Bab 29: Wanna play?

1.1K 142 12
                                    

Bab 29: Wanna play?
n o w p l a y i n g;
Bruno Mars - It will rain

***

Adegan cuma berlaku di dunia oren, tidak di real life. Jangan ditiru, okay?

***

(namakamu) mendapat telfon dari nomor yang sama saat mengiriminya pesan tadi. Ia yang sudah tampak tenang kini kembali gila lagi begitu mendengar suara si penelfon.

“(namakamu) sayang..”

Brengsek.

“Kau dibalik semua ini?” tanya (namakamu) parau. Ia usai menangis habis-habisan. Hingga air matanya rasanya kering.

Suara kekehan terdengar dari seberang line. Membuat emosi (namakamu) memuncak hingga langit, tidak lagi memuncak hingga ubun-ubun tapi nembus ke langit.

Buset.

“Yah, balasan karna sudah mengambilmu dariku.” sahut orang itu.

(namakamu) menggeram. “Devano, jangan main-main denganku.” katanya dengan nada rendah. Pria sialan itu sudah membangkitkan sesuatu dalam diri (namakamu).

“Sayang sekali, aku sangat suka main-main denganmu (namakamu). Mau coba main denganku di ranjang? Pasti menyenangkan.”

Ya dalang kematian Iqbaal ternyata Devano Mahendra. Tidak heran, karna pria itu marah (namakamu) tidak mau kembali lagi padanya dan malah memilih Iqbaal. Jadi jalan pintasnya adalah melenyapkan Iqbaal agar (namakanu) kembali padanya. Simpel, kan.

“Kau mau main-main denganku?” tanya (namakamu).

“Tentu saja, kenapa tidak.”

“Baiklah.” putus (namakamu). “Kau mau main ranjang denganku kan, ayo kita lakukan.”

Devano tentu saja terkejut dan merasa senang. Ternyata semudah itu melenyapkan Iqbaal dan melenyapkan perasaan (namakamu) pada Iqbaal.

“Kau serius?” tanya Devano.

“Demi Tuhan, aku serius. Iqbaal tidak mau menyentuhku, jadi kau saja ya.”

Sudah bawa-bawa Tuhan, itu artinya (namakamu) tidak main-main dengan ucapannya. Devano senang. “Aku akan menjemputmu, baby.”

“Tidak perlu, aku akan datang padamu.”

“Baiklah.” sahut Devano.

“Tapi sebelum itu, b—bolehkah aku melihat Iqbaal untuk yang terakhir kalinya?”

“Untuk apa?” tanya Devano dingin.

“Aku ingin mengucapkan selamat tinggal. Tapi aku punya ide, bagaimana jika kita bermain didepan mayatnya? Aku ingin pengalaman pertamaku sedikit antimainstream.” ucap (namakamu) seiiringi dengan kekehan ringan yang terdengar menawan di telinga Devano.

Devano tertawa keras, kenapa ia tidak memikirkan hal itu. (namakamu) memang luar biasa. Ya, gadisnya memang luar biasa.

Sekalian memberi penghinaan untuk lelaki brengsek itu, Devano menyetujui permintaan (namakamu).

“Baiklah, akan ku kirim alamatnya. Datang lah dengan gaun yang paling seksi, (namakamu) sayang.” kekeh Devano.

“Akan ku pakai lingerie, Devano.”

“Cepatlah, aku tidak sabar bermain.” sialan, umpat Devano yang belum apa-apa sudah berfantasi liar tentang (namakanu).

“Okay, sayang.”

Moonlight | Iqbaal Dhiafakhri Series (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang