Need A Friend

30.8K 3.8K 453
                                    

Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan jejak!

Lee Jeno, saat ini ia sedang menatap datar sarapan yang baru saja dikirimkan padanya melalui lubang pada bawah pintu membuatnya merasa seperti anjing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lee Jeno, saat ini ia sedang menatap datar sarapan yang baru saja dikirimkan padanya melalui lubang pada bawah pintu membuatnya merasa seperti anjing.

"Sialan, tua bangka itu selalu merepotkan." Umpatnya saat merasakan perih di sekujur tubuhnya. Suaranya terdengar datar namun terkesan tajam.

Prangg...

Pring itu pecah berserakan di lantai. Jeno merasa tidak nafsu makan setelah pria tua yang sialnya mengaku sebagai ayahnya itu mengunjunginya. Jeno tidak butuh pria itu, Jeno hanya ingin bebas. Ia hanya ingin merasakan kehidupannya yang dulu bersama ibu dan ayahnya yang belum berubah sampai seperti ini.

Jeno melirik pada jendela kamarnya kemudian mendekati jendela itu. Di sana ia melihat seseorang yang begitu menarik perhatiannya. Orang itu laki-laki, berpostur tinggi dan juga kurus. Ia memakai sweater tosca dan jangan lupakan rambut coklatnya yang bergerak di terpa angin saat lelaki manis itu berjalan menuju gedungnya. Jeno mentapnya tajam seakan ingin menerkam lelaki itu dan memeluknya erat.

"Kau, kau memang Jaeminku. Nanaku." Gumannya.

Rasanya ia ingin keluar dari neraka ini dan membawa Jaemin pergi bersamanya. Namun, apa bisa ia lakukan? Untuk pergi dari sini saja Jeno tak mampu. Apa lagi untuk membawa pergi Jaemin? Sungguh, bermimpilah Lee Jeno.

Jeno masih melihat lelaki itu sampai tidak berkedip. Ia melihat lelaki itu menoleh, membuatnya mundur satu langkah. Jeno menatap Jaemin yang melihatnya dengan wajah yang ketakutan. Dan tak lama kemudian lelaki itu lari terbirit-birit. Meninggalkan tempatnya semula dirinya mematung.

"Kenapa kau takut?" Tanya Jeno pada tempat Jaemin berdiri tadi. "Aku tidak akan menyakitimu, Na," senyuman mengerikan terulas di bibirnya yang penuh, "-atau mungkin?"

Kulkas masih kosong, karena kemarin Jaemin benar-benar mengikuti keinginannya untuk berdiam diri di rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kulkas masih kosong, karena kemarin Jaemin benar-benar mengikuti keinginannya untuk berdiam diri di rumah. Dan sialnya sekarang ia harus ke swalayan untuk berbelanja.
Lelaki itu mengecek ponselnya, masih tidak ada pesan. Mungkin benar, paman dan bibinya sama sekali tidak peduli sedikit pun dengannya. Jaemin menghela napas, tatapannya jatuh pada kalung pemberian orang tuanya.
"Jalan yang ku ambil sudah benar kan, appa-eomma?"

Are You A Psychopath ? - NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang