40.{Akhirnya}

3K 215 4
                                    

بسم الله الرحمن الحيم
.
.
Assalamu'alaikum semuaa
Gimana kabarnya detik ini?
Masih semangat nggak nihh?
.
.
Sebelum baca aku mau minta maaf kalau banyak typo. Nanti kalau typonya keliatan, tandain yah!!
.

.
Happy reading!!


Anza membuka matanya. Hal yang pertama kali ia lihat adalah abu abu. Hmm? Bukannya langit langit rumah sakit warnanya putih? Ahh! Mungkin saja ia ada dikamarnya. Tapii tunggu! Langit langit kamar miliknya itu kann warnanya gradasi hitam dan biru.

Jangan jangan! Ia transmigrasi ke tubuh orang lain lagi. Ia langsung bangun dari tidurnya. Melirik sana sini menyesuaikan keadaan yang ada. Hhhh! Matanya membola. Jangan lagi!

Brukk
Ia kembali tertidur. Lebih tepatnya pingsan, pingsan karena kaget.
.
.
.


Nevan tertidur di sofa rumah sakit dina berada. Badannya dingin, kaku. Jangan kalian berfikir dia sudah mati, dia hanya sedang bermimpi hal yang tidak terduga

"Hmm, itu kebenaran, selama tubuh ini bangun dari koma, yang nempatin itu bukan jiwaku, tapi jiwa lain. Dia itu Anza. Dia perantara yang udah nyadarin kalian semua" jelas dina dalam mimpi nevan

"Aku minta maaf, jujur saat itu dina udah gak bisa ngadepin kalian semua, dina udah gak kuat, kata kata yang kalian ucapkan itu selalu membekas di hati dina, gak bisa dihilangin" dina tersenyum pedih. Nevan yang mendengar itu merasa bersalah. Amat sangat.

"Jadi dina berharap ada yang nempatin tubuh dina sementara, dan alhamdulillah hal yang tak terduga pun terjadi, tapi dina bersyukur" sambungnya, masih dengan tersenyum. Senyum itu tak pernah pudar. Hanya dia yang tau arti dari senyum itu.

Nevan tak bisa berkata kata lagi. Perkataannya tak bisa dikeluarkan. Hatinya bergemuruh. Nafasnya tercekat. Matanya merah menahan air mata. Tangannya terkepal.

"Dina juga yang minta, supaya anza gak kasih tau kalau yang nempatin tubuh anza itu dirinya"

"Jadi abang jangan marah sama anza,  marah aja sama dina, dina yang salah"

"Maaf dek, abang yang salah, abang yang gak pernah lindungin kamu" lirihnya dalam hati

"Jangan lupa beri tahu oma, opa, mommy, daddy, bang farrel yaa, biar saat bangun nanti dina bisa tenang" pesan dina. Tenang? Emang mau mati ya? Bukannya tadi bilangnya mau bangun? pikir nevan

Dina yang mendengar suara hati nevan hanya terkekeh kecil. Lucu sekali abangnya nih!

Tes.

Air mata yang sedari tadi dina tahan, akhirnya keluar. Membasahi pipi cubbynya. Tapi dengan cepat dina menghapusnya dan kembali tersenyum.

"Abang sehat sehat ya, dina pamit, assalamu'alaikum" sedikit demi sedikit dina menghilang. Dan

"Huhh, huhhh" nevan terbangun dari tidurnya dan menghela nafas panjang.

"Mimpi" gumamnya. Ia mengalihkan pandangannya pada adiknya. Apakah benar yang dibilang adiknya itu? Percaya tak percaya.

Cklekk

"Bang makan dulu gih" suruh mommynya sambil memberikan kantong kresek yang dibawanya. Nevan dengan senang hati menerimanya.

Tak lama datang lah, oma opa serta farrel. Mereka bertiga juga sudah tau bahwa keluarganya sudah menerima dina dengan senang hati. Dina sering menghubungi mereka pada waktu luang, yahh, untung mengisi kegiatan saja.

Mereka mengobrol santai, orang tua dina juga sudah meminta maaf pada oma opa nya, karena tidak bisa menjaga, melindungi, menyemangati dina, opa omanya hanya mengangguk dan memberikan sepatah kata yang bermanfaat. Sedangkan nenek kakeknya, mereka tinggal di luar negri, lebih tepatnya Rusia. Mereka berdua juga sangat menyayangi dina.

Setelah memberi penjelasan apa yang terjadi tadi, tsabit langsung pergi dari rumah sakit. Lagi pula dia juga ada hal yang mendesak. Jadi ia langsung pamit dan meninggalkan nevan pergi.

Tiba tiba nevan mengubah perkataannya menjadi serius, ia ingin menceritakan hal yang tadi dina sampaikan pada mimpinya.

"Opa, oma, dad, mom, bang, rel, nevan mau bicara sama kalian" ucap nevan dengan melihat mereka satu persatu,  ila sudah dibawa pergi oleh pengasuhnya, nevan tak ingin adiknya yang satu ini tau.

Semua mengalihkan pandangannya pada nevan.
"Nevan mau cerita sesuatu sama kalian" mereka mengangguk dan memfokuskan pandangannya pada nevan. Nevan yang ditatap seperti itu menjadi gugup. Ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya..

"Jadi..." ia menceritakn apa yang tadi dimimpikannya.
.
.
.
Anza menggeliat dari tidurnya.
"Hmmmm"
"Hoamm"
"Emm" ia dengan cepat membuka matanya. Putihh. Akhirnyyaa. Anza bernafas lega

Ia mengerak gerakkan badanya yang kaku. Maklumlah sudah beberapa bulan tubuhnya tak bergerak.

'Kayaknya tdi gw nyasar deh'

Dina mencari cermin di meja sebelahnya. Ia melihat dirinya di pantulan cermin.

'Alhamdulillah, gw udah balik ke tubuh gw, senangnyaa' anza senyum senyum tak jelas

"Eh, dekkk" kenn yang baru saja masuk langsung memeluk adiknya.

"Lo adek gue kan, bukan tipu tipu. Ini bukan jiwa nyasar kan? Ini anza asli kan? Jawab dong jangan diem aja" cerocos kenn dengan menggoyangkan bahu anza.

"Ck, bang anza baru bangun nihh, pusing, jangan kek gini, lagian abang gak kasih kesempatan buat anza ngomong sih" dina berdecak kesal. Kenn hanya cengengesan tak jelas

"Ini anza real, nggak tipu tipu" lanjutnya.

"Alhamdulillah"

"Eh, anza dah bangun" suara itu mengagetkan mereka berdua.

"Ah bunda jangan ngagetin anza dong, kalo masuk ucap salam kek" bibir anza melengkung ke bawah.

"Xixixi, assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumssalam" jawab anza dan kenn

"Bun, ayah mana?" tanya anza

"Bentar lagi dateng! Ini anza putri bunda kan?" tanya balik lisa

"He'em" lisa langsung memeluk putri tercintanya.

"Ahh, bunda kangen banget tau sama kamu, akhirnya penantian yang bunda selama ini tunggu tunggu tibaa" ujar lisa dengan dramatisnya. Anza hanya meringis, sepertinya bundanya tambah bar bar deh pikirnya

"Ayahh" anza merentangkan tangannya minta peluk. Ayahnya Al, yang baru saja sampai langsung menyambutnya.

"Hemmm, anak ayahh akhirnya udah sadar, gimana ada yang sakit nggak?" tanyanya dengan mengelus rambut anaknya yang berbalut hijab.  Anza menggeleng. "Anza dah sehat yah"

Kenn yang sedari tadi menyimak pembicaraan mereka hanya bingung.
Kok tiba tiba adeknya manggil Bunda Ayah. Sejak kapan? Apakah ada hal yang dirinya lewatkan.

Anza yang melihat keterdiaman abangnya pun bertanya
"Kenapa bang kok diem aja?" kenn tersadar dari lamunannya. Ia melirik bunda dan ayahnya. Seketika anza mengerti.

"Sini sini, anza bisikin, bunda ayah jauhan dikit" seru dina. Mereka hanya menurut sahaja. Anza membisikkan sesuatu pada kenn. Kenn mengangguk paham. Ternyata begitu, batinnya
.
.
.
Dina mengerjap ngerjapkan matanya. Ia melirik sekeliling, terlihatlah keluarganya yang sedang berbicara serius. Ternyata abang nya menceritakan apa yang ada dimimpinya. Syukurlah, jadi ia tak lagi menjelaskan apa yang terjadi secara panjang lebar.

"Ehemm" dina berdehem untuk menarik perhatian anggota keluarganya yang ada disitu.

الحمد الله رب العالمين
.
.
Thanks for reading
Jangan lupa vote and comment nya ya! Aku tunggu!
.
.
Bubayy
Assalamu'alaikum
Ig : @umysa_331
6 Agustus 2021

 Virranza Or AzkadinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang