali mendekatkan dirinya, bahkan melakukan lebih dengan mendekapnya.

Tak dapat dielakkan, bahwa Renata juga merindukan sentuhan ini. Sentuhan yang sudah lama tak ia rasakan.

Freya yang melihat kejadian ini langsung bingung setengah mati. Ada apa? Kenapa terasa aneh? Apa ada hubungannya dengan dirinya? Itulah yang terus menerus Freya tanyakan dalam hati.

Tak mau lama melihat sesuatu yang justru membuat pikirannya bertambah, Freya pergi dari sana dan berjalan menuju luar rumah.

Udara malam yang dingin menyambutnya senang, ditambah angin yang bersorak menerpa wajahnya. Juga jangan lupakan kendaraan yang berlalu lalang meskipun tak terlalu ramai seperti jalan besar.

Entah hendak ke mana Freya melangkah, yang terpenting saat ini ia ingin menikmati malamnya dengan berjalan kaki walaupun tak tau jelas arah dan tujuannya.

Hingga langkahnya kini berhenti, membuat Freya refleks menatap sekitarnya dan memastikan dengan benar posisinya saat ini. Keningnya berkerut menampakkan kebingungan yang jelas tergambar.

"Rumah gue sama Kenan sedekat ini kah?" tanya Freya kepada dirinya sendiri.

Tepat di dekatnya berdiri, tampak rumah yang memang baru beberapa kali ia kunjungi, tapi ia yakin betul bahwa rumah yang saat ini ia lihat merupakan rumah Kenan. Tak bisa dielakkan lagi bahwa rumah mereka memang saling berdekatan dan satu komplek perumahan.

Yes, I'm Strong! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang