Tasty - 28

1K 23 3
                                    

Selena yang memutuskan untuk tinggal untuk melihat keadaan Bagas, terus berada di samping pria itu. Menatapi wajahnya dengan seksama, pucat hingga bagian bibir. Kantung matanya menghitam, seperti kurang istirahat. Wajar saja jika terlihat lelah, sepertinya Bagas belum tidur sama sekali semenjak ibunya meninggalkannya.

"Nona." Irwan yang baru saja mengantar Fabian dan kawan-kawan menghampirinya.

"Ya?"

"Bos belum makan dari tadi malam, padahal sudah kami bujuk. Katanya tidak bernafsu. Bahkan pelayan sudah memasakkan banyak makanan tapi di tolak."

"Benarkah?"

Irwan mengangguk.

"Baiklah." Sejenak wanita itu terdiam sambil memikirkan apa yang harus ia masak untuk Bagas. Kedua bola matanya kembali melirik pria yang masih terbaring di ranjangnya itu.

"Ngomong-ngomong dapurnya ada dimana? Bisa bantu saya?"

"Tentu, Nona. Biar saya antar."

Selena bangkit kemudian mengikuti Irwan dari belakang. Mereka berjalan menuju dapur megah Bagas yang sudah ditunggu oleh beberapa pelayan perempuan yang berjejer di dekat meja makan.

"Terimakasih, Pak Irwan sudah mengantar saya."

"Tidak usah sungkan, Nona. Panggil saya Irwan saja." Irwan merasa sedikit keberatan saat wanita itu memanggilnya dengan sebutan bapak, meski memang dia sendiri sudah tua karena sudah lama mengenal Bagas dan bekerja untuk pria itu.

"Tidak apa, Pak."

"Baiklah, senyamannya Nona saja."

Selena mengangguk kemudian melepas blazer hitamnya hingga menyisakan kaos putih pendek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selena mengangguk kemudian melepas blazer hitamnya hingga menyisakan kaos putih pendek. Menaruhnya di kepala kursi kemudian tersenyum kepada para pelayan.

"Kalau boleh saya tahu, di sini biasanya yang memasak untuk Bagas siapa saja?"

Semua orang terdiam, raut wajahnya seketika berubah menjadi sedih. Seorang perempuan dengan pakaian yang agak berbeda kemudian mendekati Selena. Dia Atiek, kepala pelayan di kediaman Bagas yang tugasnya membantu Philia memasak.

"Sebenarnya Aden hanya bisa memakan masakan Nyonya saja. Jadi kami semua di sini belum pernah memasakkan sesuatu untuknya, hanya membantu pekerjaan Nyonya saja. Meski saya sering membantu Nyonya, Den Bagas tidak pernah mau memakan masakan saya."

Selena menghembuskan napasnya dengan kasar. Ternyata Bagas adalah orang yang keras kepala dan pemilih. "Benarkah?"

Semua orang mengangguk.

"Lalu apa kalian tahu makanan kesukaan Bagas?"

Atiek sebagai pelayan yang sering menemani Philia memasak langsung menyebutkan semua makanan kesukaan Bagas pada wanita itu dengan gembira. Selena yang mendengarkan informasi penting itu segera mencatatnya di kepalanya untuk mengingat makanan kesukaan Bagas.

TemptedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang