Bab 7: Unexpected
♪: Melanie Martinez - Play Date
—◈▣◈—(Namakamu) berdecih. Ia kesal saat tahu bahwa pria bernama Iqbaal ini menyuruhnya datang kesini hanya untuk melihat dia berkutat dengan laptop. Sementara perut (namakamu) sudah lapar karna tadi pagi hanya makan sedikit sarapan yang dibuatkan oleh Bastian dan Ari.
“Sialan. Aku lapar! Untuk apa kau menahanku disini!” teriak (namakamu). Astaga. Memangnya ada mahasiswa yang berani berbicara seperti itu pada dosennya kecuali (namakamu)? Jika bukan (namakamu) sudah pasti mahasiswa itu akan ditendang dari Universitas ini.
Iqbaal menutup laptopnya. Ia melihat (namakamu) dengan intens. Kalau biasanya gadis lain akan takut dan gugup, lain dengan gadis ini yang malah membalas tatapannya dengan sengit.
“Apa yang kau lakukan pada Zidny dan teman-temannya?” tanya iqbaal.
“Tidak banyak. Hanya memberi mereka sesuatu yang menyenangkan.”
Alis Iqbaal terangkat sebelah. Kemudian matanya memicing. Demi Tuhan, ia baru menemukan gadis seperti ini yang cukup bar-bar. Ia tahu bahwa (namakamu) dan dua teman lelakinya melakukan hal yang mengerikan, bukan hal menyenangkan.
“Menyenangkan bagimu atau bagi mereka?”
“Tentu saja menyenangkan bagi mereka. Aku memiliki hati yang baik untuk selalu menyenangkan gadis-gadis—tidak berguna itu.” ada kata yang disambung dalam hati (namakamu).
Iqbaal mecebik, “Lalu bagimu? Apa yang membuatmu senang?” tanya Iqbaal sarkas. Pasti gadis cantik didepannya ini akan menjawab, menindas orang lemah. Tapi ternyata,
“Bercinta denganmu.”
Brengsek!
—◈▣◈—
Gadis cantik yang selalu menjadi sorotan ini tengah menikmati sekotak pizza yang ia pesan lewat aplikasi. Memakannya dengan santai tanpa harus susah-susah menanggapi orang disekitarnya yang tengah memperhatikannya. Bagaimana tidak, setiap harinya gadis ini bergonta-ganti bentuk dan juga warna rambut.
Bajunya yang selalu nyentrik. Terkadang biasa saja seperti anak kuliah pada umumnya, dan terkadang seksi luar biasa. Dan tak lupa aksesoris gadis ini juga terlalu mencolok. Seperti antingnya yang juga setiap hari berganti-ganti.
Suara decitan sepatu yang beradu dengan lantai kafetaria terdengar saat dua lelaki berlarian menghampiri meja (namakamu). Nafas mereka memburu kemudian duduk dengan merebah punggung pada sandaran kursi.
(Namakamu) menatap keduanya datar, tanpa repot bertanya gadis itu kembali mengunyah potongan pizza sambil memainkan ponsel.
“Baby, boleh aku minta?” tanya Ari setelah lebih rileks. Nafasnya tak lagi ngos-ngosan karna lomba lari dengan Bastian tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight | Iqbaal Dhiafakhri Series (On Going)
Fiksi PenggemarKalian tahu? Dia gadis yang tidak pernah terperpikir olehku sebelumnya. Bertemu setiap hari dengannya membuatku ingin mengubur diri di perut bumi. Sialan! Berantakan, nakal dan tak terajar. Bayangkan jika kalian memiliki siswi seperti itu. Maka kal...