Jacky terlihat sumringah ketika melihat transferan uang masuk dari ponselnya. Daniel sudah mengirimkannya uang sesuai janjinya. Pria itu meskipun terkadang sangat menyebalkan, tapi tidak pernah sekalipun mengingkari janjinya pada Jacky. Ia rela tidak jadi tidur karena Daniel menjanjikannya gaji dua kali lipat jika ia bersedia menemani Daniel bermain golf. Dan sekarang, pria itu sudah membayarnya secara tunai."Kau senang?" tanya Daniel ketika melihat temannya terlihat bahagia karena uang yang dikirimkan sekretaris pribadinya sudah sampai ke rekening Jacky.
Jacky mengacungkan jempolnya semangat sambil menunjukan gigi putihnya.
"Lama-lama gigimu bisa kering, Jacky..." Daniel memakaikan topinya ke kepala Jacky. "Apa kau tidak mau bermain?" tanya Daniel sambil menyogok perut Jacky dengan tongkat golfnya santai.
Jacky meresponnya dengan menyingkirkan stick golf yang terus menyogoknya dengan kurang ajar. "Apa kau mau mati,Niel?!"
"Ya, ampun. Kau ini, aku kan cuma bercanda..."
"Tapi tidak dengan menyogok perutku, Niel!"
"Aku hanya penasaran, makanmu sangat banyak tapi kau tidak pernah tumbuh dengan baik,"
Jacky memicingkan matanya saat ucapan Daniel tentang pertumbuhan pada tubuhnya terdengar begitu ambigu. Tanpa sadar, Jacky jadi memperhatikan dadanya yang masih berukuran sama ketika ia masih remaja. Entah kenapa jika berurusan dengan Daniel, Jacky tidak bisa untuk berpikiran waras mengenai apapun.
"Aku tumbuh dengan baik, apa kau tidak lihat jika tinggi badanku hanya berjarak delapan senti darimu?"
"Dasar bodoh,"
"Apa kau baru saja mengatakan sesuatu?"
"Tidak. Omong-omong, waktumu hari ini sudah aku bayar dengan tunai..."
"Lalu?"
Daniel menatap Jacky sambil melipat kedua tangannya santai. "Bukankah seharusnya berbicara yang sopan denganku?"
Bulu kuduk Jacky berdiri. Tubuhnya bangun dari kursi panjang yang sedari tadi ia nikmati untuk melihat Daniel bermain golf secara otomatis.
Melihat kegugupan Jacky membuat Daniel tertawa kecil. "Aku hanya bercanda, Jacky"
"Niel!" Jacky hampir saja merasa bersalah karena ia sudah bertindak tidak sopan sejak tadi.
"Tapi aku tidak bercanda jika kau harus tetap berbicara sopan padaku ketika ada pegawai di perusahaan melihatku sedang bersamamu. Mereka akan berpikiran hal yang tidak-tidak jika kau berbicara santai dengaku,"
Apa Daniel pikir sikapnya pada Jacky tidak membuat pegawai lainnya berpikiran hal yang tidak-tidak tentang Jacky. Oh, ayolah! Jacky sudah mendengar rumor tentangnya dari Anna. Daniel selalu merangkul Jacky dimana pun dan kapan pun. Tanpa memikirkan bagaimana orang-orang berpikiran tentangnya. Tapi terlepas dari semua itu, sebenarnya Jacky tidak peduli. Dia hanya berpikir, bukan dirinya yang memperlakukan Daniel seperti itu.
"Tentu saja," jawab Jacky santai.
*
Jacky, baru saja mengunjungi pamannya yang sedikit gila. Iya, Jacky menyebutnya gila, karena pria tua itu terus saja mengungkit kebaikannya setelah merawat Jacky selama ini. Ia tahu jika Jacky datang mengunjunginya, pamannya pasti akan marah kepadanya. Dan meminta Jacky untuk tidak datang ke rumahnya. Hanya saja, walaupun pamannya bertindak sangat menyebalkan, Jacky tidak bisa membencinya. Mau bagaimana pun juga, satu-satunya keluarga Jacky adalah pamannya.
Ujung bibirnya terluka karena tamparan yang ia terima dari pamannya. Jacky menatap ruangan yang masih menyala dari luar. Pria tua itu masih saja mencak-mencak karena Jacky baru saja berbuat ulah. Lagi-lagi, kedatangan Jacky tidak disambut. Ia diusir, lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
JACQUELINE (SCENT OF SUMMER)| ON GOING
RomanceCERITA DEWASA JACQUELINE LANDON Semua orang memanggilnya Jacky. Tidak ada satupun kenangan yang membuat Jacky merasa sempurna karena telah terlahir di dunia ini. Menjadi seorang yatim piatu adalah sesuatu hal yang tidak pernah jacky inginkan. Ia ter...