Morning Kiss - 14

3.9K 47 0
                                    

Ketika bangun dari tidurnya, Fabian memeriksa ponselnya yang tak ia sentuh semalaman penuh. Tadi malam setelah ia dan Kayla mandi bersama, Fabian memutuskan untuk tidur di kamar masing-masing.

Tak disangka-sangka, malam itu ayah dan ibunya menelponnya beberapa kali. Wajahnya terlihat merasa bersalah karena tak mengangkat telepon dari ayah dan ibunya. Sebelum mandi, Fabian pun memutuskan untuk menghubungi ayah dan ibunya kembali.

Pria itu duduk di atas sofa dengan kaos kutang dan celana boxer. Ia menekan tombol telepon video di layar ponselnya lalu menunggu balasan di seberang sana.

Bibirnya tersenyum tipis kala melihat wajah cantik wanita itu.
"Hai, Bu." Pria itu melambaikan tangannya ke arah kamera.

"Fabian." Di seberang sana, Maria terlihat antusias kala menelpon putranya.
"Apa kabarmu, Nak?" Tanya Maria di seberang sana. Ia juga memperlihatkan wajah Ragum yang sedang berdiri di sampingnya.

"Fabian dan Kayla baik kok Bu. Maafkan Fabian karena tidak mengangkat telepon Ibu tadi malam." Ujarnya dengan raut wajah menyesal.

Maria terkekeh. "Tidak papa, Nak. Ibu hanya merindukan kalian berdua. Karena sudah lebih dari tiga hari Ibu tidak melihat wajah kalian."

"Sekali lagi maafkan Fabian."

"Lalu dimana Kayla?"

"Dia belum bangun. Maaf menelpon ibu pagi-pagi sekali."

"Apa kalian sudah sarapan?" Tanya Ragum di seberang sana.

"Belum. Fabian harus ke pasar dulu sebelum membuatkan Kayla sarapan."

"Benar. Kamu harus berbelanja bahan makanan kan." Maria di seberang sana membenarkan anaknya.

"Iya."

"Bagaimana dengan restoran?" Tanya Ragum.

Cuaca di Bali terlihat cerah sekali. Berbanding terbalik dengan Jakarta yang masih agak gelap padahal sudah pukul enam pagi.

"Restoran baik-baik saja. Fabian menjadikan Kayla sebagai manajer dan dia menanganinya dengan baik. Di dapur Kayla juga ditemani seorang chef cantik serta karyawan lain yang gagah dan cantik."

"Benarkah?" Maria terlihat terkekeh mendengarnya.

"Bagaimana kabar ibu dan ayah?"

"Kami hanya merindukan kalian saja. Padahal baru beberapa hari." Kata Maria dengan sedikit wajah bersedih.

"Fabian juga. Di sini kami hanya tinggal berdua. Tapi kemaren Paman Sam datang berkunjung kok membawa Mina juga."

"Iya. Ayah tadi malam menelpon kamu terus tapi tidak diangkat. Terus Ayah telpon Sam katanya mereka habis berkunjung ke rumahmu." Kata Ragum.

"Iya, Yah!"

"Kalau kamu sibuk, nanti saja lagi teleponannya. Katakan pada Kayla bahwa Ibu dan Ayah merindukan dia." Maria berbicara.

"Benar. Ayah merindukan putri Ayah."

"Iya, Yah. Nanti Fabian sampaikan."

"Dah! Shalom."

"Shalom."

Fabian mematikan sambungan teleponnya dan bersiap untuk ke pasar membeli bahan makanan. Namun sebelum ke kamar mandi, ia teringat akan Tiyo.

"Benar. Aku harus menelponnya untuk menemaniku." Pria itu menghubungi Tiyo sebelum benar-benar pergi ke kamar mandinya.

*

*

*
Yaya yang sedang berdiri di depan rumahnya bersama dengan helm di kepalanya melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya lalu membuka smartphonenya. Ia menyentuh ikon chatsapp kemudian menelpon Tiyo. Gadis itu menaruh smartphonenya di samping telinga, yang diapit oleh helmnya.
"Tiyo sudah di mana?" Katanya pada Tiyo melalui telepon.

TemptedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang