You Hurt Me

24.8K 2.7K 394
                                    

Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan jejak..

Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan jejak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"HUAA!!"

Tangan Jaemin mengerat pada besi pembatas balkon, berusaha menyeimbangkan tubuhnya agar tidak terjatuh walaupun kakinya sudah tidak menapak lantai. Bayangan bahwa ia akan jatuh muncul tiba-tiba, membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Keringat menetes melewati lehernya. Bibirnya kelu, terlalu shok untuk berbicara. Ini antara hidup dan matinya. Jika ia melepaskan palang besi, hidupnya akan berakhir dan tubuhnya hancur terusuk bebatuan.

Jaemin merasakan pening di kepalanya, melihat bebatuan runcing yang siap membelah tubuhnya kapan saja. Pandangannya berkunang-kunang. Jaemin mencoba untuk menoleh ke belakang.

"Je-jeno.... Ap-pa yang kau lakukan?" Teriaknya pada lelaki yang terus mendorongnya agar ia terjatuh ternyata adalah Jeno. Wajah lelaki itu merah, terlihat sangat marah. Membuat Jaemin bergetar ketakutan.

"Na Jaemin! Siapa kau yang berani berpikir untuk pergi dari sini?!" Jeno berteriak padanya. Terlihat rahangnya yang mengeras, menahan emosi. "Setelah perlakuan lembutku padamu, kau ingin pergi? Dasar jalang tak tahu malu." Jaemin menggelengkan kepalanya, air matanya terjatuh tanpa tahu malu. Pandangannya mengabur, sambil merasakan cengkraman erat Jeno di kedua lengannya. "Haruskah aku memperlakukanmu kasar?!"

"Lepaskan aku, Jen. Aku takut."

Jeno menarik kerah belakang kemejanya sehingga Jaemin bisa menapakkan kedua kakinya ke lantai lagi. Dengan segera Jeno membalikkan tubuh Jaemin dan mencengkeram kerahnya sebelum Jaemin sempat menetralkan jantungnya.

Tubuh Jaemin terangkat akibat cengkraman kuat Jeno. Ia merintih, merasakan sesak di dadanya.

"Katakan kau tidak akan pergi dari sini!" Bentak Jeno semakin mengeratkan cengkramannya sampai jari-jarinya memutih.

Jaemin menggeleng keras, air matanya tidak bisa berhenti mengalir. Ia ingin menyerah tetapi keinginannya pulang lebih besar dari rasa takutnya terhadap Jeno. Tangannya bergetar, menggenggam erat pada kemeja Jeno.

"Katakan atau kau akan kubunuh!" Suara Jeno menggema di kamar.

Jaemin membulatkan matanya.

"Kudengar tuan Jeno pernah membunuh asisten psikiaternya, menyeramkan."

"Benarkah? Itu tidak mungkin, aku tidak percaya. Dia terlalu tampan untuk jadi pembunuh."

"Hell, kau benar. Tapi aku mendengarnya dari mulut Lucas saat sedang menguping , dia tidak mungkin berbohong. Katanya Tuan Jeno menyayati kulit asisten itu dengan pecahan piring dan melemparkan pecahan pada kepala si asisten. Benar-benar kejam."

Jaemin teringat saat tidak sengaja menguping pembicaraan dua pelayan wanita tentang Jeno. Sebelumnya ia tak peduli, karena ia kira Jeno tak sekejam itu. Namun, setelah perlakuannya padanya seperti ini, perkiraanya meleset.

Are You A Psychopath ? - NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang