Guten Morgen - 20

1.1K 27 2
                                    

Tiyo melangkahkan kaki memasuki kamarnya. Hanya cahaya bulan yang menyinari kamar serta lampu tidur kecil yang menyala. Kamar dengan desain serba hitam dengan satu ranjang berukuran sedang.
Di dinding kamarnya, ditaruhnya beberapa lukisan. Sedangkan di dekat jendela dengan kaca besar, terletak satu tanaman pemberian Lina, mamanya yang mulai bertumbuh tinggi.
Pemuda itu merebahkan tubuh lelahnya di atas sprei biru malamnya. Ia memejam.
Huh.
Membuang napas dengan kasar, lalu merogoh saku celananya. Menscroll beranda onsgram miliknya. Tak sengaja ia melihat foto sebuah keluarga dengan senyuman bahagia terlintas di berandanya.
"Mama." Bibir pemuda itu tersenyum kecut. Matanya berkaca.
Sudah lama sejak kedua orangtuanya bercerai, ia berpisah dengan Lina. Meski sesekali bertemu, tapi selalu terjadi pertengkaran kecil di tengah perjamuan makanan.
"It's okay." Ujarnya. Menyeka air mata yang tiba-tiba menetes.
Tiyo merindukan kasih sayang Lina, mamanya. Ia begitu menyayangi wanita itu, karena itulah, setiap pertemuan yang dilangsungkan bersama dengan Lina, Tiyo selalu mencari perhatian dengan memulai pertengkaran.
Pemuda itu membuka Chatsappnya kemudian mengetikkan sesuatu di statusnya.
'Your world and my world are different. But, I think my world is bad worst.'
Setelah berhasil mengirim status di Chatsapp, pemuda itu mematikan ponselnya lalu memutuskan untuk tidur.

'Setelah berhasil mengirim status di Chatsapp, pemuda itu mematikan ponselnya lalu memutuskan untuk tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
'Guten Morgen.'
Di tengah foto bare face yang memenuhi ponselnya, Kayla menaruh kata-kata itu di storygram miliknya. Dengan bibir yang tersenyum cerah, dan kepala yang direbahkan di atas bantal.
Yeah! Selamat pagi, dunia barunya.
Dunia baru yang akan ia jalani bersama dengan Fabian. Dengan status yang sedikit berbeda, menurutnya. Walau hanya ia dan Fabian sendiri yang mengetahui hubungan ini.
Bola mata Kayla melirik Fabian yang tertidur pulas. Bibirnya tersenyum tipis. Ia teringat akan kata-kata yang dilontarkan Fabian tadi malam.

'Hiduplah di masa sekarang Kayla. Jangan terlalu memikirkan masa depan karena yang kita jalani saat ini adalah masa ini, masa sekarang.'

Benar. Pikirnya.
Tak bisa dipungkiri, hidup harus di jalani dengan baik. Hidup harus terus berjalan seperti seharusnya. Hiduplah di masa sekarang. Karena masa lalumu, adalah masa depanmu juga. Karena masa ini, adalah masa depanmu juga.

Gadis itu memiringkan badannya lalu menyentuh dahi Fabian. Menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi kelopak matanya yang terpejam.
"Kakak. Aku tahu ini salah. Tapi aku nggak mengerti, kenapa perasaan ini harus tumbuh. Sedangkan Kakak dan aku adalah seseorang yang seharusnya tidak bersama." Gumamnya dalam hati.
"Aku tahu ini salah. Tapi,"
Gadis itu menghembuskan napasnya dengan kasar. Ia menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 7 pagi.
"Tapi aku tergoda." Bisiknya dengan pelan.

Kayla mengecup kening Fabian kemudian bangkit dari ranjang. Ia memungut handuk mandi yang tergeletak di lantai lalu melilitkannya pada tubuhnya.

Gadis itu menatap Fabian sebentar lalu bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
*
*
Setelah membersihkan tubuhnya, Kayla memutuskan untuk jogging pagi di sekitar apartemen. Sudah lama ia tak berolahraga. Pagi itu kakinya terus berlari kecil dengan tubuh yang dibalut dengan atasan tanktop beserta celana panjang strech selaras dengan sedikit motif di beberapa bagian dan sepatu putih yang membalut kedua kakinya.

TemptedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang