Jangan lupa tinggalkan jejak ya 🤗
*
Keesokan harinya, Jacqueline tidak lagi melihat Daniel. Pria itu benar-benar pergi seperti apa yang di harapkannya. Ia merasa lega, namun ada kesedihan yang mendalam yang menimpa dirinya. Jacqueline terlalu meradang sampai-sampai ia harus menampar pipi Daniel seperti itu. Ia tahu, mungkin Daniel akan merasa terhina setelah Jacqueline melakukan itu padanya. Jacqueline tahu, jika ia sedikit berlebihan ketika menanggapi ajakan Daniel untuk menjadikannya istri. Pria itu pasti sudah gila.
"Apa kau baik-baik saja?" Julian membukakan minuman dingin yang sedari tadi Jacqueline genggam.
Jacqueline sempat terkejut namun kemudian ia tersenyum. "Seperti yang kau lihat..."
"Kau terlihat sedikit murung sejak Daniel Meyyer meninggalkan tempat ini..."
"Aku? Mana mungkin. Aku yang menyuruhnya pergi, Julian. Aku justru sangat senang karena dia tidak ada lagi disini..." Jacqueline melayangkan senyuman hambar.
Julian menyadari kesedihan dari raut wajah Jacqueline. Sehingga ia memutuskan untuk bertanya pada Jacqueline.
"Boleh aku bertanya sesuatu?"
Jacqueline mengangguk. "Kenapa bertanya? Kau boleh menanyakan apapun padaku, Julian" cuaca saatg itu terlihat sedikit berangin. Rambut pirang milik Jacqueline terlihat terbawa angin namun justru membuatnya terlihat cantik.
"Apa yang sebenarnya terjadi antara dirimu dan Daniel? Kenapa kau terlihat sangat membencinya?"
Jacqueline memang sudah mempersiapkan diri untuk mendapatkan pertanyaan seperti ini dari Julian. Ia sudah mengantisipasinya.
"Kau tidak perlu menjawab jika itu terlalu sulit untukmu, Jacqueline"
Julian memang paling mengerti tentang keaadaan Jacqueline. Sejak mereka bertemu, pria itu emmang tiak terlalu banyak bertanya. Ia begitu menghargai Jacqueline selama ini.
"Kami bertengkar hebat..."
Selama lima belas menit lamanya, Jacqueline menjelaskan panjang lebar pertengkaran yang terjadi antara dirinya dan Daniel. Jika dulu Jacqueline merasa tidak terima dengan keputusan Daniel, sekarang ia justru merasa jika reaksinya yang dulu adalah bentuk dari sifat kekanak-kanakannya karena tidak terima dengan pilihan Daniel.
"Kau cemburu?"
"Aku? Pada Lilian? Aku tidak cemburu. Aku hanya merasa jika Daniel tidak percaya padaku. Dan aku kecewa akan hal itu. Kami mengenal cukup lama, tapi dia memperlakukanku seolah-olah aku tidak pernah ada. Daniel membandingkan diriku dengan Lilian secara langsung. Dan aku...tidak terima" Jacqueline mencabut rumput di hadapannya. Memikirkan betapa menyedihkannya dirinya. "Aku merasa malu dan dipermalukan. Jadi aku putuskan untuk pergi dari perusahaannya. Dan menghilang..."
"Sebenarnya kau bisa memberitahuku saat itu, Jacqueline. Mungkin aku bisa membantumu untuk bersembunyi..."
"Tidak, Julian. Aku tahu orang seperti apa Daniel. Kau lihat sendiri, ia bahkan memecatmu tanpa alasan"
Julian tersenyum kecil.
"Aku minta maaf untuk itu"
"Kau sudah meminta maaf padaku puluhan kali padaku, Jacqueline"
"Aku memang tidak memiliki banyak kenalan. Aku hanya memiliki Daniel selama ini. Dia tahu dengan siapa aku bergaul karena kami sering menghabiskan waktu bersama. Sebenarnya aku cukup terkejut ketika kau mengatakan Daniel memecatmu tepat setelah aku menghilang. Aku tidak menyangka dia akan melakukan hal sekeji itu padamu. Untungnya aku tidak memiliki banyak teman, jadi dia tidak bisa bersikap seenaknya pada mereka" Jacqueline menghela napasnya. "jadi aku meminta bantuan seseorang yang tidak akan mungkin dia curigai..."
KAMU SEDANG MEMBACA
JACQUELINE (SCENT OF SUMMER)| ON GOING
RomanceCERITA DEWASA JACQUELINE LANDON Semua orang memanggilnya Jacky. Tidak ada satupun kenangan yang membuat Jacky merasa sempurna karena telah terlahir di dunia ini. Menjadi seorang yatim piatu adalah sesuatu hal yang tidak pernah jacky inginkan. Ia ter...