Bab 24: Make a baby

1.7K 200 21
                                    

Bab 24: Make a baby
♪: Olivia Rodrigo - Drivers License
—◈▣◈—

Iqbaal menatap (namakamu) yang merebah kepalanya di atas meja. Mata bulat bening itu membalas tatapannya dengan lembut.

Ia mengusap pelan rambut panjang (namakamu), “Tubuh mu ada yang sakit?” tanya Iqbaal pelan.

“Tidak ada, hanya punggungku tadi menabrak dinding cukup keras. Tapi tidak apa-apa.” jawab (namakamu) belum merubah posisinya, ia hanya mencari kenyamanan dengan meletakkan punggung tangannya sebagai alas pipinya yang menempel pada meja.

Tangan Iqbaal beralih mengusap punggung gadis cantik itu pelan. Gerakannya ke atas ke bawah hingga kaitan bra gadis itu terasa di telapak tangannya saat mengusap.

“Sudah sarapan?” tanya Iqbaal dan (namakamu) menggeleng.

“Aku tidak berselera,”

“Kenapa? Ayo sarapan denganku.” ajak Iqbaal.

“Aku tidak selera Iqbaal. Hari ini hari terakhir aku melihatmu di kampus,” tolak (namakamu) menatap Iqbaal sendu.

Iqbaal terkekeh pelan lalu memeluk (namakamu) mesra, “Aku bisa menjemputmu saat pulang kuliah nanti. Apa yang kau khawatirkan soal tidak bisa melihatku di kampus.” bujuknya karna sepertinya gadis itu akan menangis.

“Tetap saja—tetap saja aku ingin melihatmu di kelasku lagi. Tiga bulan terlalu cepat, kenapa tidak seterusnya saja kau mengajar di kelasku!” rengek (namakamu).

“Bulan depan kau sudah magang (namakamu), kau lupa? Kau tidak ada kelas lagi setelah ini, apa yang mau ku ajar, huh?”

(Namakamu) mengangkat wajahnya membuat rengkuhan Iqbaal terlepas, ia menatap wajah tampan pria itu dengan alis terangkat. “Benarkah? Aku benar-benar lupa soal aku akan magang bulan depan. Astaga, aku semakin sulit menemuimu nanti.”

Ia terlihat murung. Karna biasanya anak magang akan terus sibuk, terlebih lagi (namakamu) akan magang di perusahaan. Pergi pagi, pulang sore, sampai rumah kelelahan dan langsung tidur. Lalu kapan ia akan menghabiskan waktu dengan pacarnya. Huft.

“Aku tidak ingin magang, boleh bayar saja tidak?” tanya (namakamu).

Iqbaal terkekeh lalu menggeleng, “Tidak. Kalau kau bayar dan melewatkan magangmu, lalu di mana kau akan mendapat pengalaman bekerja (namakamu). Meski waktu magang hanya tiga bulan, tapi itu penting.”

“Tiga bulan itu lama,”

“Sebentar. Buktinya waktu tiga bulanku di sini sudah selesai dan itu termasuk cepat hingga kau masih mau menahanku lagi di kampus ini.”

(Namakamu) merengut. “Aku tidak mau magang. Aku mau langsung menikah saja denganmu.” ucapnya dengan senyum manis.

“Selesaikan dulu kuliahmu.”

“Kita akan bulan madu ke Itali, Jerman, lalu ke Swiss, ya?”

“Kuliah dulu sampai selesai.”

“Lalu aku mau punya anak tiga!” katanya dengan mata berbinar.

“Kuliahmu bahkan belum selesai, (namakamu).”

“Anak pertama laki-laki, lalu kedua laki-laki juga, dan yang terakhir baru perempuan.”

“Umurmu masih 20 tahun. Kenapa sudah memikirkan anak.”

“Kau mau punya anak berapa, Iqbaal?”

Iqbaal menatap (namakamu) lama. Tangannya bergerak mengelus pipi pualam gadis cantik itu. “Sembilan.” jawabnya.

(Namakamu) menutup mulutnya, terkejut. Kenapa banyak sekali.

Moonlight | Iqbaal Dhiafakhri Series (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang