Begin - 13

4.2K 49 0
                                    


-o0o-

Selena membuka kotak persegi panjang yang berisi pisau milik Fabian lalu mengeluarkannya. Ia menyentuh bilah pisau yang terukir nama F-Brama yang berada di ujung pisau itu.

"Benar-benar keren." Ia berdecak kagum.

"Biarkan aku mencobanya." Ia berjalan menuju wastafel lalu mencuci pisau tersebut. Setelah itu mengambil beberapa sayuran yang telah ia siapkan di dalam keranjang kemudian memotongnya di atas talenan. Pisau F-Brama begitu tajam hingga membuatnya bersemangat.

Di ujung dekat pintu masuk dapur, Bagas memerhatikan Selena sambil menyilangkan kedua tangannya. Salah satu sudut bibirnya terangkat.

Selena terus memotong sayuran dengan bersemangat. Rasanya seperti menemukan partner kerja barunya saat menggunakan pisau milik pria itu. Apakah ia harus membuat pisau seperti ini juga? Pikirnya.

Bibirnya tersenyum tipis. Setelah semua sayuran terpotong, ia kembali ke wastafel untuk membersihkan pisau milik Fabian yang kotor karena sayuran tersebut.

"Ehem." Bagas berdehem untuk menyadarkan Selena bahwa ia dari tadi sudah berdiri di sana sambil memerhatikannya.

Selena mengerutkan keningnya lalu mengalihkan pandangannya pada suara yang berdehem itu.
"Oh, Bagas. Ada apa?"

"Hanya memerhatikan semangatmu saja." Jawab pria itu.

Selena terkekeh. "I'm sorry. Aku memang terlalu bersemangat kalau sudah berada di dapur."

"Ah. Begitukah?" Bagas ikut terkekeh.
"Ada yang bisa ku bantu?"

Selena mengerutkan keningnya lalu melirik kolong kasir. "Sepertinya malam ini sepi sekali karena Fabian sudah pulang ke rumahnya ya?"

"Ya. Sudah larut malam juga, kok." Bagas melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Pukul sepuluh lewat lima belas menit. Apa kamu tidak pulang?" Tanya pria itu.

"Hmmm..." Selena melirik meja kitchen set yang berantakan akibat ulahnya. Beberapa panci berada di atas kompor dan belum dicuci. Di tambah dengan sayuran yang terhambur kesana kemari setelah kegiatannya mencoba pisau milik Fabian.
"Sebentar lagi." Ujar Selena.

Bagas melirik meja kitchen set lalu terkekeh. "Butuh bantuan?"

"Sepertinya tidak. Apa kamu belum pulang?"

"Belum. Aku sedang menunggu kamu."

Kening Selena mengerut. Tanpa alasan yang jelas, tiba-tiba pipinya memanas mendengar kata-kata pria itu.
"Ehem." Ia berdehem. "Kalau begitu, boleh membantuku sedikit?"

Pria itu mengangguk lalu menghampirinya.
"Biar aku yang mencuci panci."

Selena menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu aku membereskan sampah-sampah sayuran ini."

Pria itu membawa dua buah panci kotor menuju wastafel lalu mencucinya. Sedangkan Selena mengambil kantong plastik lalu membersihkan meja kitchen set yang kotor karena sayuran.

"Btw, yang lain sudah pulang?" Tanya wanita itu.

Bagas terdiam sejenak. Beberapa saat yang lalu ia meminta Tiyo dan Yaya untuk pulang lebih dulu darinya karena ia ingin berduaan dengan Selena, setelah kedua insan tersebut selesai membersihkan meja dan kursi yang kotor karena pengunjung.

"Ehem." Pria itu berdehem lalu menganggukkan kepalanya.
"Ya, seperti itulah. Karena tidak ada lagi pembeli yang datang."

"Ah, ya. Aku mengerti."

"Lagipula aku yang harus menutup tempat ini, karena aku yang memegang kuncinya." Ujar pria itu menjelaskan.

"Oh, begitu rupanya. Kukira kunci tempat ini dipegang oleh Fabian."

TemptedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang