Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan jejak!!!
Rintik-rintik hujan telah sirna ketika pagi datang, meninggalkan suasana sejuk di dalam sebuah rumah kayu. Aroma tanah dan pepohonan yang basah menyejukkan hati siapa saja yang menghirupnya. Tak terkecuali dua orang yang sedang berpelukan di atas ranjang kayu yang kecil nan tua.
Sebuah senyuman merekah di bibir Sang lelaki tampan, melihat sang kekasih tidur terlelap di lengannya. Karena kemarin hujan tak kunjung reda, mereka berdua terpaksa bermalam di rumah kayu itu.
"Nana...." Guman lelaki itu penuh kasih.
Jeno terkekeh, Jaemin terlihat imut karena ukuran jaket Jeno sangat besar ditubuhnya. Semalam, udara sangat dingin. Tidak ada perapian seperti kamp utama dekat bangunan pelatihan, sehingga Jaemin harus tertidur dengan memakai jaketnya agar tidak mati kedinginan.
Ditambah dengan kedua tangan yang mengepal seperti bayi, penampilan tidur Jaemin begitu menggemaskan di matanya. Jeno bersumpah, tidak akan membiarkan seorang pun melihat penampilan tidur Jaemin. Hanya dia seorang yang bisa.
Jeno mengambil ponsel dari sakunya, memotret wajah tidur Jaemin. Tak lama kemudian, sudah berpuluh-puluh foto memenuhi galeri nya. Jeno mengecup dahi yang tertutup surai biru itu dan kembali menyimpan ponselnya di saku.
Suara kicauan burung mengalihkan perhatian Jeno. Tatapan penuh pemujaannya berpindah pada jendela di sampingnya. Terlihat di luar, langit sangat cerah, begitu biru seperti rambut Jaemin.
Jika bisa diulang, mungkin Jeno ingin langit menurunkan hujan lagi. Sebab, ia bisa berduaan dengan Jaemin tanpa ada yang mengganggu, apalagi dirinya dengan senang hati membantu sang kekasih 'menghangatkan' tubuhnya. Dan beruntunglah dirinya yang kebal cuaca dingin, ia tidak perlu memakai atasan saat memeluk Jaemin. Sangat beruntung, bukan?
"Bangun, sayang...." Seru Jeno menekan-nekan pipi Jaemin, mencoba membangunkannya. Namun, Jaemin hanya menggeliat tanpa berniat untuk membuka mata. Semakin mendusal ke dada Jeno.
"Nghhh... Lima menit lagi...."
Jeno merasa geli ketika kepala Jaemin bergerak. Surai birunya terlalu lembut menggelitik bagian depannya.
Lelaki bersurai hitam itu mendorong kepala Jaemin dengan jari telunjuknya. "Bangun kelinci pemalas, memangnya kamu tidak lapar?"
"Mmm... Tidak...."
Menjauhkan jarinya, Jeno memilih menyerah. "Ya sudah kalau begitu, tidurlah lagi. Kamu akan melewatkan sarapan dengan ikan bakar."
Mendengar kata 'ikan bakar', Jaemin langsung membuka mata dan bangun. "Di mana ikan bakarnya?" Tanya Jaemin sambil mengusap air liur yang menetes di ujung mulutnya. Tiba-tiba ia ingin makan ikan bakar.
"Nanti biar Lucas yang memancingnya. Kita harus pergi sebelum hujan turun lagi." Jeno menarik Jaemin duduk, memungut kemejanya yang berada di kaki Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You A Psychopath ? - Nomin
Fanfiction‼Warning‼ 📍DILARANG KERAS MEMPLAGIAT! Saya tidak melarang orang untuk terinspirasi oleh karya saya. Namun, anda seharusnya memiliki otak untuk bisa membedakan mana terinspirasi dan mana yang memplagiat! 📍Terdapat konten kekerasan dan adegan 🔞 [h...