Bab 28: Marry me?

892 128 6
                                    

Bab 28: marry me?

n o w p l a y i n g ;
Olivia Rodrigo - All I want
***

Iqbaal mengantar (namakamu) pulang,diantarnya gadis itu hingga sampai ranjang. Tidak lagi hanya sampai pintu tapi sampai ranjang, untuk memastikan bahwa gadis cantiknya selamat.

Mimpi sialan itu benar-benar mengusik Iqbaal. Bagaimana kalau suatu saat mimpi itu terjadi, mengingat (namakamu) bukanlah gadis biasa. Gadis itu terlalu banyak musuh, banyak yang membencinya. Entah itu karna mereka iri dan dengki, entah juga karna pembawaan (nama kamu) yang tampak angkuh hingga orang jadi kesal dengannya.

Tapi Iqbaal berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu melindunginya meski nyawa taruhannya. (Namakamu) sudah membuat Iqbaal benar-benar bertekuk lutut padanya. Ia benar-benar jatuh cinta pada gadis itu.

“Tidak sekalian saja kau menginap?” tawar (namakamu). Itu sebuah sindiran sebenarnya karna Iqbaal tak kunjung pulang setelah mengantarnya.

“Mandilah, aku akan pulang setelah kau tidur.” kata Iqbaal.

(Namakamu) mengerutkan alisnya heran, ia duduk disebelah Iqbaal lalu mengusap lengan tegap itu. “Kau masih mengkhawatirkan ku karna mimpi itu, hm?” tanyanya melembut.

Iqbaal mengangguk. Ia menjatuhkan kepalanya di bahu (namakamu). “Aku sangat takut karna mimpi itu, (namakamu). Kau tahu, betapa mengerikannya kau didalam mimpi itu.”

(Namakamu) tertawa pelan sambil mengusap-usap rahang Iqbaal. “Kau benar-benar sudah jatuh cinta padaku, ya.” guraunya.

“Ayo kita menikah saja.” ajak Iqbaal membuat (namakamu) membulatkan matanya terkejut.

Are you kidding me?

“Tidak, aku serius. Aku ingin menikahimu, will you?

(Namakamu) tertawa keras. Ia masih menganggap ajakan Iqbaal lelucon, karna apa? Ya karna ia merasa bahwa Iqbaal hanyalah sedang merasa ketakutan akibat mimpi sialan itu.

“Aku ingin mandi.” kata (namakamu) bangun dari duduknya.

Iqbaal menyipitkan matanya. “(namakanu)?” panggilnya tak senang karna ucapannya tadi diabaikan gadis itu.

“Ya?” sahut (namakamu) sambil berlarian masuk kedalam kamar mandi. Ia tak mendengar suara Iqbaal lagi, jadi ia memutuskan untuk langsung mandi saja.

Ah sial, bathrobe nya tertinggal dan handuk juga tidak ada di kamar mandi ini. Kemana semua dibuat Linda, aishh wanita itu!

Daripada mati kedinginan, (namakamu) berniat untuk memanggil Iqbaal, tapi sepertinya pria itu lagi mode marah. Ah persetan.

“Iqbaal?” panggil (namakamu) dibalik pintu tanpa membukanya.

Tak ada balasan. Apa dia sudah pulang, batin (namakamu).

“Iqbaal, kau masih di sana?” (Namakamu) membuka pintu kamar mandinya sedikit untuk mengintip, dan betapa terkejutnya ia saat pria jangkung itu berdiri didepan pintu kamar mandi.

“Butuh bantuan?” suara bariton Iqbaal membuat (namakamu) merinding.

(Namakamu) jadi salah tingkah, ah sial. “T—tolong ambilkan h—handukku, boleh?” sial, jadi gugup begini.

Iqbaal menggeram, melihat hampir setengah tubuh seksi itu kelihatan karna pemiliknya ceroboh dan tak sadar akibat salting sendiri.

“Buka saja pintunya, apalagi yang kau tutupi jika seperti itu.”

Moonlight | Iqbaal Dhiafakhri Series (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang