Bab 10: Unbelieveable

1.8K 315 47
                                    

Bab 10: Unbelieveable
Witt Lowry - Into Your Arms

—◈▣◈—

Bagaimana?”

(namakamu) yang baru keluar dari ruangan Iqbaal disambut dengan pertanyaan oleh Bastian dan Ari yang menunggunya diluar ruangan.

Gadis dengan wajah tanpa ekspresi itu hanya mengangkat dua bahunya tak peduli membuat dua laki-laki itu melemaskan bahu mereka lalu menghembuskan nafas lelah. Siapa yang diintrogasi, siapa yang lelah. Hm.

“Apa mereka akan memenjarakanmu, baby?” Ari tampak panik.

“Mungkin.” jawab (namakamu) sekenanya.

“Kenapa santai sekali, ck!” Bastian kesal.

(namakamu) melangkahkan kakinya hendak ke parkiran. Ari dan Bastian mengikuti dari belakang. Tak lama Iqbaal dan ayahnya juga keluar dari ruangan, melangkah bersama menuju parkiran. Lima orang tersebut menjadi sorotan hari ini, eum lebih tepatnya (namakamu) dengan segala kontroversinya.

Bastian berbisik pada Ari, “Kenapa Mr. Darian dan Mr. Dhiafakhri mengikuti kita?”

“Mengikuti (namakamu) lebih tepatnya.”

Bastian mengangguk. Mereka tiba di parkiran. (namakamu) berbalik menghadap dua orang dengan jabatan tinggi di universitas ini.

“Kita akan ke rumah sakit. Kau harus menjelaskannya pada istriku dulu, baru ke kantor polisi.” ucap Darian—ayah Iqbaal. Sebenarnya ia tidak mau melanjutkan hal yang menimpa Adiba ini lebih lanjut tapi karna Helen yang tidak terima dan terus mendesaknya untuk mengkasuskan hal ini pada pihak berwajib. Menurut Darian ini berlebihan, dan Iqbaal juga sepemikiran dengan ayahnya.

Meski gadis didepannya ini anak dari donatur terbesar di universitasnya, Darian tetap akan melakukannya. Ya setidaknya mendengar penjelasan yang mungkin tidak akan membuat kasus ini sampai pada pihak berwajib.

(namakamu) dengan wajahnya yang sangat datar menatap Darian dengan tatapan yang sulit diartikan. Dalam hati ia ingin mengutuk siapapun yang benar-benar menghancurkan mood nya hari ini termasuk dua orang didepannya itu.

Ia berdeham singkat. Lalu menoleh pada Bastian, “Aku butuh ponselmu, Bas.” (namakamu) menadahkan tangannya meminta ponsel lelaki itu.

Bastian tanpa bertanya memberikan ponselnya pada (namakamu). Hal itu tidak lepas dari perhatian Iqbaal sejak tadi. Pria tampan itu memperhatikan gadis cantik yang penampilannya hari ini cukup manusiawi. Tidak ada rok pendek yang hampir menampakkan dalaman dan juga tidak ada baju tipis yang sekali tarik langsung robek.

“Boleh kami menemani (namakamu), Mr. Darian?” tanya Ari.

Darian mengangguk. “Tentu.”

Dua pria itu masuk ke dalam mobil mereka dan melajukannya menuju rumah sakit.

Sementara tiga manusia ini terdiam di tempatnya sejenak. Sebelum akhirnya turut masuk ke dalam SUV Bastian dan melaju mengikuti sedan didepan yang sudah melaju lebih dulu.

“Padahal aku bisa sendiri.” ketus (namakamu) memecah keheningan dalam mobil.

Bastian dan Ari hanya tercengir lebar tanpa mau membalas ucapan gadis manis itu. Tapi percayalah bahwa mereka tengah deg-degan, takut jika teman perempuan mereka akan ditetapkan sebagai pelaku penganiayaan. Astaga, Bastian dan Ari tidak bisa membayangkannya.

Moonlight | Iqbaal Dhiafakhri Series (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang