Not in The Mood - 30

839 28 4
                                    

Hari ini memang tidak banyak pengunjung Bikayla Resto yang berdatangan, tetapi karena satu dua orang pengunjung memesan banyak menu makanan sekaligus, piring kotor yang harus Tiyo bersihkan terlihat sangat banyak. Pemuda itu melirik wastafel lalu menghembuskan napasnya. Selama dua hari terakhir ini, keadaan restoran membuatnya geleng-geleng kepala. Meskipun ia hanya seorang karyawan, sebaiknya karyawan yang bekerja di Bikayla Resto tidak seenaknya terhadap karyawan lain. Pikirnya.

Sesekali ia membuang napas kasar, melirik tumpukan piring kotor itu sambil terus mencucinya.

"Woi." Seseorang menepuk bahunya ketika ia sedang fokus mencuci piring.

"Heh! Ada apa sih jadi woi woi?" Tiyo terlihat marah pada orang itu.

"Istighfar, Yo!" Yaya mengelus punggung Tiyo.

"Astagfirullah. Sudah 'kan?"

"Pintar!"

"Tentu."

"Ya sudah, semangat ya! Aku ke depan lagi lho ini, mau mengambil piring-piring kotor."

"Bagaimana bisa semangat, banyak begini!" Dumel pemuda itu.

"Kalau mau marah 'kan nggak bisa juga. Lagipula, seperti itulah lelahnya Bagas saat mencuci tumpukan piring kotor di dapur." Yaya mencoba mengingatkan Tiyo bahwa percuma saja jika pemuda itu marah, sedangkan Bagas yang sering mencuci tumpukan piring kotor di dapur itu sekalipun tidak pernah marah dan mengeluh kepada orang lain.

Mendengar nama Bagas, kedua mata Tiyo dengan refleks menyapu seluruh ruangan.

"Selena di depan, lagi istirahat."

"Oh!"

"Jadi selama ini kamu nggak sadar ya, kalau sendirian di dapur?"

"Sepertinya."

"Makanya, jangan marah-marah mulu. Harus sabar! Ingat ya, kalau semua hal dijalani dengan sabar dan ikhlas, maka akan memudahkan segala urusan kita."

"Iya, iya. Tahu kok! Tumben banget ceramah."

Yaya terkekeh. "Mungkin otak lagi encer."

"Ya sudah, ke depan sana!" Usir pemuda itu sambil mendorong Yaya dengan sikutnya.

"Astagfirullah. Ini aku lagi proses istirahat sebentar, Tiyo! Lagipula di luar sudah nggak ada pengunjung karena menjelang maghrib. Kamu nggak istirahat?"

"Bagaimana mau istirahat? Lihat dong ini!" Dumelnya.

"Santai, santai. Aku bantuin, mau?"

"Sok. Bantuin naruh piring ya di rak."

"Bantuin dengan doa. Ups!" Yaya menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Dalam hati ia terkikik. Akhirnya ia bisa balas dendam mengejek Tiyo.

"Heh ini anak. Hush hush! Pergi saja kalau nggak mau membantu!" Lagi, pemuda itu mendorong Yaya dengan sikutnya.

"Nggak mau, ble!" Gadis itu memeletkan lidahnya. Ia terus berada di sisi Tiyo untuk mengejeknya. Tiyo yang diledek hanya beristigfar dalam hati.

*

Selena sedang menikmati makan sorenya di gazebo dekat kolam. Sudah menjadi kebiasaannya untuk beristirahat ketika sore menjelang malam, untuk menikmati langit orange yang perlahan menghitam. Matanya terus memandangi langit dengan mulut yang terus mengunyah burger yang ia pesan di Key Fried Chicken melalui aplikasi lets-food.

Momen seperti ini adalah salah satu dari beberapa hal yang menjadi favorit Selena, karena ia sering menikmati langit sore bersama dengan neneknya, ibu dari papanya yang tinggal di Bali.

TemptedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang