Playin' - 8

6.7K 64 2
                                    

Pagi hari yang cerah, membuat Fabian bersemangat untuk mengelilingi pasar dan membeli bahan makanan untuk restorannya. Dalam beberapa tahun ini, Fabian sendiri sudah terbiasa untuk membeli bahan-bahan makanan ke Pasar. Meski di Bali sendiri ia sudah membuka banyak cabang Bikayla Resto, tak membuatnya untuk berhenti beraktivitas pagi. Sekalipun ia tak mengontrol beberapa cabang, Fabian sendiri yang akan meminta karyawan pada cabang lain untuk turun langsung ke pasar.

Hari kedua peresmian Bikayla Resto, membuatnya tak bisa meminta Tiyo untuk menemaninya karena ia paham betul bahwa pemuda itu akan kelelahan dan tak akan berkonsentrasi untuk menemaninya hari ini. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk pergi sendiri hingga membuatnya kini sudah menginjakkan kakinya di tanah pasar di Bilangan Jakarta.

Beberapa kantong plastik berisi bahan makanan sudah ia pegang. Beberapa dari bahan makanan juga sudah ia taruh di dalam bagasi mobilnya. Ketika ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, pria itu memutuskan untuk pulang.

"Jadi berapa semuanya, Pak?" Sebelum pulang, pria itu mengeluarkan dompetnya untuk membayar beberapa ekor ayam di depannya.

"Dua ratu sembilan puluh lima ribu." Bapak penjual ayam pun segera membungkus 10 ekor ayam pembelian Fabian.

Pria itu segera mengeluarkan uang tiga ratu ribu di dompetnya lalu mengulurkannya pada bapak penjual ayam. "Terima kasih." Lalu menyambut sepuluh ekor ayam yang telah ia beli.

"Kembali lagi mas."

Fabian menganggukkan kepalanya lalu kemudian mengangkut seluruh belanjaan menuju mobilnya. Setelah selesai membereskan belanjaannya dan membuat ayam ke dalam box pendingin di bagasinya, pria itu melesat pergi dengan mobil HR-Vnya menuju apartemen untuk menjemput Kayla.

*

Tiba di apartemennya, Fabian memanggil Kayla untuk memastikan bahwa gadis itu sudah bangun atau belum.
"Kayla." Ujarnya dengan lantang.

"Kay!" Sekali lagi ia meneriakkan nama gadis itu namun tak ada sahutan.

Pria itu pun menggelengkan kepalanya. Firasatnya mengatakan bahwa gadis itu belum terbangun sama sekali. Oleh karena itu pun lekaslah ia melangkah ke kamar Kayla kemudian memutar knop pintu. Dan benar dugaannya, saat pria itu sudah memasuki kamar Kayla, gadis itu masih terlelap di atas ranjangnya padahal cahaya matahari sudah memasuki kamarnya melalui celah-celah jendela.

"Kay, bangun." Pria itu menggoyangkan tubuh Kayla agar Kayla dapat terbangun.

"Hmm?" Kayla hanya mengerang tanpa membuka kedua kelopak matanya.

"Bangun! Sudah pagi." Fabian kembali menggoyangkan tubuh Kayla.

Dengan mata yang masih tertutup, gadis itu duduk dari ranjangnya bersama jubah mandi yang mulai melorot.
"Kakak sudah ke pasar?" Tanyanya sambil menggosok matanya yang masih tertutup.

"Sudah."

"Benarkah?"

"Iya. Ayo mandi."

Kayla mengulurkan tangannya tanpa membuka kedua kelopak mata. "Gendong!" Pintanya dengan manja.

"Manja banget sih!" Meski pria itu terlihat mendumel namun ia tetap menggendong Kayla di punggungnya lalu membawa gadis itu menuju kamar mandi.

TemptedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang