My Girl - 10

3.7K 47 1
                                    

Fabian terbangun saat mentari pagi baru saja keluar dari persembunyiannya dan memasuki celah-celah jendela kamar gadis itu. Ia mengucek matanya lalu menatap Kayla yang sedang berbaring di sampingnya sambil memeluk tubuhnya. Pria itu tersenyum tipis lalu mengusap puncak kepala gadis itu dengan lembut.

"Selamat pagi, sayang." Ujarnya dengan suara serak lalu mencium kening gadis itu.

Kayla terusik karena ulah Fabian terhadapnya. Ia menyipitkan matanya karena masih mengantuk, lalu menemukan pria itu sedang tersenyum kepadanya. "Pagi." Kata Kayla dengan suara serak pula.

Pria itu mendekatkan wajahnya pada bibir gadis itu, begitu pula dengan Kayla. Mereka saling berkecupan bibir menyambut pagi yang cerah.

"Tidur sebentar lagi. Kakak mau beresin mangkuk sereal tadi malam." Pria itu mengusap kepala Kayla lalu mencium keningnya.

Kayla mengangguk dan kembali memejamkan matanya. Ia menarik guling yang berada di samping tubuhnya lalu memeluknya dengan erat.

Sedangkan Fabian, membereskan piring kotor di atas meja dan memasak sarapan pagi.

*

*

Bagas sedang sibuk membersihkan Bikayla Resto di pagi hari. Ia menyapu seluruh lantai beserta meja dan kursi yang ada di dalamnya. Pria itu juga dibantu oleh dua orang bertubuh kekar dengan stelan jas hitam.

Salah satu orang bertubuh kekar tersebut bertanya pada Bagas, mengapa pria itu datang lebih pagi.
"Mengapa bos datang pagi-pagi sekali? Bukannya karyawan lain yang akan membersihkan tempat ini? Apa bos tidak kelelahan melakukannya?" Tanya salah seorang bertubuh kekar bernama Jono.

"Kemarin salah satu karyawanku yang ada di sini terpeleset karena lantainya yang kotor sehingga dia menumpahkan minuman kepada pengunjung. Untung saja pelanggan itu baik hati dan tidak memperburuk keadaan." Ujar Bagas sambil mengepel lantai.

Irwan yang sedang mengelap meja mengangguk. "Bos memang yang terbaik."

Bagas tersenyum. "Dengar. Di dunia ini kita memang sulit mempercayai orang. Tapi karena aku sudah melihat bagaimana mereka bekerja denganku selama dua hari ini, aku mulai suka pada mereka."

"Sama seperti aku menyukai kalian. Sudah hampir 15 Tahun kalian bekerja untukku semenjak aku mulai memasuki sekolah menengah. Kalian berdua selalu bersikap baik terhadapku. Karena itu, aku menyukai kalian meski awalnya aku tak mau dikawal oleh kalian karena Papa memaksaku."

"Makanya, aku tidak akan membiarkan seluruh bawahanku mendapat kesulitan untuk kedua kalinya." Ujar Bagas.

"Ya, bos. Dulu papanya bos selalu meminta kami untuk mengikuti bos. Anda ketakutan dan kabur dari kami beberapa kali." Irwan terkekeh.

"Ya, betul. Tapi semenjak kalian berada di dekatku, orang-orang jahat yang ingin menculikku dari Papa, tak pernah berani mendekatiku lagi. Terimakasih, Paman." Curhatnya.

Bagaskara Hans Prawiradjaya. Begitulah namanya. Ia terlahir dengan sendok emas di mulutnya. Almarhum ayahnya adalah orang kaya dengan bisnis rumah toko dan perusahaan dagang makanan dan minuman. Ia merupakan anak satu-satunya dari Almarhum Hans Reza Prawiradjaya dan Philia Diaz Kirana. Seluruh bisnis rumah toko dan perusahaan dagang makanan dan minuman dikelola oleh orang kepercayaannya, yang juga diawasi oleh Philia, ibunya, sebagai CEO perusahaan.

Sedangkan Bagas sendiri memulai bisnis baru dan berinvestasi pada Bikayla Resto yang diperkenalkan oleh Reno Adnan Barrack, teman kuliahnya, yang mengikuti perkumpulan pengusaha pria di bidang kuliner. Reno menyarankan agar Bagas menanamkan modal di Bikayla Resto yang pada saat itu, tepatnya 8 bulan yang lalu, yang sedang ramai-ramainya diperbincangkan.

TemptedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang