Pary ini sedikit, tapi gapapa ya. Kemarin udah panjang bener🤣
*
Jacky berlari dengan tergesa-gesa ketika ia lupa janjinya dengan Julian. Namun, sesampainya ia disana, Jacky melihat Julian masih berada disana. Pria itu sedang menendang bolanya ke gawang seorang diri.
Jacky tersenyum dan melambaikan tangannya pada Julian. Pria itu melihat lambaian tangan Jacky, sehingga ia ikut melambai pada Jacky.
"Maaf, aku terlambat, Julian"
"Santai saja," kata Julian mengendikan dagunya.
Julian bias melihat keringat yang menetes dari pelipis Jacky. Sehingga tangannya berinisiatif mengelapnya untuk Jacky.
"Tidak usah berlebihan, Julian! Kau pikir aku selemah itu?" Jacky menolak sentuhan Julian dengan menepis tangan pria itu. "Jangan menganggapku sama dengan wanita-wanita lain..."
Jacky melepas jaketnya dan memakai kaos tanpa lengan yang biasa ia gunakan untuk bermain basket ataupun bola ketika bersama teman-temannya dengan memunggungi Julian.
Wanita itu benar-benar tidak menganggap Julian seorang pria. Sehingga Julian tertawa kecil saat melihat Jacky sudah berlari ke tengah lapangan.
"Ayo!" eriak Jacky keras.
Tidak seperti kebanyakan wanita lain pada umumnya, Jacky adalah Jacky. Wanita itu memiliki daya tarik sendiri di mata Julian. Jacky tidak perlu mengenakan pakaian seksi, lipstik, bahkan menata rambutnya ketika bertemu dengan seseorang. Seperti saat ini. Dengan headband yang menempel di kepalanya, wanita itu sudah terlihat sangat keren di mata Julian.
Sore itu, Julian dan Jacky bermain dengan bersemangat. Dua jam lamanya, mereka saling berebut bola untuk mencetak goal dia gawang masing-masing. Meski hanya berdua, Jacky sangat senang. Ia memang menyukai permainan ini sejak dulu. Dari pada bermain dengan alat-alat kecantikan, Jacky lebih senang bermain dengan alat-alat berat.
Terkadang, Jacky bermain basket dengan Daniel. Itupun karena ia harus memaksa pria itu untuk bermain bersamanya.
Jacky berbaring di tengah lapangan dengan keringat bercucuran di wajah dan tubuhnya. Dadanya naik turun mengingat betapa lelahnya ia berlari sambil menendang bola dengan Julian.
Pria itu menyusul dan ikut berbaring di samping Jacky sambil bertelanjang dada. Jacky sempat memperhatikan tubuh Julian.
Tubuhnya penuh dengan tatto, di lengan sebelah kirinya ada sebuah tatto besar yang menyambung ke dadanya. Ototnya begitu besar dan terlihat kokoh, mungkin karena Julian senang melakukan aktifitas yang membuat ototnya terbentuk dengan sempurna.
"Apa yang sedang kau lihat, Jacky? Apa kau tertarik dengan tubuhku?" goda Julian.
Jacky melempar headbandnya ke arah Julian.
"Jangan harap!"
Julian tertawa. Kemudian ia memiringkan tubuhnya memandang Jacky dengan santai.
"Aku penasaran, apakah kau benar-benar seorang wanita?"
"Pertanyaanmu sungguh bodoh, Julian" jawab Jacky malas. "Apa kau sedang berharap jika aku telanjang di depanmu sekarang, agar kau percaya jika aku seorang wanita—heh?"
Julian tersenyum. "Seandainya aku menjawab iya pun, kau tidak mungkin akan melakukannya bukan?"
"Dasar sinting"
Jacky menghela napasnya.
"Bagaimana pekerjaanmu hari ini, Jacky? Apa menyenangkan menjadi seorang model?"

KAMU SEDANG MEMBACA
JACQUELINE (SCENT OF SUMMER)| ON GOING
RomanceCERITA DEWASA JACQUELINE LANDON Semua orang memanggilnya Jacky. Tidak ada satupun kenangan yang membuat Jacky merasa sempurna karena telah terlahir di dunia ini. Menjadi seorang yatim piatu adalah sesuatu hal yang tidak pernah jacky inginkan. Ia ter...