Lee Mark
Aku akan menemuimu besok pagi.Mina
Ok. Jangan lupa membawa coklat.Lee Mark
Hmm***
Paginya Haechan terbangun masih dalam pelukan Mark. Ia mengelus rahang Mark dan matanya kembali berkaca-kaca, ia begitu mencintai pria yang sedang memeluknya ini. Tapi ia juga harus memikirkan perasaan Mark. Bagaimanapun perasan tidak bisa dipaksakan. Mark berhak bahagia dengan orang yang Mark cintai. Lagipula mengingat ia memiliki penyakit leukemia, Mark pasti tidak ingin memiliki kekasih penyakitan sepertinya. Lalu apa yang harus Haechan lakukan? Tentu saja ia akan menjauh setelah mereka lulus nanti.
Air mata di pipinya tak terasa menetes, ia mengusapnya. Haechan tersenyum melihat wajah tampan Mark yang tertidur dengan damai. Wajah yang selama satu tahun ini mengisi hari-harinya.
Mark terbangun karena usapan di pipinya. Ia membuka kedua matanya dan melihat Haechan sedang tersenyum manis padanya. Ia ikut tersenyum nengeratkan pelukannya.
"Haechan..." mata Mark memicing menatap wajah Haechan yang terlihat sangat pucat pasi.
"Iya Mark? Kau menginginkan sesuatu?"
Mark menggeleng. Ia menangkup pipi chubbynya. Sungguh Mark jadi ingin mengigigit pipi chubby milik Haechan yang sangat kenyal. Kulitnya juga begitu lembut seperti bayi, hingga Mark ingin selalu menyentuhnya. Mark tak menyangka Haechan bisa segemash ini ketika bangun tidur. Mata hazelnya yang begitu cantik, bulu matanya yang terlihat lentik. Bibir tipis tapi berisi yang selalu menampakan senyum manisnya. Haechan begitu sempurna.
"Kenapa wajahmu pucat sekali?" Ia terus memperhatikan wajah Haechan dan bertanya-tanya kenapa wajah cantik Haechan sepucat ini.
"Benarkah? Apa aku terlihat jelek jika pucat seperti ini?" Haechan memegang tangan Mark yang menyentuh pipinya. Matanya mengerjap panik.
"Iya kau sangat jelek." Mark ingin mengatakan Haechan masih terlihat sangat cantik tapi mulutnya selalu mengatakan hal lain. Entah kenapa sulit sekali mengatakan yang sebenarnya.
"Kau ingin makan sesua—"
Tok.Tok.Tok.
"Permisi.... saya membawakan sarapan untuk anda dan juga obatnya. Jangan lupa diminum setelah makan, Haechan." Suster itu tersenyum lalu menaruh nampan berisi makanan dan obat-obatan milik Haechan.
Wajah Haechan memelas.
Haechan benar-benar tidak menyukai makanan rumah sakit, rasanya hambar dan tidak enak. Tapi ia harus memaksakan dirinya untuk memakannya agar ia cepat keluar dari rumah sakit dan bertemu teman-teman sekolahnya. Sebentar lagi hari kelulusannya, ia tak sabar menantikannya."Terimakasih suster." Haechan tersenyum.
Mark bangun dari ranjang Haechan. Ia mengambil nampan itu dan duduk di sisi ranjangnya. Sejak tadi Haechan memperhatikan gerak-gerik Mark. Tidak mungkin kan Mark akan menyuapinya makan. Haechan merasa bersalah telah merepotkan Mark. Ia harus segera keluar dari rumah sakit agar tidak merepotkan siapapun!
"Aku bisa makan sendiri, Mark." Haechan hendak mengambil nampan tersebut tapi Mark tidak mengijinkannya.
"Biar aku suapi saja." Haechan hanya pasrah saat Mark menyuapinya.
Haechan tak menghabiskan makananya tapi Mark maklum karena sepertinya makanan rumah sakit tidak begitu enak. Setelah makan Mark membantu Haechan minum obat. Saat makan hingga selesai mereka tak membicarakan apapun hanya ada bunyi denting sendok.
"Haechan, aku harus pergi untuk mengurus sesuatu." Mark memulai pembicaraan.
"Apakah mengenai masalah kemarin?" Haechan bertanya penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Premier Amour [PROSES PENERBITAN]
RomansaYou are similar to my favorite song. When the song ended, I keep repeating it. - Mark Lee You like a camera. Whenever I see you, then I'm going to smile. - Haechan Lee - Premier Amour -