"Mark ayo akhiri hubungan ini." Haechan memaksakan senyumnya walaupun hatinya benar-benar terluka karena harus berakhir dengan cinta pertamanya yang ia pikir akan menjadi cinta terakhirnya.
Tubuh Mark menegang.
Tatapan matanya pada Haechan berubah menjadi sendu. Hatinya seperti telah dihantam sesuatu yang begitu keras hingga terasa begitu menyakitkan.************************************************
"Tidak akan Haechan. Aku tidak akan pernah melepaskanmu." Tatapannya menajam. Mark menarik lengan Haechan dan memeluk tubuh mungilnya yang selalu menjadi tempat ternyaman nya.
Haechan berusaha melepaskan pelukan Mark. Tapi Mark tetap menahan tubuhnya. "Kau egois!" Ia memukul-mukul dada Mark. "Untuk apa kita bersama jika kau tidak pernah menyukaiku." Mark memejamkan kedua matanya merasakan pelukan hangat Haechan yang selalu membuatnya nyaman.
Mark tidak tahu harus mengatakan apa, rasanya sulit sekali untuk mengutarakan semuanya. Sejujurnya Mark tidak sanggup harus menjalani hidupnya tanpa ada Haechan di sisinya. Selama satu tahun ini Haechan selalu mengisi penuh harinya dengan senyumannya yang selalu membuat hati Mark melembut. Apakah cinta itu harus ia ucapkan dengan sebuah kata-kata. Ia membencinya, ia tidak akan mengatakannya.
Tanpa sengaja ia mendongak keatas gedung dan mata Mark memicing kearah seseorang yang berseragam serba hitam memakai masker yang kini sedang berdiri di atas gedung sekolahnya. Matanya terbelalak. Itu adalah snipper! Snipper itu menargetkan senapannya tepat pada mereka berdua. Mark mencoba tenang. Ia melihat ke arah kanan dan kirinya.
Ia menekan airpodsnya dan berbicara pada seseorang di airpods tersebut. "Lindungi aku.." Mark berbicara cukup pelan tapi terdengar jelas oleh Haechan.
"Mark..." Haechan kebingungan karena Mark memeluknya begitu erat.
"Aku akan ke arah kan—-" belum sempat Mark menyelesaikan kalimatnya, senapan itu sudah mengarah padanya dan melesat mengenai lengan kirinya. Suara tembakan itu terdengar begitu kencang, hingga Haechan terkejut dan membalas pelukan Mark tak kalah erat.
Beberapa murid yang berada di area tersebut berlarian begitu ricuh mendengar suara tembakan di aula sekolah. Snipper itu terus mengarahkan tembakan tersebut pada Mark. Tapi Mark berusaha menghindar dan memeluk tubuh Haechan untuk melindunginya dari tembakan itu. Pecahan kaca akibat tembakan itu terdengar begitu nyaring hingga membuat beberapa murid berusaha melindungi diri mereka dan bersembunyi di tempat yang aman.
"MARK!!!" Taeyong yang sedang bersembunyi diatas gedung begitu terkejut melihat snipper itu sudah membembak tepat ke arah Mark. Taeyong memerintahkan beberapa anak buahnya untuk menembakan ke arah snipper tersebut. Taeyong berusaha melindungi Mark dari kejauhan. Ia juga berusaha mengikuti arah snipper itu bersembunyi.
Sebelumnya Mark sudah menghubungi Taeyong bahwa ada seseorang yang sejak tadi pagi sangat mencurigakan. Mark juga sebenarnya merasa khawatir saat meninggalkan Haechan sendirian di taman. Ia juga tergesa-gesa saat menuju sekolah dan begitu lega melihat Haechan baik-baik saja.
"GOOD!!!" Taeyong berhasil menembak salah satu snipper tersebut.
"Mark.... Hiksss...." Haechan menangis ketakutan mendengar suara tembakan yang begitu nyaring ditelinganya. Mark masih memeluknya dan melindungi tubuh Haechan. Ia membawa Haechan keruangan UKS yang tidak begitu jauh dari lapangan basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Premier Amour [PROSES PENERBITAN]
RomanceYou are similar to my favorite song. When the song ended, I keep repeating it. - Mark Lee You like a camera. Whenever I see you, then I'm going to smile. - Haechan Lee - Premier Amour -