tu me manques

11.8K 1.4K 227
                                    

-Premier Amour-

Dua minggu setelah mengatakan Hachan tidak ingin melihat Mark, semenjak itu juga Mark sudah tidak pernah terlihat di kampus. Haechan merasa resah setelah mengatakannya dan membuat Mark benar-benar menjauhinya.

Haechan tidak bermaksud mengatakan hal seperti itu hanya saja ia butuh waktu untuk sendiri agar bisa berpikir dengan tenang. Dari lubuk hatinya yang paling dalam ia benar-benar sangat mencintai Mark dan tidak ingin kehilangannya. Mark adalah cinta pertamanya yang sangat sulit ia lupakan, walaupun sudah banyak luka yang Mark berikan untuknya, Ia selalu berusaha memahaminya.

Tapi apakah ucapannya sudah keterlaluan pada Mark? Sungguh ia merasa kesal karna Mark tidak pernah menceritakan masalah yang ia miliki padanya. Mark selalu menyembunyikan kesakitannya sendiri tanpa mau berbagi dengannya. Ia juga ingin ikut berjuang dalam hubungan mereka berdua.

Karena merasa jenuh Haechan keluar dari apartement, ia berjalan menuju supermarket terdekat, ia sudah kehabisan bahan makanan untuk ia masak. Ia memutuskan keluar malam-malam karena merasa sangat jenuh berada di kamar seharian. Biasanya Mark akan selalu menemaninya tapi kali ini tidak ada yang menemaninya.

Haechan berjalan menuju tempat bahan makanan dan lainnya, ia buru-buru karna takut kemalaman. Ia takut jika pulang malam akan bertemu preman lagi sama seperti sebelumnya. Setelah cukup membeli sesuatu yang ia butuhkan, ia segera bergegas menuju kasir untuk membayar. Tapi seorang pria tanpa sengaja menabrak bahunya.

"Maaf" ucap pria yang memakai masker dan hoodie hitam tersebut sambil membungkuk sopan.

"Tidak apa-apa" jawab Haechan lalu berjalan ke arah kasir untuk membayar.

Setelah selesai berbelanja ia berjalan pulang menuju apartementnya. Ia menengok kekanan dan kirinya tapi kenapa jalanannya sangat sepi. Ia jadi teringat kejadian pria mabuk yang hendak melecehkannya. Haechan berusaha berjalan setenang mungkin di malam yang dingin dan cukup sepi.

"Hai manis" seorang pria berjalan mendekatinya. "Sendirian aja?" pria itu merangkul bahunya.

"Bukan urusanmu. Minggir!" Haechan mendorong pria itu.

"Galak banget si" pria itu berjalan mengikutinya. "Temani aku yuk malam ini. Aku akan memuas—"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya seorang pria bermasker dan memakai hoodie sudah lebih dulu menyeret pria yang menggoda Haechan dan mengajarnya hingga pria itu tidak diberi kesempatan untuk melawan. Pria bermasker itu terus memukulinya hingga babak belur.

"Pergi! Berani menganggunya kau mati ditanganku!" ucap pria bermasker itu.

Pria yang menggoda Haechan itu langsung berlari tanpa melakukan perlawanan hingga Haechan hanya ternganga melihatnya. Ia melirik pria bermasker itu hingga ia mundur ketakutan. Suara pria itu terasa tidak asing ditelinganya. Tapi bagaimana kalau pria itu juga berniat jahat padanya.

"Ck kau tidak pernah kampok." Haechan semakin mengenali suara itu.

Ia mendekati pria bermasker dan berhoodie itu, menghilangkan rasa takutnya, matanya memicing. Ia sangat mengenal manik mata berwarna hitam pekat itu. Haechan menggigit bibirnya.

"Mark?" Haechan berhambur kepelukannya. Ia sangat takut hingga reflek memeluknya.

"Hmm" Mark terkejut hingga hanya diam mematung tanpa membalas pelukan Haechan.

Haechan menghembuskan nafasnya lega. "K—enapa kamu ada disini—" gugupnya hingga berbicara terbata-bata.

"Hanya lewat" jawabnya singkat.

"Terimakasih" Ia melepaskan pelukannya.

"Hmm" Ia melirik Haechan, "Maaf muncul dihadapanmu, tapi tenang saja aku memakai masker jadi kau tidak akan melihat wajahku yang membuatmu semakin terluka."

Premier Amour [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang